Mohon tunggu...
Hafidz Arrizki
Hafidz Arrizki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pelajar, pembaca, dan seorang petualang yang senantiasa haus dengan ilmu dan pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ruang Tunggu Kematian

28 November 2024   11:48 Diperbarui: 28 November 2024   11:56 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gurun lembah kematian (Sumber: Rebecca/Pixabay)

Ia terbangun dari fase tak sadarkan dirinya. Lalu ia mencoba membuka matanya, kemudian melihat ke sekelilingnya. Ia dapati dirinya sedang terduduk di atas sofa yang empuk, yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Seperti duduk di atas kapas, gumamnya dalam hati. Lantas Ia berkata, "Ah, syukurlah. Kukira aku sudah mati".

Akan tetapi, Ia tak tahu tempat ini. Ia tak mengenalinya, tempat ini begitu asing baginya. Semuanya serba putih, mulai dari lantai, dinding, hingga langit-langitnya. Ruangan ini begitu luas, namun terasa amat sempit.

Hanya ada sebuah meja kecil tanpa laci dan sofa yang Ia duduki. Di lengan kirinya terkalung sebuah gelang penanda berwarna merah marun bertuliskan "Somatic Death". Tak ada jendela, tak ada jalan keluar. Sepanjang yang Ia lihat, hanya ruangan besar berwarna putih, tidak ada warna lain di sana. Hanya sofa dan meja kecil tadi yang berwarna coklat agak keemasan.

Kemudian, sosok putih berperawakan tinggi dan besar datang menghampirinya. Tak ada identitas, tak ada tanda pengenal, hanya berjubah putih. Wajahnya tak dapat terlihat dengan jelas, seakan ada cahaya yang menutupinya. Ribuan tanya masuk ke dalam kepalanya, Ia bertanya-tanya tentang sosok putih yang ada di hadapannya. Sama seperti ruangan ini, Ia tak mengenali siapa yang berdiri tepat di depannya.

"Akhirnya Kau bangun juga"

ucap sosok tadi tanpa basa-basi dan memperkenalkan diri

"Di mana aku? Tempat apa ini? Di mana pintu keluarnya?"

Ia bertanya kepada sosok yang berdiri di hadapannya.

"Kau tak perlu tahu", jawabnya singkat.  

"Siapa dirimu?", tanyanya kembali.

"Kau tak perlu tahu", jawabnya kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun