Mohon tunggu...
Hafidz Akbar
Hafidz Akbar Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa yang senang dalam bidang olahraga terutama tinju dan sangat senang dalam bidang kreatif

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pengalaman Berkunjung ke GedeBage: Urgensi Kebersihan di Kawasan Marginal

15 Juli 2024   15:27 Diperbarui: 15 Juli 2024   18:49 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akan tetapi, di tengah kumuhnya pasar, kami menemukan beberapa pihak yang masih
peduli. Pedagang yang sadar akan masalah sampah mulai berinisiatif sendiri. Salah
satunya Pak Abdul, pedagang pakaian. Beliau mengaku menyewa sendiri jasa
pengangkutan sampahnya untuk menjaga kebersihan di lapaknya.

Meski tidak banyak, setidaknya beliau ingin melakukan yang ia mampu. Pak Abdul
ingin menjaga kebersihan kiosnya agar memberikan kenyamanan bagi pelanggan

sehingga menjadi nilai positif tersendiri untuk dirinya. Perubahan mungkin masih bisa
terjadi karena masih ada yang peduli, contohnya Pak Abdul. Meski hal ini adalah PR bagi
pengelola pasar, nyatanya langkah awal adalah dari pribadi masing-masing.

Kunjungan ini adalah kunjungan yang kurang mengenakkan, tetapi kami juga berhasil
melihat bahwa masih adanya ketidakpedulian yang sudah mendarah daging pada suatu
komunitas. Dibutuhkan banyak pihak untuk menciptakan dan menjaga lingkungan yang
layak dan sehat untuk beraktivitas. Harapan kami tentu adanya tindakan yang dilakukan
oleh seluruh pihak terkait untuk mendorong kebersihan di kawasan ini. Pengelola pasar
juga harus lebih memperhatikan dan sebagai pihak mediasi dengan pemerintah untuk
menciptakan pasar tradisional yang lebih baik.

Pasar Gedebage Bandung
Pasar Gedebage Bandung
Urgensi Penataan dan Kebersihan


Sebagai salah satu pusat perdagangan terbesar di wilayah timur kota Bandung, terdapat
hal meresahkan baik bagi pedagang ataupun pengunjung. Lapisan kumuh yang
mengganggu kenyamanan berbelanja menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi pemilik
kios ataupun pemerintah setempat.
Idealnya pasar merupakan simbol dari keberhasilan serta keramaian, justru berbalik
menjadi simbol keacuhan dan masa bodoh. Infrastruktur yang buruk, kebersihan yang
kurang baik, serta tidak nyamannya fasilitas publik di sana menjadi perihal yang menjadi
sorotan yang menjadi urgensi untuk diatasi.
Genangan air dan sampah yang memenuhi jalan menjadi panorama sehari-hari di Pasar
Gedebage. Jalanan pasar yang sempit dan kotor menyebabkan ketidaknyamanan akses

bagi pedagang dan pembeli di sana. Frekuensi hujan di Bandung yang sekarang lagi terik-
teriknya menyebabkan banyak keluhan, salah satunya dari Ibu Tia, seorang pedagang

pakaian di sana. Kolam renang menjadi bahasa kiasannya untuk menggambarkan
kawasan Gedebage apabila diguyur hujan yang deras.
Minimnya pencahayaan serta sirkulasi udara juga menjadi masalah lain di pasar ini.
Selain mengurangi kenyamanan berbelanja, potensi untuk membahayakan kesehatan juga

penting untuk diperhatikan. Asap pembakaran sampah dan asap rokok di bagian dalam
pasar dapat menyebabkan penyakit pernapasan bagi para pengunjung lain. Hal tersebut
diperparah dengan kurangnya ventilasi sebagai pengatur aliran udara masuk dan keluar.
Tidak terkelolanya penumpukan sampah menambah situasi menjadi lebih parah yang
dapat memicu timbulnya berbagai penyakit.
Program-program telah diinisiasi oleh Pemerintah Kota Bandung, tetapi hal tersebut
terasa lamban pengerjaannya. Kontribusi para pedagang pada ekonomi lokal yang tidak
bisa dianggap remeh, tetapi mereka tetap diabaikan. Itulah yang dikeluhkan oleh Pak
Iman sebagai pedagang buah di sana. Penataan tempat yang kurang baik menyebabkan
masalah ini.

Pasar Gedebage Bandung
Pasar Gedebage Bandung
Pasar Gedebage tidak hanya sebagai tempat bertransaksi, tetapi sebagai tempatpenggerak masyarakat. Diperlukan penataan serta pemerhatian yang baik oleh berbagai
pihak untuk meningkatkan kenyamanan serta keamanan dalam berbelanja sehingga
menghasilkan dampak ekonomi yang terus membaik bagi pedagang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun