Mohon tunggu...
Hafid Rofi Pradana
Hafid Rofi Pradana Mohon Tunggu... Penulis - Transportation and Colonial Historian

History and Tech Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran atau Tugas Bermediakan Daring?

24 Maret 2020   12:38 Diperbarui: 24 Maret 2020   12:53 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prolog

Merebaknya virus Covid-19 yang kemudian dikenal dengan istilah virus Corona di berbagai daerah di Indonesia memberikan dampak yang sangat signifikan. Muncul berbagai tanggapan dalam menghadapi beredarnya virus tersebut, mulai dari perburuan masker dan handsanitizer, penutupan beberapa tempat wisata, sebagian daerah yang menerapkan fase karantina dalam jangka waktu tertentu, kampanye social distancing, dan lain sebagainya. 

Salah satu kebijakan yang muncul di dunia pendidikan adalah mengenai arahan untuk meliburkan lembaga pendidikan berupa sekolah dan perguruan tinggi, serta menggantikan kegiatan belajar mengajar yang awalnya di sekolah/kampus menjadi di rumah melalui media daring.

Penerapan kegiatan belajar mengajar melalui media daring ini diterapkan di berbagai tingkatan lembaga pendidikan, melalui berbagai "ruang kelas" online yang telah dipersiapkan oleh para pengampunya. Mulai dari pemanfaatan media daring yang memang sudah disiapkan oleh lembaga, khususnya untuk tingkatan perguruan tinggi yang mayoritas memiliki ruang tersendiri. 

Namun, untuk tingkatan sekolah, selain yang memiliki media khusus juga memanfaatkan media daring yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat, seperti misalnya WhatsApp, Youtube, atau bahkan kombinasi dari beberapa media untuk mendukung kelancaran dalam pembelajaran secara online.

Fasilitas ruang-ruang belajar secara daring juga muncul dan dipersiapkan oleh beberapa bimbingan belajar daring, seperti Ruang Guru, Zenius, dan lain sebagainya. Bahkan beberapa diantaranya juga bekerjasama dengan operator seluler atau penyedia layanan akses internet dengan memberikan bonus berupa paket kuota dengan batasan tertentu. 

Selain itu, beberapa pihak pun juga mulai meluncurkan program atau aplikasi pembelajaran secara daring yang dapat mendukung berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di tengah masa "libur" panjang akibat adanya wabah Covid-19.

Namun, keberadaan berbagai fasilitas yang tersedia tersebut, muncul permasalahan lain yang justru merupakan yang paling urgent, yaitu adalah tahap eksekusi dari pembelajaran melalui daring tersebut. 

Salah satu problem yang muncul adalah penerapan yang dilakukan secara tiba-tiba, sehingga diperlukan waktu untuk adaptasi bagi pengajar ataupun pelajar. Selain itu, bagi yang jarang, atau tidak pernah menerapkan "kelas" online ini tentunya akan mengalami kesulitan untuk menetapkan aturan mainnya, sehingga berdampak pada kurang efektifnya pembelajaran dan malah berganti dari pembelajaran bermediakan daring, menjadi TUGAS bermediakan daring.

Beberapa curhatan dari para golongan pelajar seringkali bertebaran dan mudah sekali ditemukan, bahkan oleh penulis sendiri. Sebagian besar mengeluhkan mengenai tugas yang datang berjibun dalam jangka waktu satu hari, yang dinilai membosankan dan menyebalkan. Beberapa diataranya malah memilih untuk tidak mengerjakan tugas yang diberikan, atau tetap mengerjakan dan mengumpulkan walaupun terlambat dari batas yang diberikan.

