Dalam beberapa tahun terakhir, kita semua tahu timnas Jerman selalu tampil mengecewakan, entah itu dalam pertandingan persahabatan, maupun major turnamen. Padahal, dilihat dari materi pemain per individu, tim ini tidak buruk, terutama lini tengah, semuanya dalam level kelas dunia.
Mulai dari pemain dengan tipe mengontrol permainan selayaknya Joshua Kimmich, maupun Leon Goretzka masih di sana, juga pemain yang bisa memecah garis pertahanan lawan masih ada Jamal Musiala, Ilkay Gundogan, maupun Florian Wirtz yang siap untuk dimainkan. Masalahnya, jelas berada pada lini belakang, juga lini serang dalam skuad.
Namun, mengapa timnas Der Panzer justru kembali memanggil Toni Kroos dalam skuad. Terlebih, undangan ini bukan datang baru kemarin sore, sudah lama isu ini mengudara di Internet, dan baru setelah berpikir cukup lama, sang Maestro memutuskan untuk kembali.
Perbaikan dekadensi moral pemain muda
Kita semua tahu salah satu pemain paling kalem dalam menghadapi tekanan level dunia, tak lain Toni Kroos. Terbaru, dia sempat diteriaki oleh penggemar seluruh stadion, baik fans Madrid atau Barca setiap memegang bola dalam pertandingan final Copa de Espana, tetapi el Real justru keluar sebagai pemenang dengan skor telak 4-1.
El clasico edisi tersebut diadakan di Saudi Arabia, cukup wajar untuk penggemar lokal marah dengan Kroos, terutama setelah komentarnya mengenai liga lokal.
Karakter kepemimpinan tahan banting seperti inilah yang dibutuhkan oleh Julian Nagelsmann, bagaimana Kroos bisa mengontrol emosi, tekanan, juga ketenangan dalam berbagai pertandingan krusial, semua ini juga sangat dibutuhkan untuk pemain muda dalam skuad.
Jamal Musiala misalnya, salah satu talenta muda terbaik, pernah disandingkan bersama dengan Jude Bellingham, lalu ke mana selama musim ini. Harus dikatakan dia juga berkontribusi cukup besar dalam kemerosotan Bayern Munchen musim ini, skill individu dalam bermainnya masih banyak yang tersisa, kecepatan juga masih ada, tetapi visi bermain ini masih terlihat kurang.Â
Jamal Musiala ini masih sering terlihat ingin menyelesaikan semua peluang sendiri, terlihat seperti tak tahu posisi teman dari flank kanan, maupun kiri. Padahal, sudah menjadi kewajiban pemain tengah untuk tahu di mana semua temannya berdiri, sebelum bisa melakukan berbagai jenis magis dari sana, dengan Toni Kroos dalam lapangan, boleh jadi permainan bocah satu ini akan jauh berkembang.Â
Sudah terbukti bagaimana seorang Vini Jr memahami permainan bisa berubah, mengapa Jamal Musiala tidak bisa. Mereka berdua sama berbakatnya, meski jelas dalam skuad el Real bukan hanya Kroos berperan, masih ada Modric di sana, juga Ancelotti yang tak kalah penting dalam menumbuhkan kepercayaan diri dalam hati para pemain.
Mengapa tipe bermain Kross dibutuhkan
Major turnamen sebelumnya, Der Panzer memainkan tiga pemain hebat secara bergantian untuk mengisi posisi double volante dalam lini tengah, Gundogan, Kimmich, dan Goretzka. Memang terlihat tidak ada konsistensi di sana, karena itu juga tim ini tak bisa melangkah jauh.
Sebenarnya, tidak ada masalah di sana, ketiga pemain tersebut boleh jadi gelandang terbaik yang tersedia di dunia. Namun, tidak pernah ada momen di mana ketiganya bisa bermain bersama, dalam posisi terbaiknya. Salah satu dari mereka pasti harus mengisi entah itu posisi nomor 10, maupun bek kanan, karena dua posisi itu memang masih sangat mentah.
Namun, semua masalah itu nampaknya sudah berakhir hari ini, dengan kembalinya Toni Kroos bersama skuad. Joshua Kimmich bisa berfokus untuk bermain sebagai bek kanan, sedangkan Goretzka bisa mulai kembali bermain sebagai bek tengah, timnas Jerman tidak memiliki pemain sekelas mereka dalam posisi tersebut. Sementara itu, Gundogan bisa menemani Kroos untuk menjalankan bola dalam lini tengah.
Bagaimana seorang Toni Kroos mengatur permainan, tempo dalam tim, juga kecerdasan dalam memecah garis pertahan lawan, bisa dibilang tiga elemen vital yang membuatnya lebih baik dibandingkan semua opsi gelandang tersedia. Selama tidak ada suatu masalah terjadi, cedera atau hal lain yang tidak diinginkan, tidak ada alasan untuk skema permainan tak berjalan.
Terlepas dari itu semua, semua keputusan ada di tangan Naglessman, kita tidak boleh lupa bagaimana dia membuat Havertz bermain sebagai bek kiri, mencetak gol cepat. Meski hasil akhir pertandingan itu kalah, tetapi tak bisa disangkal dia selalu bisa memberikan kejutan.
Peluang dalam turnamen EURO
Sejujurnya, sebelum pengumuman resmi Toni Kroos melalui akun Instagram-nya. Sebagai penggemar sepakbola, sulit untuk mempertimbangkan timnas Jerman sebagai kandidat juara, meski tak bisa dipungkiri tim ini tengah bermain di depan publik sendiri, kualitas tim dalam mengolah tekanan, terlalu rendah.
Namun, semua tampak jauh lebih segar sekarang, salah satu pemain dengan kontrol emosi terbaik dunia, kembali untuk bela negara. Harus dipastikan ada perlawan dalam sana, kita tidak bisa membiarkan Prancis, Portugal, maupun Inggris membawa pulang gelar dengan mudah.
Terlepas dari itu semua, turnamen kembali hanya soal drawing, bukan tidak mungkin tim ini bisa langsung menjadi juara selama tidak bertemu dengan tiga tim terkuat tersebut. Semua masih mungkin untuk terjadi. Namun, bisa juga tim langsung pulang dalam R-16, atau bahkan kembali tidak lolos dalam grup. Semua masih bisa terjadi, tetapi pasti tidak akan mudah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H