Mohon tunggu...
Hadenn
Hadenn Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Football and Others

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Preview Spanyol vs Georgia, Menguji Magis Khvicha Kvaratskhelia!

30 Juni 2024   15:19 Diperbarui: 30 Juni 2024   16:59 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Georgia vs Portugal | UEFA EURO 2024 | UEFA.com 

Koln, Minggu --- kurang dari 24 jam menuju laga knockout round of 16 menghadirkan Spanyol kontra Georgia di stadion Rhein Energie, Minggu (30/06/2024). Salah satu pertarungan dinantikan, tempat di mana pemain-pemain muda unjuk gigi, juga pertandingan paling krusial bagi kedua negara dalam edisi pesta bola Eropa kali ini.

Selain itu, pertandingan semacam ini juga tak bisa dipungkiri tengah menjadi topik utama untuk kedua negara, mengingat mereka berdua memeluk erat sepakbola sebagai olahraga paling diminati. Artikel utama terkait pertandingan ini tak bisa hentikan telah beredar di seluruh penjuru negeri, terlebih media Spanyol dengan idealisme mereka.

Benar, tak bisa dibantah media Spanyol bisa dibilang salah satu media paling berisik mengenai bola, terutama dari Catalan dan Madrid. Mereka selalu datang dengan narasi "tiki-taka" sebagai jalan memenangkan pertandingan, juga terus menuntut akan hasil maksimal di atas lapangan.

Beruntung, sampai hari ini, tak bisa dipungkiri Spanyol merupakan salah satu tim dengan permainan paling apik di babak Grup kemarin, mereka tampil memuaskan dengan permainan lini serang dan bertahan sama kuat sepanjang tiga laga pertama. Hasil yang sangat mengejutkan, mengingat tim ini sempat dikatakan minim pengalaman.

Sebagai contoh kita bisa menjajarkan nama-nama seperti Lamine Yamile, Joselu, Marc Cucurella, Nico Williams, bahkan hingga Dani Carvajal, mereka baru memainkan EURO pertama pada edisi pesta bola Eropa kali ini. 

Di lain sisi, Georgia bisa dibilang mengalami kecemasan serupa, bukan cuma karena para pemain belum pernah bermain di panggung sebesar ini , tetapi juga karena tim Georgia sendiri bahkan baru pertama kali berada di EURO, dan mereka langsung mencapai babak round of 16, pencapaian mengagumkan dari tim.

Selain itu, tim Georgia juga tidak terlihat neko-neko, meski pada pertandingan pertama sempat terlihat keraguan, tetapi dalam dua pertandingan terakhir berhasil memperbaiki permainan, dan bukan tidak mungkin akan mengamuk pada pertandingan besok.

Benar, karena tampil sebagai debutan dan langsung kalah, tim Georgia sempat diremehkan oleh berbagai media, mereka dianggap sebagai "pelengkap" dalam turnamen besar ini. Kemudian, kita semua mengerti bagaimana ini semua berakhir hari ini, mereka bahkan berhasil mengalahkan Portugal dalam pertandingan terakhir di babak Grup.

Meski demikian, kita merasa tim Georgia ini akan tetap tampil rendah hati, menampilkan ketulusan terkait seberapa "underdog" tim ini ketimbang anak asuh Luis de la Fuente. Benar, ini semua bukan cuma tentang olahraga, tetapi juga kehormatan dan kesantunan terletak dalam sana (hati, pikiran, dan sanubari).

Kemegahan La Roja

Menengok dari catatan babak Grup, cukup aman untuk mengatakan tim Spanyol ini merupakan tim terbaik sepanjang turnamen, satu-satunya tim berhasil meraih 9 poin sempurna dalam tiga pertandingan pertama.

Dengan catatan mengagumkan semacam ini, ekspektasi tak bisa hindari akan terus meninggi terhadap tim asuhan Luis de la Fuente, terlebih tim ini diisi dengan beberapa talenta mengejutkan sebagai kesebelasan utama. 

Selain itu, tim Spanyol juga diuntungkan karena sempat dua kali bertemu dengan tim Georgia saat ini dalam kualifikasi pesta bola Eropa 2024, terlebih mereka meraih kemenangan mutlak 1-7 dari Tbilisi, September 2023, lalu menang 3-1 pada gim kedua di Valladolid, dua bulan berselang.

AP/EBRAHIM NOROOZI 
AP/EBRAHIM NOROOZI 

Lebih jauh lagi, pelatih Spanyol Luis de la Fuente sempat menampilkan kualitas kedalaman tim ini, mereka mengganti 10 pemain utama dalam laga pamungkas babak Grup, tetapi tetap mengamankan poin sempurna, sentuhan semacam ini memang sederhana, tetapi sangat berdampak dalam mengangkat moral dan mental pemain.

