Pemain semacam Eddie Nketiah, Reiss Nelson, Pablo Viera, Jakub Kiwior, hingga kegagalan mendatangkan striker dalam dua musim belakangan. Beberapa faktor ini bisa dijadikan sebagai contoh di mana manajemen tidak mendukung filosofi bermain tim. Mereka tidak menaruh usaha lebih untuk memaksimalkan potensi permainan setiap pemain.
Hal ini jauh berbeda dibandingkan dengan Leverkusen, mereka mendatangkan, juga mengeluarkan pemain sama cepat untuk memungkinkan ruang ganti nyaman dan aman, juga hasil maksimal setiap pertandingan.
Salah satu contoh terbaik adalah ketika mereka mendatangkan versi terbaik Granit Xhaka selama bermain di Arsenal, yang kini menjadi salah satu kepingan penting dalam tim. Salah satu pemain dengan menit bermain tertinggi selama musim ini (92%), dengan kemungkinan menjadi kesebelasan utama lebih tinggi (94%).
Dengan angka setinggi ini, bisa dipastikan setiap Leverkusen bermain akan selalu tersedia Granit Xhaka di atas lapangan.Â
Ini merupakan contoh kecil dari sedemikian tepat, keputusan manajemen tim, mereka bukan cuma menjual dan membeli pemain, tetapi juga memastikan pemain ini bisa bersatu dalam permainan, dan mendukung filosofi yang sudah dibangun.
Semangat juang tinggiÂ
Kalau kita takjub dengan Real Madrid yang hampir selalu berhasil memutarkan keadaan pada momen tersulit, maka Leverkusen bisa dibilang sebuah alternatif lain. Mereka selalu bisa memutarkan keadaan, bahkan di pertandingan biasa atau pertandingan yang tidak harus dimenangkan.
Terbaru, mereka berhasil menahan imbang AS Roma (2-2) pada leg ke-2 liga Eropa, dengan hasil tersebut Leverkusen lolos dengan agregat (4-2). Benar, mereka sungguhan bisa lolos jika skor masih 2-1, tetapi menolak untuk kalah dalam suatu pertandingan. Gol diletuskan oleh Josip Stanisic pada menit 90+7.
Gol Stanisic merupakan gol ke-17 Leverkusen sepanjang musim ini pada menit (90+).
Dibalik gol ini, Stanisic sendiri bukan pemain langganan bermain dalam tim, dia mencatatkan menit bermain (42% dari total pertandingan Leverkusen). Namun, justru dengan memasukkan pemain semacam ini drama memutar balikkan keadaan dimulai, mereka selalu berusaha lebih keras dalam mendobrak gawang ketika diberi kesempatan.
Semua ini tak lepas dari peran signifikan Xabi Alonso sebagai manajer, dia memberikan menit bermain dengan begitu adil hingga setiap pemain merasa termotivasi untuk memberikan lebih, semangat semacam ini yang secara tidak langsung menuntun kepada hasil di atas lapangan.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!