Agar atraksi berjalan dengan apa yang diinginkan terdapat seorang pawang yang bertanggung jawab atas berjalannya acara atau yang biasanya disebut dengan istilah gambuh. Pawang atau gambuh ini digunakan sebagai perantara untuk menyadarkan kembali para penari ataupun para penonton yang sedang kesurupan.
Pawang atau gambuh biasanya terdiri dari 2 orang atau lebih tergantung berapa banyaknya orang yang tampil dalam mengisi kesenian jaranan buto tersebut. Biasanya gambuh akan memakai pakaian adat seperti pakaian Madura dan menggunakan udeng yang dikenakan di kepalanya. Di sakunya para gambuh membawa minyak yang berbau sangat wangi yang akan membuat orang yang kesurupan akan tertarik untuk menghampiri bau yang wangi tersebut. Gambuh yang ada di jaranan butu rata rata sudah berusia lanjut yang sudah memiliki ilmu yang kuat dalam mengatasi hal hal seperti kesurupan dan lainnya.
ISI
Kesenian jaranan buto banyuwangi adalah penampilan yang digunakan untuk menghibur masyarakat banyuwangi. Biasanya ditampilkan dalam acara pernikahan, khitanan, ulang tahun, dan lainnya. Jaranan buto berbeda dengan jaranan jaranan yang lainnya. Penampilan dari orang yang memperagakan saja sudah berbeda. Karena orang yang memperagakan jaranan buto akan merias badan dan wajah mereka sedemikian rupa agar menyerupai sebuah raksasa atau menyerupai buto yang asli. Mereka akan membuat wajah mereka menjadi sangat menyeramkan dengan cara melukis wajah mereka menggunakan bedak atau cat khusus yang digunakan untuk merias wajah khususnya pemeran jaranan buto.
Berbicara soal sejarahnya, tari jaranan buto berasal dari dusun cemetuk sebuah desa kecil yang berada di kecamatan cluring kabupaten banyuwangi yang letaknya berbatasan dengan kecamatan gambiran. atas dasar lokal tersebut menjadikan masyarakat dusun cemetuk mendapatkan pengaruh kebudayaan masyarakat jawa mataram yang ada di wilayah gambiran. Masyarakat gambiran sebagian besar masih memiliki garis keturunan trah mataram.dari pengaruh tersebut, kesenian jaranan buto dikatakan sebagai bentuk akulturasi budaya. Memadukan budaya osing suku asli banyuwangi dengan kebudayaan jawa mataram
Jaranan buto mengadopsi nama tokoh legendaris minakjinggo. Terdapat beberapa tanggapan yang mengatakan bahwa minakjinggo adalah seseorang yang memiliki kepala raksasa yang dalam bahasa jawa biasanya disebut dengan butho. Penggunaan kuda dalam atraksi jaranan buto memiliki filosofi semangat perjuangan. Kuda juga dimaknai sikap kesatria dan kerja keras tanpa rasa lelah dari seluruh elemen masyarakat dalam menghadapi semua kondisi dalam kehidupan
Memang kesenian jaranan buto tidak bisa dianggap berasal dari satu daerah. Melainkan setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki ciri khas dan keunikan masing masing melalui kesenian. Khususnya seni tari tradisional jaranan buto. Sebagian tari yang dipersembahkan merupakan gambaran sebuah cerita mitos atau fakta yang berkembang dimasyarakat dan diapresiasi oleh seniman terdahulu dalam bentuk sebuah tarian.Â
Selain dari alur cerita, kostum penari, maupun iringan musik menambahkan keunikan dari kesenian tradisional ini. Pemeran jaranan buto biasanya diriasi dengan semenyeramkan mungkin dan dipadukan dengan kostum yang gagah. Kesenian jaranan buto memang tak lepas dari latar belakang orang yang berasal dari suku jawa. Tak hayal, jika di daerah lain juga ditemukan kesenian yang serupa. Terutama daerah yang tidak jauh populasinya yang mayoritas adalah orang jawa.
Beberapa keunikan yang ada dalam jaranan buto adalah waktu pementasan jaranan buto dalam pertunjukannya, para pemain akan menunjukkan atraksi yeng cukup mengagumkan, selain itu ada pula atraksi kesurupan dalam tarian ini. Kostum tari jaranan buto adalah property kuda lumping yang digunakan tidaklah menyerupai kuda seperti wujud yang nyata. Melainkan kuda tersebut berwajahkan raksasa atau buto begitu pula dengan para pemainnya yang juga menggunakan riasan seperti muka raksasa. Yang ditandai dengan muka merah, mata besar, rambut panjang dan gimbal.
Jaranan buto sering ditampilkan dalam acara acara tertentu. Akan tetapi jaranan buto tidak dijadikan sebagai upacara adat atau yang lainnya. Jaranan buto hanya digunakan untu menghibur masyarakat awam saja. Penari jaranan buto menari dengan gerakan gerakan selayaknya raksasa. Gerakan tersebut semakin terlihat menarik dengan mengikuti alunan musik tradisional pengiringnya. Musik pengiring yang digunakan dalam pementasan tari jaranan buto memiliki perbedaan dari tari jaranan secara umum. Tari jaranan buto dalam pementasannya diiringi alunan alat musik seperti kendang, dua bonang, dua gong besar, kempul terompet, kecer yang terbuat dari bahan tembaga dan seperangkat gamelan.
 Para penari akan mengikuti irama yang ditabuh oleh para penabuh gerakan mereka akan disesuaikan dengan musik yang sedang ditabuh. Irama kendang dan suara gamelan akan memandu gerakan yang dilakukan penari jaranan buto agar gerakan mereka terlihat kompak dan tidak salah satu sama lainnya. Gerakan kaki dan tangan yang seiras akan menunjukkan kekompakan dan keindahan dari kesenian jaranan buto itu sendiri.