Mohon tunggu...
Hadenn
Hadenn Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Football and Others

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bagaimana "Football Project" Manchester City Meninggalkan Semua Klub di Belakang?

23 Februari 2024   15:00 Diperbarui: 23 Februari 2024   15:54 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Copenhagen-Man City | UEFA Champions League 2023/24 | UEFA.com 

Kita semua tahu Manchester City sudah bertransformasi menjadi salah satu klub terbaik di dunia, bagaimana tim ini sudah berhasil memenangkan semua gelar yang mungkin untuk dimenangkan oleh sebuah klub, juga proses dalam meraihnya, yang jauh tak kalah lebih penting.

Perjalanan dalam memperbaiki cara bermain yang sudah dianggap sempurna oleh berbagai media, tetapi setiap tahun kita selalu bisa menonton ada perubahan di sana, sesuatu yang baru dan segar, selalu berhasil dihidangkan dalam keadaan matang. 

Di samping itu, semua ini sudah berjalan lebih dari tujuh musim, bukan waktu yang sedikit. Namun, fakta bisa berbicara, terlepas dari Jurgen Klopp, hanya Pep Guardiola yang diberikan kepercayaan penuh dalam membangun “football project” di era sepakbola modern, di mana tekanan tiap tahun sudah menjadi semakin tak masuk akal dan di sini akan dijelaskan mengapa proyek ini begitu spesial untuk dilanjutkan.

Kesadaran yang ditanamkan seorang Guardiola 

Semua kesuksesan klub tentu tak lepas dari kerja keras seorang maestro di luar lapangan, bagaimana Guardiola membawa klub ini, yang sebelumnya hanya diperhitungkan dalam pertandingan domestik menjadi salah satu klub paling dihindari di Eropa, tentu bukan pekerjaan yang mudah. Terlebih, tim ini bermain selalu bermain dengan cantik.

Dalam sepakbola kita juga menemukan yang namanya proses dalam sebuah tim, level dasar selayaknya Chelsea musim ini, entah berada di mana klub ini berakhir dalam klasemen semua masih akan bertahan. Selanjutnya, bisa dibilang selayaknya Manchester United musim ini, di mana kemenangan sangat penting, tuntutan untuk empat besar jauh di atas segalanya. Beberapa orang terancam diberhentikan di mana target tidak terpenuhi.

Sementara itu, Manchester City berada di atas semua. Bukan hanya tentang kemenangan dan hasil, mereka juga dituntut untuk bermain menghibur dalam lapangan.

Semua hal ini juga dikonfirmasi berkali-kali hampir setiap pertemuan pers setelah pertandingan oleh Guardiola, seolah tak pernah lelah untuk menunjukkan apresiasi bagaimana timnya bermain, sekaligus seperti menunjukkan cara bermain sepakbola yang layak kepada tim lawan. 

Lebih jauh lagi, cerita tentang bagaimana sepakbola seharusnya dimainkan ini juga sudah narasikan dalam ajang ballon d'or, momen di mana Manchester City dinobatkan sebagai klub terbaik di dunia dalam dua tahun terakhir. Mereka bukan memaksa tim lain untuk bermain, tetapi menunjukkan bagaimana tim ini bisa sukses dengan proses yang benar dalam lapangan.

Kesamaan filosofi bermain dari semua tim

Kita semua tahu bagaimana Guardiola bermain, bagaimana keberanian benar-benar ditekankan dalam menjadi tim yang mengambil resiko lebih banyak dalam lapangan. Bukan hanya itu, tim ini juga terlihat semakin sempurna bermain dengan bola, maupun tanpa bola.

Dulu, tim ini atau lebih tepatnya tim yang dilatih Pep selalu cenderung menguasai bola dengan kontrol penuh yang tak masuk akal, 70% penguasaan pernah bukan menjadi angka yang tinggi. Masalahnya, seiring berjalan waktu dia mulai sadar penguasaan saja tak pernah cukup, muncul itu permainan seperti sekarang, di mana transisi cepat dalam serangan, juga umpan langsung tak dikesampingkan sebagai opsi untuk mencetak gol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun