Dalam hal ini, murid juga harus punya semangat dan kemauan belajar. Selama ini, murid selalu menantikan jam berakhirnya pelajaran, jam kosong atau hari libur. Ini payah. Hasrat mengenai pentingnya ilmu pengetahuan masih kurang. Alhasil, dikelas mereka hanya sekedar datang dan sekolah atau tidak sekolah sama saja.
Sebenarnya bukan hanya itu saja, permasalahan pendidikan di Indonesia ini masih pelik dan kompleks. Tentang Trisentra pendidikan seorang pelajar yang di ajarkan Bapak Pendidikan Indonesia, yaitu: alam keluarga, alam sekolah, dan alam lingkungan sekitar.
Dimana bukan hanya sekolah satu-satunya pemegang kendali anak. Ada keluarga dan lingkungan sekitar anak. Menjadi percuma disekolah diajarkan jujur kalau keluarganya mengajarkan yang lain. Menjadi percuma disekolah diedukasi mengenai bahaya rokok kalau pergaulan anak dengan preman jalanan yang suka merokok mabuk dan judi.
Sinergi antara sekolah dan keluarga serta kesadaran lingkungan sosial harus dibentuk sedari awal.
Belum lagi mengenai Guru sebagai patokan siswanya. Beberapa bulan lalu, dunia pendidikan gempar karena seorang guru berbuat asusila terhadap muridnya. Banyak kejadian senada dari tahun ke tahun semakin parah.
Padahal, Ki Hajar Dewantara juga telah mengajarkan apa yang menjadi semboyan pendidikan negeri ini, Tut Wuri Handayani. Tertera bahwa guru adalah pendorong murid, pemrakarsa ide, dan teladan bagi muridnya.
Menjadikan generasi emas memang tidak mudah. Banyak hal yang harus dibenahi dan diperbaiki. Dibutuhkan perumusan kurikulum pendidikan yang kompleks. Penerapan yang tepat sesuai dengan tujuan. Dan juga mengenai kesadaran setiap orang terhadap perannya dalam dunia pendidikan.
Semoga pendidikan nasional semakin cerah dan berkualitas.
[caption id="attachment_364029" align="aligncenter" width="300" caption=" 14305587061133606095 Pray for better education in Indonesia. Sumber foto: inacourse.com"]