Barcelona membuat beberapa langkah mengejutkan, salah satu dari langkah tersebut, manajemen klub secara mendadak resmi melepaskan Xavi Hernandez dari beban sebagai pelatih kepala pada Jumat (24/05/2024).
Beberapa jam kemudian, manajemen klub dilaporkan sejumlah media Eropa sudah mencapai kesepakatan kontrak dua tahun bersama dengan salah satu pelatih kepala berpengalaman asal Biergarten Land, Hansi Flick. Salah satu dari sedikit nama paling diinginkan oleh penggemar el Barca.
Selain nama Hansi Flick, cuma Jurgen Klopp nama pelatih kepala paling diinginkan penggemar untuk menggantikan Xavi.Â
Mengingat nama Jurgen Klopp tidak tersedia, semenjak sang juru taktik terang-terangan mengatakan akan mengambil rehat beberapa bulan. Barcelona, terutama para penggemar secara praktis mendapatkan nama paling mereka inginkan untuk berada di sana.
Menelusuri dari sejarah klub, kita mengerti terdapat perubahan selera secara taktik, semula berpusat pada permainan umpan pendek ala Belanda menjadi permainan intensitas tinggi ala Jerman. Benar, langkah reformasi cukup berani telah diambil manajemen klub.
Permainan tika-tika Spanyol hari ini bisa dibilang berasal dari Belanda, semenjak dipopulerkan oleh Johan Cruyff.
Lantas, mengapa klub mengambil langkah reformasi demikian, apakah Hansi Flick bisa mengemban beban mengubah gaya permainan, lalu mungkinkah para pemain bisa bertahan dengan permainan intensitas tinggi, semua akan coba dijawab dalam artikel ini.
Ketimpangan kualitas dari pelatih tersedia
Kita semua tahu beberapa tahun belakangan sangat minim terlahir pelatih top berkebangsaan Belanda dan Spanyol, sebagai ganti bermunculan kembali sejumlah nama manajer berasal dari Italia dan Jerman di permukaan.Â
Beberapa nama manajer dengan atribut gaya permainan tiki-taka seperti Pep Guardiola, Erik ten Hag, hingga Luis Enrique bisa dibilang tidak tersedia karena terikat kontrak. Sedangkan, pelatih kepala muda seperti Marquez, kurang mendapatkan kepercayaan oleh sejumlah manajemen klub.
Sementara itu, manajer dengan gaya permainan Jerman bisa dibilang menjamur di permukaan, hampir semua manajer bercorak Jerman tengah panas di bursa manajer. Bahkan, beberapa manajer Spanyol seperti Xabi Alonso (Leverkusen) dan Miguel (Girona) lebih mengadopsi gaya tersebut dibandingkan dengan Belanda.
Setiap era selalu akan berakhir, dan mungkin hari ini cuma Pep Guardiola yang berhasil bermain di level tertinggi dengan sistem tiki-taka.Â
Sejujurnya, keputusan mengamankan Hansi Flick merupakan pilihan paling aman, mengingat sang juru taktik sudah matang, terbukti bisa mengubah tim secara keseluruhan selama mendapatkan dukungan penuh dari berbagai kalangan, termasuk manajemen klub.
Selain itu, kehadiran Hansi Flick di ruang ganti tak bisa dipungkiri akan secara cepat menggenjot perkembangan fisik para pemain, terutama pemain muda yang mendominasi materi tim, sama seperti Bayern Munchen 2019/20.
Namun, apakah perubahan fisik cukup untuk membuat pemain bisa bertahan dalam sistem permainan ala Hansi Flick?
Kesigapan memainkan intensitas tinggi
Semusim terakhir bersama Xavi Hernandez kita melihat Barca sebagai suatu tim pemalas, mereka bermain cuma mengandalkan serangan balik, tanpa kreativitas ketika mendapatkan kebebasan bermain bola, mungkin cuma Lamine Yamal satu-satunya pemain dengan nilai tambah ketika di atas lapangan.
Hal ini sangat berbeda dengan Bayern 2019/20, semua pemain bisa dibilang berlomba untuk tinggi-tinggian angka lari, mereka sangat aktif terutama ketika kehilangan bola.Â
Selain itu, tim super Munchen juga memiliki sistem permainan super detail, di mana setiap pemain berada pada ruang terbatas, tetapi selalu mendapatkan kesempatan untuk lolos dari penjagaan, mereka selalu menemukan celah di antara pertahanan.
Sekali lagi, hal ini sangat berbeda dengan Barcelona di mana kebebasan sungguhan diutamakan oleh Xavi Hernandez, setiap pemain dibiarkan maju selama terdapat pemain lain menutup celah di sana. Joao Cancelo misalnya, pemain satu ini lebih sering terlihat depan gawang dibandingkan dengan bertahan.
Satu sisi kita bisa melihat sebagai kebebasan berekspresi, tetapi di sisi lain juga berarti ketidakteraturan seorang pemain bertahan dalam menjalankan tugas.
Selain itu, dikarenakan sistem permainan dari Hansi Flick terkenal super detail, juga menekankan tekanan tinggi setiap pemain. Tentu, ini akan menjadi ancaman tersendiri untuk beberapa pemain senior, menit bermain mereka akan sangat berkurang musim depan, rotasi pemain akan lebih diutamakan.
Terlepas dari semua, Hansi Flick merupakan pelatih kepala terampil dengan talenta muda, Jamal Musiala merupakan salah satu nama besar debut di era Flick. Dari sana tak bisa dibantah harapan besar dari Laporta agar sang juru taktik bisa menerbitkan talenta baru, kalau bisa langsung dari La Masia.Â
Terdapat salah satu talenta muda Jerman, Noah Darvich menunggu menjalani debutan untuk tim utama, harapan besar Flick bisa melancarkan momen krusial sang pemain muda.Â
Secara keseluruhan, pengamanan tanda tangan Hansi Flick merupakan kabar membahagiakan oleh culers, sebutan penggemar Barca. Dengan gaya permainan, juga reputasi dalam mengatasi talenta muda, tak terbantahkan tanggung jawab besar menunggu sang juru taktik untuk musim depan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H