Mohon tunggu...
Hadenn
Hadenn Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Football and Others

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Berburu Promo Ramadan Atau Menetap dalam Kemiskinan?

21 Maret 2024   04:36 Diperbarui: 21 Maret 2024   04:41 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
9 Klaster Kemacetan di Jakarta dan Cara Menghindarinya Pakai Data Halaman all - Kompas.com 

Salah satu hal terbesar ditunggu dalam Ramadan tak lain merupakan promo dalam sana, di mana hampir semua kebutuhan, entah kebutuhan pokok atau sekunder semua didiskon besar. Semua ini berkorelasi dengan lonjakan permintaan masyarakat terhadap hampir semua barang pada hari-hari tersebut.

Meski demikian, di balik semarak semua orang berbondong-bondong untuk membeli baju raya setiap tahun, ada kami orang-orang yang memilih sunyi tak bergerak sama sekali. Di sini kami tak pernah berpikir membeli baju raya salah, tetapi lebih kepada menaruh ragu dengan kebenaran promo di sana. Sesimpel itu memang, untuk membuat kami tak belanja.

Lebih jauh lagi, kita semua tahu bagaimana Marketplace sudah merusak pasar selama ini, kalau harga sudah rusak, ngapain harus menunggu pas Ramadan. Terlebih, kalau harga di hari biasa sengaja dirusak untuk mengangkat pembelian harian. 

Tentu, di bulan Ramadan ini akan dimaksudkan sebagai ladang cuan cerah untuk semua, mereka tak perlu menipiskan cuan, kalau perlu dipertebal dari sana.

Semua ini memungkinkan sebab permintaan meninggi, sedangkan kebanyakan orang tidak melihat harga di pasar harian. Kalau pun kalian memantau semua harga harian, tetapi ketika harga dinaikkan menjelang hari raya, tidak ada banyak pilihan dari sana. Tentu juga, sebagian besar orang pasti akan tetap membeli.

Tak bisa dibantah semua yang disebutkan, gambaran singkat dari sisi gelap Ramadan. Sekarang, di sini kami akan dengan senang memaparkan semua lebih detail, terutama dampak terhadap diri sendiri sebagai konsumen.

Eksploitasi dan Ketidakadilan

Industrialisasi dan Eksploitasi Dinilai Jadi Akar Konflik dan Kekerasan di Papua Halaman all - Kompas.com 
Industrialisasi dan Eksploitasi Dinilai Jadi Akar Konflik dan Kekerasan di Papua Halaman all - Kompas.com 

Bukan suatu rahasia setiap perusahaan akan menambah jumlah karyawan, untuk menanggulangi lonjakan konsumsi saat Ramadan, terutama menjelang hari akhir. Namun, beberapa tahun belakang jarang sekali semua industri diuntungkan menambah karyawan, mereka memilih untuk memangkas beban dengan memaksimalkan setiap daya yang ada.

Tak bisa dibantah ini bisa masuk ke dalam eksploitasi. Terlebih, mayoritas dari pekerja negeri ini tak memiliki jaminan kesehatan dalam kontrak kerja, terutama pekerja daerah. Namun, kita tak pernah mendengar keluhan dari mereka, karena satu-satunya isi pikiran mereka cuma untuk tetap bertahan atau tidak dipecat.

Terlepas dari semua, promo Ramadan juga menjengkelkan, penjual bisa dibilang secara serius mengadu pembeli untuk adu cepat, atau apalah itu, terutama untuk transaksi online. Salah satu cara terburuk dari sana, kita tak pernah tahu stok dalam toko berapa, mereka selalu bisa mengatakan stok menipis setiap saat.

Dampak lingkungan

9 Klaster Kemacetan di Jakarta dan Cara Menghindarinya Pakai Data Halaman all - Kompas.com 
9 Klaster Kemacetan di Jakarta dan Cara Menghindarinya Pakai Data Halaman all - Kompas.com 

Kita semua tahu bertambah hari Ramadan selalu berkorelasi dengan bertambah sampah di mana-mana, terutama sampah sisa makanan kebiasaan membeli berlebihan setelah berbuka. Meski, semua sampah bisa diproses dengan baik sumber ekonomi, tetapi kita juga tahu untuk sekarang masih belum sampai sana.

Di samping itu, pada masa Ramadan seiring dengan konsumerisme berlebihan tanpa disadari kita selalu menghabiskan bahan baku elektronik, juga air jauh lebih banyak dibandingkan dengan bulan biasa. Terlebih, konsumsi bahan bakar mengingat selalu sudah 'gigi lima' roda ekonomi pada masa puasa, meski tak semua lini pasti.

Lebih jauh lagi, industri kreatif atau makanan cepat saji bisa dikatakan paling menderita di tengah puasa, terutama usaha tanpa akses digital. Memang boleh jadi penghasilan netflix akan melonjak, tetapi bagaimana dengan reog atau wayang di daerah. Selain itu, untuk makanan cepat saji tak bisa dibantah jauh lebih susah, karena warga lebih memilih makanan rumahan atau minimal makanan lebih sehat untuk dikonsumsi di bulan ini.

Dampak sosial

Kecanduan Belanja Online, Bisa Jadi Tanda Gangguan Mental (kompas.com) 
Kecanduan Belanja Online, Bisa Jadi Tanda Gangguan Mental (kompas.com) 

Salah satu masalah sosial tergila dengan promo Ramadan hari ini, semua orang berlomba untuk mendapatkan penawaran termurah, lalu akan berbangga dengan bagaimana cerdas mereka dalam mencari atau bernegosiasi barang dalam pasar. Ini bukan cuma tak sehat untuk penjual, tetapi juga pembeli di sini.

Bagaimana seseorang bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk selisih harga 5 ribu, betulan gila.

Meski demikian, pasti tidak semua orang mendapatkan penawaran promo terbaik yang mereka harapkan, tetapi masih terus mengulik, hingga di akhir cuma stres yang didapat, terutama barang dari lapangan, tidak ada alternatif untuk mereka yang kehabisan. Sedangkan, gengsi dalam diri pasti meninggi di momen ini, entah gengsi tidak dapat atau gengsi bayar lebih mahal.

Lebih jauh lagi, kegilaan konsumerisme dalam Ramadan ini juga tak jarang menimbulkan sebagian masyarakat terjerat dalam hutang. Sudah gagal mendapatkan penawaran terbaik, terjerat hutang pula. Ini tak bisa dibantah realitas nyata masyarakat dalam menetap di jurang kemiskinan. 

Tentu, sangat disayangkan mengingat Ramadan tak bisa dibantah bulan berkah, di mana bisa dibilang fokus utama semua manusia adalah ibadah. Bagaimana bisa hal esensial sederhana dilupa, cuma karena promo-promo sementara di dunia. 

Setelah semuanya, kami sadar cuma sebagian kecil dari warga, tak akan pernah bisa memberikan solusi untuk masalah, di sini melalui tulisan ini cuma tertumpah harapan agar semua pemangku kebijakan lebih bisa menyelesaikan semua masalah, terutama berkaitan dengan promo menggila.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun