Mengapa berpikir dengan Advocatus Diaboli? Siapa yang memulai? Bagaimana isi dari ajaran advokat iblis? Apakah cara berpikir Advocatus Diaboli yang lahir pada zaman Romawi Kuno masih cukup relevan untuk diterapkan untuk masa kini dan nanti?
Semua ini merupakan sejumlah pertanyaan yang akan berusaha dijawab dengan pendekatan yang sederhana melalui artikel ini.
Dengan penjelasan yang diperoleh, diharapkan pembaca yang belum mengenal filsafat ini akan mengetahui sekilas tentang advocatus diaboli, bahkan -- siapa tahu, bisa terinspirasi untuk mempelajari aliran filsafat ini secara lebih mendalam.
Tokoh dalam "Advocatus Diaboli"
Secara bahasa, Advocatus diaboli berasal dari bahasa latin, 'advocatus' berarti advokat. Sedangkan, 'diaboli' diambil dari nama salah satu nama iblis terjahat 'Diablo'.  Semua digabung istilah tersebut bisa dikatakan advokat Iblis.
Filsafat advocatus diaboli dilahirkan oleh sejumlah tokoh. Mereka menyebut pertentangan pemikiran akan suatu hal diharuskan karena tuhan tidak turun ke lapangan. Maka dari itu, tidak ada kebenaran absolut di dunia.
Berikut merupakan tokoh yang berperan signifikan, serta inti pemikiran mereka terhadap advocatus diaboli hingga hari ini.
Pertama, Socrates dari Yunani (470-399 SM). Â Socrates tak bisa dibantah merupakan salah satu pemikir terbaik pernah tercipta, terutama melalui cara berpikir kritis. Dia sering mengambil posisi sebagai oposisi untuk menentang pemikiran, dari dialog-dialog ini memaksa mereka untuk menguji asumsi dan meningkatkan kualitas argumen.
Meski, tidak bisa dipungkiri advocatus diaboli baru lahir di abad ke-11, tetapi sebagian besar filsuf meyakini konsep awal semua ini dipengaruhi oleh metode berpikir kritis ala Socrates.
Kedua, Peter Abelard dari Perancis (1079-1142). Abelard merupakan seorang filsuf, sekaligus teologian, terkenal karena kemampuan logika dan penalaran. Dia menyebut sebagai 'sic et non', di mana Abelard mempresentasikan pandangan oposisi terhadap masalah teologi.
Kenakalan Abelard di sini, keberanian untuk beroposisi dalam pemikiran menghadapi teologi merupakan salah satu permulaan yang nanti akan melahirkan advocatus diaboli dalam beberapa tahun ke depan.
Ketiga, Ibnu Rusyd dari Andalusia (1126-1198). Ibnu Rusyd atau lebih dikenal literatur barat sebagai Averroes merupakan filsuf besar muslim, salah satu pemain penting dalam mentransfer keilmuan Yunani ke dalam dunia Islam.
Dari sini pemahaman akan beribadah, juga berlogika menjadi lebih tebal. Secara tidak langsung, di mana advocatus diaboli lahir, di belahan dunia lain juga sudah memahami ini semua.
Keempat, Rene Decartes (1546-1650). Filsuf Yunani salah satu tokoh kesenangan gen-z, terutama melalui kutipan-kutipan dingin Rene, lebih tepat lagi tentang 'Cogito, ergo sum', berisi tentang seseorang mempertanyakan masa depan dengan romantisasi. Namun, justru dari sini konsep berpikir untuk hal jauh ke depan sangat penting.
Perdebatan antara urgensi berpikir jauh dengan menjalani hari ini dengan sungguh-sungguh, masih menjadi sebuah topik menarik dalam forum advocatus diaboli, se-simpel karena tidak ada jawaban absolut di sana.
Kelima, Friedrich Nietzsche (1844-1900). Filsuf Jerman Nietzsche merupakan salah satu kritikus terbaik pernah dilahirkan, terutama ketika membahas tentang moral dan agama. Tak jarang juga Nietzsche mengambil pandangan oposisi untuk menantang keputusan yang akan dibuat menjadi lebih matang.
Dari sini perdebatan tentang moral dan agama lebih terbuka, tidak lagi saling membunuh tanpa memahami satu sama lain. Mereka berdiskusi, juga saling mempengaruhi dalam batas-batas pemikiran, bersama menjunjung kemanusiaan.
Daging dalam ajaran "advocatus diaboli"
Setelah membaca sampai sini, tak dipungkiri mulai terdapat sketsa tentang 'daging' terkandung dari advocatus diaboli di sana. Terlebih, tentang bagaimana ini semua bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita beda satu per satu.
Penguatan pengambilan keputusan
Sebelum membuat keputusan-keputusan besar (karier, kebutuhan, atau bahkan percintaan), bermain dengan pemikiran advocatus diaboli tak bisa dibantah bisa membuat pengambilan keputusan lebih kuat.
Bersama dengan advocatus diaboli, kebutuhan untuk memilih sesuatu yang impulsif akan lebih jauh, ini juga sangat berguna untuk kehidupan sehari-hari, terutama ketika membeli barang-barang dari marketplace.
Memperkuat kepercayaan diri
Sejauh ini, tak bisa dipungkiri kita sudah mengetahui tidak ada ada kebenaran absolut di sini. Dengan bermain bersama advocatus diaboli bisa dibilang pemikiran kita akan lebih dibentuk, mungkin akan ada perbaikan nanti, tetapi jelas untuk sesuatu yang lebih baik.
Dari sini bisa dibilang semakin baik materi dibawakan, makin percaya diri juga seseorang untuk mempresentasikan, terutama di panggung-panggung besar, tentu 'daging' dari materi dibawakan perlu dipertebal sampai batas maksimal.
Meningkatkan kemampuan komunikasi
Mempertimbangkan pandangan oposisi bukan aksi pecundang, juga bukan berarti tidak memiliki pendirian. Dari filosofi advocatus diaboli kita mempelajari sudut pandang lain, juga berarti sama dengan melatih artikulasi argumen sendiri.
Terlebih, di tengah dunia digital yang dipenuhi kolaborasi sekarang ini, di mana 'ya, tetapi' sudah digantikan dengan konsep 'ya, dan'. Di mana penerimaan jauh lebih diutamakan dibandingkan dengan penolakan.
Meningkatkan kreativitas
Kita semua tahu kreativitas merupakan sejenis makhluk aneh, yang makin susah ditemukan, di saat makin gencar untuk diusahakan. Meski, tak bisa dipungkiri filosofi ini menawarkan beberapa stimulasi untuk mendorong kreativitas.
Dengan terus-terusan mengargumenkan, membangun ide-ide baru atas suatu permasalahan bisa dibilang salah satu jalan pintas untuk memicu solusi dengan inovasi terhadap suatu masalah.
Mempererat kualitas hubungan
Di tengah diskusi teman atau keluarga, bermain dengan advocatus diaboli tak bisa dipungkiri akan memberanikan pemikiran setiap anggota keluarga lebih terbuka, juga membuka pemahaman lebih luas akan sesama.
Tentu, permainan ini harus diikuti keterbukaan, kita tidak bisa langsung memaksa seorang konservatif untuk menerima semua secara langsung. Ide untuk bertukar pikiran di sini, tentu juga termasuk dalam menghindari permusuhan.
Setelah semuanya, menerapkan ajaran-ajaran 'Advocatus Diablo' di dalam kehidupan sehari-hari, dengan mudah kita dapat mengembangkan ketenangan, kebijaksanaan, dan ketahanan mental untuk menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H