Benar, turnamen macam ini memang melelahkan, setiap pemain setiap hari cuma bermain dan latihan, mereka tidak beneran mendapatkan jam pemulihan yang pantas. 

Selain itu, rotasi pemain semacam ini juga mengangkat moral pemain cadangan, mereka bukan lagi cuma dipanggil untuk datang ke pusat latihan, tetapi juga benaran dimainkan. Hal semacam ini memang sederhana, tetapi kita juga mengerti sangat sering terjadi.

Tentu, kemegahan ini bukan cuma dirasakan secara teknis, tetapi juga dari segi permainan dalam lapangan. Mereka bermain tertata rapi, sangat disiplin dalam memainkan lini serang, bertahan, dan transisi, menerapkan 4-3-3 klasik di mana setiap pemain terlihat mengerti peran masing-masing.

Salah satu masalah dari tim ini adalah lini pertahanan, bukan soal bagaimana tim asuhan De la Fuente ini bertahan, tetapi aktor ditempatkan di sana. Meski, tak bisa dipungkiri lini pertahanan tidak bermain buruk, bahkan dua wing-bek bisa dikatakan terbaik dalam turnamen ini, tetapi komposisi krusial dalam bek tengah tim tampak terlalu sering dirotasi.

Tim kuat harus bisa memutuskan pasangan bek tengah segera, dua posisi ini terlalu krusial untuk bergantian di babak kedua, Luis de la Fuente lebih mengerti akan hal ini.

Selain itu, mungkin masalah tim ini cuma striker mereka, Alvaro Morata tak bisa dibantah tak pernah dipertimbangkan sebagai seorang pemain ganas dalam gawang, mantan pemain Atletico Madrid ini bisa memimpin, tetapi tidak untuk dijadikan sebagai sandaran dalam memecah kebuntuan.

Terlepas dari semua ini, setiap pemain Spanyol bisa dibilang tampil luar biasa, mereka semua bisa melampaui ekspektasi semua orang. Sebutkan saja mulai dari Lamine Yamal, Nico Williams, Pedri, Rodri, terutama Fabian Ruiz.

Pembuktian Georgia

AFP/INA FASSBENDER 
AFP/INA FASSBENDER 

Tak bisa dibantah Georgia memang kalah secara kualitas, pengalaman, bahkan sempat kalah sungguhan dalam kualifikasi pesta bola Eropa 2024. Namun, generasi emas Georgia ini bukan generasi sembarangan, tak bisa dibantah mereka telah belajar dari semua ini, dan mulai merancang rencana-rencana baru partai kali ini.

Selain itu, sebagai tim debutan dalam EURO, generasi emas Georgia ini tak bisa dipungkiri menginginkan sesuatu lebih, mereka tak akan mau puas memecahkan rekor di 16 besar, terlebih setelah pertandingan pamungkas babak Grup kemarin.

Benar, generasi emas ini telah berhasil mewujudkan impian mengalahkan idola mereka, Cristiano Ronaldo dalam babak Grup kemarin. Meski, tak bisa dipungkiri Portugal tidak bermain dengan kesebelasan utama, tetapi mereka mendapatkan pengakuan dari idola terbesar dalam hidup mereka, terutama untuk Khvicha Kvaratskhelia.

Kita semua kualitas dari Kvara, cara pemain satu ini mengubah arah permainan, bukan tidak mungkin akan terjadi dalam partai besar kontra Spanyol. 

Selain itu, generasi emas Georgia ini juga dianugerahi dengan Giorgi Mamardashvili, kiper paling menonjol sepanjang turnamen. Penjaga gawang Valencia ini telah mencatatkan 21 penyelamatan besar dalam tiga pertandingan belakangan, pemain 23 tahun ini telah memberikan rasa aman tersendiri dalam tim.

Bukan cuma pertahanan, generasi emas Georgia tak kalah diberkahi dalam urusan mencetak gol, mereka selalu bisa memasang George Mikautadze sebagai striker utama, telah mencatatkan 3 gol (terbanyak) dalam turnamen. 

Setelah semua, generasi emas Georgia ini tidak bisa diremehkan, meski tetap tidak diunggulkan dari berbagai aspek, tetapi bukan tidak mungkin kejutan akan diperlihatkan. Tim ini juga diisi pemain-pemain cerdas dan berbakat, mereka tidak akan membiarkan kekecewaan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun