Mohon tunggu...
haerul said
haerul said Mohon Tunggu... Guru - Membaca dan menulis sudah menjadi candu.

Menulis melengkapi bacaan...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Angpao Angko Sun

2 Februari 2016   00:39 Diperbarui: 5 Februari 2016   17:55 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kenapa mesti sembunyi-sembunyi?" 

"Kalau ente masih tinggal lebih lama disini, akan tahu juga" 

"Duh kenapa harus tinggal lama, bukankah sebaiknya beritahu saja, lebih cepat dan lebih jelas" Aku penasaran. 

"Beginilah sikap manusia, selalu terburu-buru. Ente punya otak dan akal kan?, nah gunakan itu untuk merenungkannya, jelas?" Aku menunduk, khawatir Haji Nuddin marah. 

Tapi aku penasaran lagi, "Apakah orang mati bisa dirindukan?" 

"Mmmhhh...dasar ente sulit mengerti. Dengar baik-baik!, manusia itu sebenarnya tidak mati, hanya jasadnya saja yang tidak bisa lagi bergerak, nyawa orang itu ke dimensi lain yang tidak bisa kita lihat dengan mata kita. Dan ane rindu sama Angko Sun bukan karena rindu Angpao-nya yang selalu diberikan kepada ente,  akan tetapi ane rindu sosok-sosok seperti beliau yang tidak merisaukan perbedaan, dan baginya meski berbeda namun berbuat baik adalah kewajiban manusia kepada penciptanya. Ini yang ane demenin, beliau adalah orang yang peduli pada kemanusiaan. Sudah banyak yang telah dibantu, bahkan beberapa pengusaha yang sekarang tokonya sudah mulai besar itu akibat bantuan dari Angko Sun. Angko Sun adalah guru, dermawan, bijak dan selalu bersedekah. Jadi mana mungkin ane kagak rindu sama sosok beliau... (hikz..hikz...)" Haji Nuddin mulai terisak-isak dan mata berkaca-kaca.

Aku hanya tertunduk lesu tak bisa lagi berkata-kata, ternyata banyak hal yang belum kuketahui. 

"Pak Haji, ma...ma...ma...af... aku hanya mengerti isi Angpao, belum mengerti apa yang pak Haji sampaikan, apakah pak Haji juga mau bagi-bagi Angpao putih juga nanti?" Duh..orang geblek.. 

"Ihh....dasar ente..,sudahlah...kalau ngak ngerti-ngerti sudahlah, dan ngak usah bertanya, pikirin aja Angpaonya, selamat tinggal, ane mau ziarah dulu ke kubur Angko Sun" 

"Pak haji pak haji...aku ikut..." 

"Tidak boleh, karena ente belum mengerti tadi, maka ente tak boleh ikut, nanti kalau sudah mengerti baru bisa ikut.. Heran ane, orang sepertimu sulit mengerti, tapi kalau duit cepat mengerti, astagafirullah.. mau jadi apa masyarakat ini kalau duit menutupi makna bukan malah menjadikan duit sebagai kendaraan mencapai kemuliaan. Innalillah.. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun