Seperti apa Inception?
Tak kurang dari 2400 tahun lalu, Plato menulis The Republic, di mana merupakan salah satu penceritaan terlengkap tentang 'Inception', realita dari alam.Â
Dia menceritakan tentang tiga orang tawanan yang sejak lahir terkurung dalam gua, menghadap dinding kosong. Sementara, setiap hari terdapat beberapa orang, juga objek melalui belakang gua, tak bisa dibantah bayangan mereka terlihat dari sana.
Semua bayang ini merupakan satu-satunya yang pernah dilihat tiga orang tawanan, mereka memahami bayangan di dinding sebagai realita.Â
Bayangkan, semua yang pernah kamu lihat, laptop, atau bahkan rumah merupakan bayangan, kamu tak pernah tahu hal lain, 3D bahkan bukan konsep yang kamu ketahui.
Setelah menghabiskan waktu sangat lama dalam gua, salah satu tahanan berhasil kabur dari sana, merangkak menghadapi kehidupan luar, menerima sinar matahari yang menyilaukan. Setelah beberapa lama orang ini berada di luar gua, dia mulai melihat objek yang selama ini dilihat jauh lebih nyata.
Bayangan hitam ini memiliki bentuk, juga mempunyai extra dimensi. Tak terbantahkan merasakan semua kepercayaan runtuh cuma dalam beberapa menit merupakan pengalaman menyakitkan, ini semua dirasakan oleh orang ini, dia tidak akan bisa melihat dunia dengan cara yang sama.
Tentu, orang ini juga senang dengan semua yang ia temukan. Bergegas kembali ke dalam gua, menemui dua temannya, menceritakan dengan semangat tentang semua yang ditemukan. Namun, percakapan tidak berjalan sebaik yang dia kira, justru sebaliknya.
Dua teman ini menganggap dia gila, mengoceh tentang realita yang tidak pernah mereka semua lihat atau dengar sebelum ini. Terlebih, orang ini juga mengalami ke-tidaknyamanan dalam gua, tentu ini membuat dua teman berpikir dunia luar sudah merusaknya.
Setelah pengetahuan berkembang, kita tak perlu lagi menjadi Plato atau Christopher Nolan untuk memimpikan sesuatu di dalam pikiran kita, lalu terkejut dengan kenyataan luar biasa.