Pembelajaran Melalui Media Daring

Pada dasarnya pembelajaran melalui media daring dapat dikatakan lebih memudahkan, khususnya ketika menghadapi permasalahan jarak dan waktu yang terbatas. Apalagi dengan didukung berbagai perangkat gawai, dan perangkat lunak yang bertebaran di dunia maya dapat dengan mudah mendukung kegiatan belajar dan mengajar tanpa harus bertatap muka. Secara simple, dapat dikatakan pembelajaran berbasis daring adalah kegiatan belajar mengajar di ruang maya, yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun.

Penerapan dari sistem belajar dalam dunia maya ini adalah kurang lebih dapat dilakukan dalam bentuk beberapa bagian. Pertama, kegiatan belajar dapat dilakukan dengan membentuk sebuah ruang kelas, berupa grup chat yang diperlukan, yang kemudian peran dari guru adalah memberikan modul atau materi dalam bentuk file atau softcopy kepada siswa. 

Materi yang diberikan dapat berupa sebuah catatan atau ebook, ataupun berupa rekaman suara mengenai materi yang akan disampaikan, atau bahkan dapat berupa video. Sementara peran dari siswa adalah mempelajari dari materi yang didapat dari ruang kelas maya tersebut, dan juga dapat memanfaatkan grup chat tersebut sebagai tempat berdiskusi.

Cara berikutnya dapat dengan melakukan video call antara pengajar dan pelajar, yang kemudian sang pengajar dapat menyampaikan materi atau pembelajara secara langsung melalui panggilan video tersebut, dan bagi pelajar pun dapat mengetahui dan berinteraksi secara langsung. Alternatif lain adalah dengan melakukan siaran secara langsung atau live yang dilakukan oleh guru, yang kemudian interaksi dengan siswa dapat dilakukan melalui kotak obrolan yang tersedia secara langsung.

Lalu bagaimana untuk mengevaluasi hasil pembelajaran tersebut? Beberapa media daring ternyata sudah memberikan alternatif solusi yang menarik untuk dicoba. Seperti misalnya dapat dilakukan dengan memberikan soal-soal terkait materi yang disampaikan dalam bentuk quiz yang dikemas secara menarik. Ataupun dapat pula dilakukan secara konvensional melalui diskusi dalam grup chat ruang kelas yang telah terbentuk, ataupun dengan memutar peran dan penerapan media daringnya.

Alternatif Media Daring sebagai Ruang Kelas Maya

Sebenarnya untuk melakukan kegiatan belajar melalui media daring bukanlah sesuatu yang perlu dianggap sulit. Bahkan dengan beberapa media daring yang sudah banyak dikenal oleh mayoritas masyarakat dapat digunakan sebagai ruang-ruang kelas maya.

Salah satunya adalah melalui WhatsApp yang tentunya sudah banyak dikenal oleh masyarakat, dan sepertinya sebagian besar kelas maya atau online dibentuk melalui perangkat lunak ini. 

Salah satu fitur yang tersedia, seperti pembuatan grup chat dapat digunakan sebagai ruang-ruang kelas online yang dapat digunakan sebagai media diskusi, dan penyampaian materi melalui ebook, video, ataupun dengan voice note yang memungkinkan pengguna mengirimkan rekaman suaranya. 

Sehingga, seharusnya media daring satu ini dapat digunakan untuk saling berinteraksi selayaknya ruang kelas, dan bukan hanya sebagai media penyampaian tugas. Namun sayangnya, kelemahan dari Whatsapp adalah tidak bisa melakukan live streaming yang bisa diikuti lebih dari 4 orang.

Kemudian ada aplikasi lain bernama Google Classroom. Google Classroom merupakan salah satu produk dari Google yang difungsikan sebagai kelas pembelajaran jarak jauh. Siswa maupun guru dapat menggunakan Google Classroom ini dengan mudah karena hanya berbekal akun Google saja. Google Classroom terintegrasi dengan produk Google lainnya seperti Drive, Calender, Form, Jamboard, Hangouts Meet, Docs, Sheets, Slide, termasuk Gmail sehingga memudahkan untuk berinteraksi secara cepat. 

