Tidakkah ingat dengan boneka beruang kalian, boneka beruang ini secara filosofi merupakan beruang yang pernah berinteraksi langsung, juga satu-satunya referensi untuk kalian memahami konsep bentuk dari seekor beruang.
Suatu hari, kalian pergi ke kebun binatang, penakaran hewan liar, atau taman nasional, dan melihat langsung beruang sungguhan. Tentu, secara langsung pemahaman kalian dengan beruang akan hilang, ternyata beruang tidak lucu sepenuhnya.
Perasaan seperti ini juga dirasakan oleh protagonis dalam cerita Plato dengan konsep keterkejutan yang lebih parah. Plato betulan sudah menunjukkan bahwa kebenaran hari ini boleh jadi bukan kebenaran, tak bisa dibantah kita semua merupakan tawanan di dalam gua.
Semua hal dalam dunia merupakan bayangan dari realita yang lebih tinggi.
Konsep ini selalu berulang seiring perkembangan zaman. Ide dari bumi sebagai pusat tata surya, juga tentang heroin, tobacco, dan lobotomies baik untuk kesehatan. Semua cerita ini berakhir dipatahkan, jauh dari kebenaran.
Menerima terlalu banyak sesuatu yang mungkin akan menjadi palsu bisa membuatmu tak nyaman, atau bahkan merasa buta sementara. Meski, jauh dalam sana, kamu sudah menemukan kepercayaan lamamu tidak lagi bisa diandalkan.
Semua ini hanya semacam waktu untuk tahu, dan Plato juga berpikir tentang filosofi seperti ini. Berangkat dari kegelapan menuju cahaya terang yang entah akan mengganggu penglihatan atau memberikan hadiah kebermanfaatan.
Setelah semua, kita sudah belajar tentang berdamai dengan keterbatasan, membiarkan waktu menjawab semua pertanyaan tersisa, juga mengetahui tentang salah satu cerita terkenal dari Plato tentang manusia-manusia gua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H