A
sap pembakaran kayu di tungku dapur mengepul memenuhi ruang dapur. Daun pintu dibelakang pun dibuka, untuk memberi sirkulasi udara masuk dan keluar. Seketika hembusan angin menerpa wajah, berasa sejuk dan dingin. Diluar sana, rintik hujan masih belum mereda. Lagu November Rain, GNR[1], masih masa mengalun pelan terdengar dari smartphone. Hujan di bulan nopember benar-benar turun tiada hentinya.
Air jerangan diatas tungku api telah masak. Gelas yang telah terisi dengan beberapa sendok kopi dan gula tadi, telah diseduh, beradu dengan panasnya air jerangan tadi. wangi aroma kopi semerbak mengisi ruang dapur.
"Lumayan enak, dari Simpang ya Der?", kataku pada Deri
"Iya ngab, rasanya sedikit berbeda dengan kopi yang pertama kali dibuat ibu KWT Simpang". Rasa nutty[2] dan fruity[3]nya agak sedikit low[4] di bandingkan dengan yang kemarin, tapi kalau acidity[5]dan body[6]nya lumayan bagus".
"Oh iya,gimana dengan budidaya dan proses pembuatan kopi ini, apa sudah melalui proses yang kita dorong selama ini?", kembali tanya ku pada teman-teman yang ikut proses pendampingan ibu-ibu KWT di Desa Simpang Talang Tembago.
"Agaknya ada proses yang dicuri oleh mereka."
Â
"Rasanya tidak mungkin proses banyak jikalau sedang musim kopi buah sela seperti sekarang ini." Duga ku pada kawan-kawan.
"Apa benar, dari proses petik, tidak langsung di proses lanjutan, dirambang dan seterusnya?" Tanyaku pada Deri.
"Kurang tau juga bang, soalnya kita tidak ada secara langsung dalam proses itu." "Kita sendiri berada dilokasi, desa lain."