Google Classroom dapat disiapkan dengan mudah. Pengajar dapat menyiapkan kelas dan mengundang siswa serta asisten pengajar. Di halaman Tugas Kelas, mereka dapat berbagi informasi---tugas, pertanyaan, dan materi. Dengan Google Classroom, pengajar dapat menghemat waktu dan kertas. 

Mereka dapat membuat kelas, memberikan tugas, berkomunikasi, dan melakukan pengelolaan, semuanya di satu tempat. Google Classroom juga menawarkan pengelolaan yang lebih baik. Siswa dapat melihat tugas di halaman Tugas, di aliran kelas, atau di kalender kelas. Semua materi kelas otomatis disimpan dalam folder Google Drive. Selain itu, Google Classroom memungkinkan alur komunikasi antara pengajar dengan murid atau antar-murid lebih efektif. 

Pengajar dapat membuat tugas, mengirim pengumuman, dan memulai diskusi kelas secara langsung. Siswa dapat berbagi materi antara satu sama lain dan berinteraksi dalam aliran kelas atau melalui email. Pengajar juga dapat melihat dengan cepat siapa saja yang sudah dan belum menyelesaikan tugas, serta langsung memberikan nilai dan masukan real-time. 

Yang tak kalah penting, Google Classroom terjangkau dan aman yang disediakan gratis untuk sekolah, lembaga nonprofit, dan perorangan serta tidak berisi iklan dan tidak pernah menggunakan konten pengguna atau data siswa untuk tujuan periklanan.

Hal yang sama juga dapat dilakukan melalui Facebook, dengan membentuk ruang-ruang grup kelas secara maya, dan lebih memberikan keleluasaan bagi penggunanya karena bukan sekedar grup obrolan saja yang terbentu. Tetapi juga memberikan ruang-ruang lain untuk obrolan diskusi, berkirim opini secara langsung, ataupun hanya sekedar berbincang ringan, tanpa mengganggu materi atau topik utama.

Salah satu fasilitas yang tersedia juga memberikan keleluasaan pengguna untuk melakukan siaran secara langsung, sehingga lebih memudahkan dalam penyampaian materi. Sementara apabila hanya ingin mengandalkan penyamapaian materi secara langsung, dan membentuk ruang obrolan untuk berinteraksi dan diskusi, maka Youtube dapat menjadi salah satu pilihan.

Kemudian, salah satu media daring yang mungkin lebih lengkap adalah Discord, mungkin media daring satu ini agak terdengar asing, karena mayoritas penggunanya adalah para gamers. Namun, dibalik itu, media daring satu ini memiliki fitur pembuatan ruang diskusi yang lengkap yang disebut server yang dapat diakses secara gratis.

Sebagai admin dalam server, dapat membagi ruang-ruang diskusi dan obrolan, bahkan menyiapkan ruang khusus untuk bercakap-cakap melalui suara yang dapat diketahui oleh anggota yang tegabung. Selain itu, dapat pula digunakan untuk melakukan siaran secara langsung, dan bahkan dapat memonitor secara langsung siapa saja yang sedang online dalam waktu yang sama, sehingga juga memudahkan absensi kelas.

Sedangkan untuk kegiatan evaluasi yang menarik dapat menggunakan media seperti Quizizz yang memberikan keleluasaan untuk memberikan soal-soal terkait materi yang telah disampaikan dengan tampilan layaknya sebuah permainan quiz. Bahkan bagi siswa pun juga dapat membuat pertanyaannya tersendiri, sehingga dapat digunakan untuk saling tukar menukar soal sebagai suatu bentuk tantangan.

Problem dan Tantangan Pembelajaran secara Daring

Dari sekian banyak kemudahan dan fasilitas yang tersedia untuk pembelajaran bermediakan daring, ternyata terdapat berbagai permasalahan dan tantangan yang harus dihadapi. Masalah tersebut meliputi berbagai hal, mulai dari masalah gaptek atau gagap teknologi, standar perangkat yang digunakan, atau juga masalah jaringan. Beberapa hal itulah yang kemudian menyebabkan sistem pembelajaran secara daring ini terkadang dinilai kurang efektif.

Masalah dan tantangan utama adalah mengenai gaptek atau gagap teknologi, walau sebenarnya tidak gaptek secara penuh, tetapi cukup menjadi problem yang mengganggu keefektifan dari sistem ini. Hal ini mayoritas dialami oleh para pengajar atau guru, yang kemudian berujung dengan berubahnya pembelajaran bermediakan daring menjadi tugas secara daring, yang kemudian berujung dengan keluhan siswa-siswanya.

Hal tersebut dapat dikatakan sebagai masalah yang wajar untuk terjadi, namun sangat mengganggu. Perbedaan dan adanya jurang yang cukup jauh dan dalam antara generasi para guru yang sebagian besar merupakan generasi boomer dengan para siswanya yang merupakan kalangan milenial sudah barang pasti memunculkan masalah.

Generasi boomer cenderung baru mengenal pesatnya perkembangan IT, khususnya media daring ketika dewasa. Sehingga diperlukan waktu yang cukup lama untuk beradaptasi, atau bahkan sebagian memilih untuk tidak terlalu memperdulikannya, selama dapat digunakan untuk berkomunikasi, dan cenderung jarang untuk berinisiatif mengulik dan mempelajari berbagai fitur yang memang tersedia, bahkan dalam sebuah gawai yang canggih.

Sementara, para kalangan milenial sudah mengenal media daring lebih awal, sehingga dapat dengan mudah beradaptasi, bahkan kehidupannya cukup banyak tergantung dengan gawai. Mereka ini yang cenderung lebih memahami tentang dunia maya, akhirnya seringkali menghadapi kebosanan dengan metode pembelajaran daring dari para generasi pendahulunya.

Benturan antara pemikiran keduanya akan memunculkan masalah, apalagi bila terkait dengan pembelajaran secara daring. Penyebabnya adalah, terkadang hal yang dianggap memudahkan dan simpel menurut generasi boomer, dianggap menyebalkan, menyulitkan dan membosankan bagi para milenial yang cenderung lebih mudah menemukan solusi lain yang lebih nyaman. Sedangkan pemikiran kalangan milenial yang menurutnya lebih mudah, terkadang sulit diadaptasi oleh boomer, dan juga mungkin saja dianggap kurang efektif dan kurang tepat.

Permasalahan berikutnya adalah standar perangkat yang digunakan. Hal ini juga cukup urgent, dikarenakan akan berdampak pada jenis media daring yang akan digunakan. Penyebabnya adalah sebagian media daring tidak sesuai dan tidak dapat diakses oleh gawai dengan perangkat tertentu, atau terdapat standar minimal penggunaan.

Hal sebaliknya adalah beberapa perangkat atau gawai mungkin mampu dan memenuhi syarat minimal dari media daring yang akan digunakan. Namun, akan mengalami beberapa kesulitan, misalnya seperti lag, atau pemrosesan yang memakan waktu lama, dan lambat. Sehingga, masalah tersebut akan mengganggu efektitifitas dari kegiatan belajar mengajar secara daring.

Terkadang bahkan beberapa perangkat gawai membutuhkan peralatan tambahan agar mendapatkan hasil yang maksimal. Seperti misalnya, diperlukan speaker yang memadahi untuk mendengar secara jelas dan nyaman, atau perlu juga mic dan alat perekam khusus untuk mendapatkan hasil suara yang jernih saat melakukan siarang langsung. Bahkan mungkin harus terpaksa meng-upgrade gawai dengan kamera yang mumpuni demi untuk mendapatkan gambar rekaman yang jernih dan tidak gelap.

Terakhir, adalah mengenai jaringan, tentunya hampir semua orang akan memahami, apabila ketersediaan jaringan internet merupakan bagian penting dalam mengakses media daring. Sehingga, dalam suatu kegiatan pembelajaran secara daring akan sangat bergantung pada keberadaan satu hal ini, sebab tanpa internet maka kegiatan belajar di kelas maya ini tidak akan mungkin terjadi.

Kestabilan jaringan internet ini dapat menjadi faktor lancar tidaknya suatu kegiatan di kelas maya, misalnya saja ketika melakukan siaran langsung tiba-tiba internet terputus atau tidak ada signal maka tentunya akan mengganggu. Selain itu, jaringan yang tidak stabil juga akan menyebabkan terjadinya delay dalam menyampaikan ataupun menerima materi dan informasi yang sedang disampaikan

Alternatif Solusi

Tentunya permasalahan-permasalahan tersebut bukannya tanpa solusi, beberapa diantaranya dapat ditangani dengan beberapa alternatif yang dapat dipilih. Misalnya saja seperti permasalahan gaptek tersebut, secara konvensional solusi yang dapat diberikan adalah dengan diadakannya sebuah pelatihan khusus untuk memanfaatkan teknologi dan media daring yang akan digunakan lembaga sebagai salah satu sistem pembelajaran.

Namun, terdapat suatu alternatif solusi yang mungkin lebih mudah dan simpel, yaitu dengan adanya hubungan timbal balik antara pengajar dan pelajar mengenai penerapan sistem pembelajaran yang akan diterapkan. Dari sisi pelajar dapat mengusulkan media daring yang akan digunakan dan juga memberikan tutorial yang memudahkan bagi gurunya.

Sedangkan dalam hal ini juga diperlukan peran dari guru atau pengajar untuk juga mau belajar dan tidak malu bertanya kepada siswanya untuk memahami penggunaan media daring yang lebih efektif. Sehingga diharapkan nantinya akan saling menyesuaikan diri, dan tidak hanya memunculkan suatu bentuk pembelajaran yang membosankan atau bahkan menyebalkan.

Sementara untuk permasalahan standar perangkat gawai, dapat diselesaikan dengan memilih penggunaan media daring yang bersifat standar. Artinya, media yang akan digunakan untuk proses belajar mengajar secara daring merupakan software yang masih dapat diterima dan digunakan oleh berbagai macam perangkat. Solusi lain, yang mungkin memerlukan banyak biaya dan agak menyulitkan adalah dengan memberikan perangkat gawai khusus yang hanya digunakan untuk kegiatan kelas secara online.

Kemudian untuk permasalahan jaringan sendiri sebenarnya terdapat berbagai pilihan solusi, seperti misalnya dapat memanfaatkan jaringan wifi yang tersedia di sekolah bagi para pengajarnya. Sedangkan siswanya dapat menyesuaikan dengan operator seluler yang sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya, yang tentunya mereka lebih paham mengenai hal tersebut, ataupun juga dapat memanfaatkan jaringan wifi di warung kopi, atau di tempat lain. Keberadaan warung internet pun mungkin bisa menjadi alternatif pilihan.

Penutup

Proses pemebelajaran melalui media daring bukanlah sesuatu hal yang rumit. Penerapanannya di beberapa lembaga pendidikan yang mungkin terjadi secara tiba-tiba menyebabkan perlunya proses adaptasi untuk menemukan metode yang tepat. Hal ini dikarenakan pada dasarnya kehidupan masyarakat di masa sekarang ini sudah sering bersentuhan dengan media daring, sehingga bukan suatu hal yang mustahil apabila kelas-kelas di ruang maya itu nantinya akan menjadi bagian dari kehidupan, bersamaan dengan proses munculnya masalah dan alternatif solusi yang saling bertimbal balik.

Re-edit dari: Catatan: Pembelajaran atau Tugas Bermediakan Daring?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun