Saat ini Indonesia telah memasuki fase awal bonus demografi, dimana usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan yang belum atau sudah tidak produktif. Menurut para ahli, Fase bonus demografi Indonesia diperkirakan hanya sampai di tahun 2045 bertepatan dengan ulang tahun Indonesia yang ke-100. Moment ini seharusnya dapat menjadi sebuah moment perayaan bagi Indonesia.
Banyak sekali seminar-seminar, Koferensi, kajian-kajian hingga diskusi yang diadakan oleh para Akademisi, Lembaga Masyarakat, dan juga Pemuda-pemudi indonesia. Seolah-olah mereka berharap Indonesia dapat memanfaatkan fase ini dengan baik, karena fase emas ini merupaka fase yang sangat menentukan nasib Indonesia kedepan.Â
Apakah akan membuat indonesia maju atau tidak. Fase ini juga merupakan fase langka yang tidak semua negara dapat menikmatinya. Bonus demografi merupakan momentun terbaik yang dapat dijadikan pijakan agar dapat melompat lebih tinggi.
Ada beberapa negara yang sudah memasuki fase bonus demografi dan berhasil memanfaatkanya dengan baik, Seperti Jepang, Korea dan China. Dulu mereka adalah negara yang miskin dan sangat memprihatinkan. Namun kini mereka berhasil mengambil manfaat dari bonus demografi dan menjadikan negaranya menjadi negara yang maju.Â
Keberhasilan tersebut bukan lah dari hasil proses kerja yang alami, melainkan dari strategi-strategi yang dibangun untuk mendapatkan manfaat ekstra.Â
Korea selatan yang penduduknya sangat anti dengan barang impor dan sangat mencintai produk dalam negerinya dan juga jepang yang menggenjot Pendidikan dan Industrinya, serta membangun budaya disiplin merupakan Strategi-strategi yang dibangun untuk memanfaatkan bonus demografi.
Tapi ada juga yang tidak berhasil memanfaatkan bonus demografi ini, Seperti Brasil dan Afrika Selatan. Kedua negara tersebut pernah memasuki fase bonus demografi, Namun kini keadaan kedua negara tersebut sama saja dari keadaan sebelumnya, tidak ada perkembangan yang signifikan. Kegagalan tersebut dikarenakan kondisi negara yang tidak stabil dan sering sekali mengalami resesi.Â
Indonesia yang mulai memasuki tahap fase emas ini seharusnya bisa mengambil pelajaran dari negara-negara tersebut, baik yang gagal maupun yang telah berhasil memanfaatkanya.
Lalu bagaimana keadaan dan peluang untuk indonesia?
Jika kita melihat keadaan diatas seharusnya kita lebih diuntungkan dengan adanya fase emas ini. Keuntungan tersebut dapat Dilihat dari Sumber Daya Alam yang melimpah, teknologi yang sudah canggih dan Pasar bebas yang terbuka lebar.Â
Berbeda dengan Fase emas yang dialami Jepang maupun korea dimana keadaan politik international nya sedang tidak baik-baik saja dan juga teknologi yang belum secanggih saat ini. Keuntungan ini seharusnya dapat membuat Indonesia melompat lebih tinggi.
Sebelum kita melihat Indonesia kedepan sebaiknya kita melihat terlebih dahulu Indonesia saat ini, apakah sudah mulai membaik atau belum. Yang pertama dapat kita lihat dari sektor ketenagakerjaan, karena sector ketenagakerjaan merupaka salah satu indicator yang dapat menentukan nasib Indonesia kedepan.Â
Karena jika disektor ini buruk maka akan berdampak pada permasalahan lainya yang dapat mengakibatkan ketidak stabilan sosial, tentunya ini akan sangat mengganggu perkembangan Indonesia kedepan.
Dari sector pekerjaan, jika dilihat dari jumlah tingkat pengangguran. Pengangguran di Indonesia mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Namun jika dikupas lebih dalam lagi, ternyata sector tenaga kerja Indonesia persentasinya lebih banyakj di sector pekerjaan Informal dibandingkan dengan pekerjaan Formal.Â
Artinya tenaga kerja di Indonesia belum sepenuhnya memiliki penghasilan tetap. Mereka bekerja dengan penghasilan yang tidak menentu dan mungkin hanya berkecukupan. Sehingga mereka tidak dapat berinvestasi ataupun menabung untuk kelanjutan hidupnya. Yang masuk kedalam kategori pekerjaan informal yaitu seperti ojek daring, pedangang asongan maupu freelancer yang penghasilanya fluktuatif, kadang untung banyak kadang malah tekor.Â
Banyak nya tenaga kerja yang bekerja di sector Informal tentu sangat mengkawatirkan bagi sebuah bangsa. Ini merupakan gelembung yang sewaktu-waktu dapat meledak dan menimbulka permasalah sosial.Â
Selain itu jika kita lihat mereka yang berpendidikan rendahlah yang tingkat pengangguranya berkurang, sedangkan yang berpendidikan tinggi malah tingkat pengangguranya yang terus naik. Ini dikarenakan tidak adanya link & match antara Pendidikan dan ketersediaan lapangan kerja.
Dari sector industry pun banyak yang mengalami PHK besar-besaran baik dengan alasan penghematan biaya ataupun menyesuaikan dengan kemajuan teknologi, Namun dari PHK tersebut membuat sector tenaga kerja formal beralih ke sektor tenaga kerja informal.Â
Sektor pertanian juga mengalami tekanan dari Impor yang berlimpah yang mengakibat hasil panen para petani tidak dapat tersalurkan ke Pasar. Regulasi yang berbelit dan pajak yang semakin ketat juga membuat UMKM kesulitan dalam mengembangkan usahanya.Â
Ketidak jelas hukum seperti Omnibuslaw yang tidak rampung-rampung dan juga menimbulkan banyak sekali pasal kontrofersial juga dapat mempengaruhi ketidakstabilan sosial. Kendala-kendala seperti ini tentu dapat mengganggu Indonesia dalam memanfaatkan bonus demografinya.
Secara logic, Seharusnya jika tenaga produktif lebih banyak, fasilitas yang disediakan untuk menunjak produktifitas juga harus banyak agar mereka bisa menggunakan usia produktifnya dengan baik.
Ada beberapahal yang seharusnya menjadi perhatian kita dalam memanfaat bonus demografi, yaitu Pendidikan dan lapangan kerja. Dari segi Pendidikan, Pemerintah sudah mulai merombak besar-besaran kurikulum Pendidikan yang tidak mampu membuat lulusa dapat bersaing di dunia kerja.Â
Dari segi lapangan kerja juga Pemerintah telah berusaha mencari investasi sebanyak mungkin keberbagai peloksi indonesia. Â Harapanya dari investadi tersebut dapat membuka lapangan kerja yang lebih luas.
Langkah ini memang terhitung telat, karena langkah ini seharusnya diambil sebelum kita memasuki fase emas. Sehingga ketika kita sudah memasuki fase awal bonus demografi kita sudah bisa mengambil keuntungan semaksimal mungkin tanpa ada waktu yang terbuang.Â
Namun walaupun telat kita harus tetap Optimis, karena Bung Karno saja hanya membutuh 10 pemuda untuk dapat mengguncang dunia. Kini Pemuda di Indonesia sudah sangat berlimpah, seharusnya bukan hanya dunia yang terguncang, melainkan Semesta juga ikut terguncang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H