Mohon tunggu...
Hafidz Arrizki
Hafidz Arrizki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pelajar, pembaca, dan seorang petualang yang senantiasa haus dengan ilmu dan pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ruang Tunggu Kematian

28 November 2024   11:48 Diperbarui: 28 November 2024   11:56 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saat ini, Kau sedang berada di ruang tunggu. Tetapi bukan hanya dirimu, aku pun sedang menunggu ke mana Kau akan pergi setelah ini" balasnya.

"Aku... aku masih belum mengerti" jawabnya keheranan.

"Tak apa. Tidak ada yang menyuruhmu memahami semua ini, sekarang Kau hanya tinggal duduk manis, menonton mereka yang sedang bergelut mengubah takdir". Sosok tadi berusaha menenangkannya yang masih panik dan kebingungan.

"Saat ini, Kau sedang tak sadarkan diri. Lihat di sana, seorang kakek tua penjaga toko buku di seberang sana melihatmu terjatuh tiba-tiba. Lantas ia menelepon ambulans dan meminta bantuan. Hampir saja aku yang datang mengantarmu pulang, tetapi takdir-Nya berkata lain. Ia memberimu tambahan waktu, hingga akhirnya Kau singgah di sini" Jawabnya.

"Lalu, gelang apa ini? Apa arti tulisan ini?" tanyanya kembali sembari menunjuk gelang di tangan kirinya.

"Itu gelang penanda. Semua yang berada di ruang tunggu mendapatkannya dengan warna yang berbeda. Somatic death (kematian somatis) artinya tidak ditemukan lagi tanda-tanda vital seperti napas dan detak jantung pada dirimu. Jika mereka mampu dengan tepat dan cepat mengembalikan tanda-tanda vitalmu, maka dirimu akan selamat sebelum sampai ke rumah sakit. Tetapi jika tidak, warna gelangmu akan berubah menghitam, dan tulisannya akan berubah menjadi biological death (mati biologis), dan Kau takkan pernah bisa kembali. Dalam setengah jam, tubuhmu akan berwarna merah kebiruan, yang disebut lebam mayat (livor mortis), dan setelah dua jam, suhu tubuhmu menurun (algor mortis), lalu dirimu akan kaku dan mengeras, yang disebut dengan kaku mayat (rigor mortis)", jelasnya panjang lebar.

Setelah mendengar hal tersebut, Ia merebahkan tubuhnya ke sofa, menarik napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya perlahan. Ia lelah, serasa habis diberi perkuliahan tanatologi.  Tubuhnya melemas, Ia tak lagi ngotot ingin pulang. Kali ini, Ia pasrah menyaksikan apa yang akan terjadi lewat layar di hadapannya.

"Tunggulah di sini dahulu. Aku akan kembali" ucap sosok tadi.

Belum sempat dibalas, sosok tersebut telah menghilang entah kemana, meninggalkannya sendiri di ruangan yang gelap dengan layar hologram tadi.  

Ia menyaksikan dengan saksama, bagaimana kerasnya perjuangan tim medis bergelut melawan takdir. Di tengah nyaringnya bunyi sirine ambulans dan huru-hara jalan raya, di tengah waktu yang kian menipis dan tekanan yang begitu besar, mereka melakukan berbagai upaya agar Ia tersadar kembali. Namun, setelah berbagai upaya dilakukan, nampaknya masih belum membuahkan hasil yang signifikan. Ia berakhir di dalam ruang IGD.

Ia mulai menyadari, bahwa Ia akan takkan pulang ke rumah, tapi pulang ke tempat asalnya, kepada pencipta-Nya. Gelang di tangan kirinya perlahan mulai berubah menjadi kehitaman, tulisan "somatic death" perlahan mulai pudar, dan tulisan "biological death" mulai tampak samar. Tetapi secara tiba-tiba, gelang tadi seakan berhenti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun