Mohon tunggu...
Hafid WJ
Hafid WJ Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Inspirasi (dari Seruput) Kopi

7 Maret 2018   13:12 Diperbarui: 7 Maret 2018   13:11 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"Waktu mau menumbuk kopi saja mereka hubungi kita, sambung Ani, sembari ia menyeruput kopi dari gelas yang ada."

Hening sebentar, deru angin bertiup menghentak daun pintu. Pintu kembali ditaut, menghalangi angin yang semakin kuat. Suara derak kayu api yang terbakar sesekali terdengar.

 

Kami berempat ada diruang dapur, sengaja untuk berdiang, melawan dinginnya malam.  "Bentar bang, Ani ada ide untuk film tentang kopi!" kata Ani memecah hening, "Nopo Niku Su[7]?"sambung Catur penasaran. Dari kopi ini bang, dari biji kopi. Jadi gagasannya begini bang, kan setahu kita bahwa kopi yang ada di coffee shop[8], cafe[9] dan sebagainya itu asalnya kan dari para petani kopi? Jadi kita menelusuri jejak rekam si biji kopi ini Su! sambil wajahnya dan matanya mengahadap Catur.

 

Biasanya om Anto mu yang kaya akan gagasan itu, sambung Catur. "Lalu, kira-kira apa pesan atau kesan yang akan disampaikan? Kata ku. Deri yang tengah perhatikan smartphonenya pun ambil pendapat. "Sepakat aku, menurut ku akan ada cerita manarik dari setiap adegan, bagaimana si petani dalam perlakuan atau budidaya kopi, terus proses pasca panen, produksi sampai pemasaran". Yaa sampai ke coffee shop tadi. Ya bisa jadi juga akan dikembangkan pada proses apa yang perlu kita dramatis. Barangkali seperti apa kenyataan dan apa harapan mereka. Dan itu penting untuk disampaikan, sambung Ani kembali.

 

Obrolan hangat di malam yang dingin. Obrolan hangat karena dian perapian di tungku dapur ditambah dengan regukan kopi. Dingin? Bagaimana tidak, bulan Nopember kerap rinai turun tiada henti. Pada posisinya juga, kami berada di dataran tinggi, dikaki Gunung Masurai -  Sedingin. Dengan ketinggian diatas seribu seratus meter dari permukaan laut, pada jam tertentu suhu udara turun dan dinginnya akan terasa menyengat hingga ke tulang.

 

Pada pangkuan ibu pertiwi jua kami merebahkan diri. Meraih mimpi dan impian yang tersisa dari pekat dan dinginnya malam. Untuk sambut mentari pagi esok.

[1] Sebuah lagu dari Band Rock asal Amerika tahun 1992

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun