Salah satu hal terbesar ditunggu dalam Ramadan tak lain merupakan promo dalam sana, di mana hampir semua kebutuhan, entah kebutuhan pokok atau sekunder semua didiskon besar. Semua ini berkorelasi dengan lonjakan permintaan masyarakat terhadap hampir semua barang pada hari-hari tersebut.
Meski demikian, di balik semarak semua orang berbondong-bondong untuk membeli baju raya setiap tahun, ada kami orang-orang yang memilih sunyi tak bergerak sama sekali. Di sini kami tak pernah berpikir membeli baju raya salah, tetapi lebih kepada menaruh ragu dengan kebenaran promo di sana. Sesimpel itu memang, untuk membuat kami tak belanja.
Lebih jauh lagi, kita semua tahu bagaimana Marketplace sudah merusak pasar selama ini, kalau harga sudah rusak, ngapain harus menunggu pas Ramadan. Terlebih, kalau harga di hari biasa sengaja dirusak untuk mengangkat pembelian harian.Â
Tentu, di bulan Ramadan ini akan dimaksudkan sebagai ladang cuan cerah untuk semua, mereka tak perlu menipiskan cuan, kalau perlu dipertebal dari sana.
Semua ini memungkinkan sebab permintaan meninggi, sedangkan kebanyakan orang tidak melihat harga di pasar harian. Kalau pun kalian memantau semua harga harian, tetapi ketika harga dinaikkan menjelang hari raya, tidak ada banyak pilihan dari sana. Tentu juga, sebagian besar orang pasti akan tetap membeli.
Tak bisa dibantah semua yang disebutkan, gambaran singkat dari sisi gelap Ramadan. Sekarang, di sini kami akan dengan senang memaparkan semua lebih detail, terutama dampak terhadap diri sendiri sebagai konsumen.
Eksploitasi dan Ketidakadilan
Bukan suatu rahasia setiap perusahaan akan menambah jumlah karyawan, untuk menanggulangi lonjakan konsumsi saat Ramadan, terutama menjelang hari akhir. Namun, beberapa tahun belakang jarang sekali semua industri diuntungkan menambah karyawan, mereka memilih untuk memangkas beban dengan memaksimalkan setiap daya yang ada.
Tak bisa dibantah ini bisa masuk ke dalam eksploitasi. Terlebih, mayoritas dari pekerja negeri ini tak memiliki jaminan kesehatan dalam kontrak kerja, terutama pekerja daerah. Namun, kita tak pernah mendengar keluhan dari mereka, karena satu-satunya isi pikiran mereka cuma untuk tetap bertahan atau tidak dipecat.
Terlepas dari semua, promo Ramadan juga menjengkelkan, penjual bisa dibilang secara serius mengadu pembeli untuk adu cepat, atau apalah itu, terutama untuk transaksi online. Salah satu cara terburuk dari sana, kita tak pernah tahu stok dalam toko berapa, mereka selalu bisa mengatakan stok menipis setiap saat.