Mohon tunggu...
Haerudin agustino
Haerudin agustino Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan saja

Underground

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menjadi Manusia Zero Emisi yang Peduli terhadap Bumi

30 Juni 2023   20:36 Diperbarui: 30 Juni 2023   20:39 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Lestari. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mari kita simulasikan dan hitung penggunaan dan kebutuhan si A, B dan C, dari yang paling hemat hingga yang konsumsi dan kebutuhan penggunaannya lebih banyak lalu menentukan emisi yang dihasilkan menggunakan kalkulator jejak karbon dari jejakkarbonku.id.

A adalah seseorang yang memiliki sedikit kebutuhan, jarang menggunakan moda transportasi baik umum maupun pribadi, misalnya karena jarak tempat kerja yang dekat atau jarang melakukan perjalanan jauh. A juga adalah seorang vegetarian. Perabotan yang ada di rumahnya juga hanya mengonsumsi energi listrik kurang dari 100 kWh/bulan. dan menghasilkan kurang dari  0,50 TonCO2-Eq/Tahun/Kapita

Di mana B dalam kebutuhan sehari-hari sedikit mobilitas di luar ruangan, makan makanan dengan porsi seimbang, menggunakan komputer untuk menunjang pekerjaan, di mana dalam rumah yang dihuni dengan keluarga menggunakan tv, kulkas dan elektronik lain yang mengonsumsi penggunaan listrik katakan kurang dari 200 kWh/bulan. dan menghasilkan jejak karbon kurang lebih  1,11 TonCO2-Eq/Tahun/Kapita

Sedangkan C adalah seseorang dengan mobilitas tinggi di luar ruangan, menggunakan mobil pribadi sebagai moda transportasi, makan makanan olahan pabrik dan yang berat seperti daging, di rumah keluarganya menggunakan tiga AC untuk setiap ruangan, mesin cuci, TV, lampu yang selalu menyala, dan penggunaan internet unlimited untuk keluarga. Untuk tagihan penggunaan energi listrik katakan tidak bisa dibilang sedikit. kurang lebih meninggalkan jejak  karbon  9,89 TonCO2-Eq/Tahun/Kapita

Saya sendiri menghitung emisi harian menggunakan kalkulator jejak karbon dari jejakkarbonku.id dan mendapati turut berkontribusi dalam menghasilkan emisi karbon 0,65 TonCO2-Eq/Tahun/Kapita. Dimana kebutuhan sehari-hari merupakan standar penggunaan masyarakat golongan berhemat.

Bagaimana jika si A memiliki halaman rumah dengan pepohonan yang bahkan lebih cukup untuk meng-kompensasi emisi karbon dalam satu tahun. Sedangkan si C yang tinggal di perkotaan, menggunakan lebih banyak kebutuhan harian dan menghasilkan emisi karbon yang lebih banyak dari si A, tapi bahkan tidak memiliki halaman yang cukup untuk memarkir mobilnya?

Manusia Zero Emisi merupakan individu maupun masyarakat yang bertanggung jawab atas emisi karbon yang dihasilkan, dengan berkomitmen mengurangi jejak karbon yang kita hasilkan dan tidak hanya mementingkan diri sendiri. Karena bumi merupakan tempat tinggal untuk setiap makhluk di dalamnya.

Selagi pemerintah melakukan progres dalam upaya dekarbonisasi dan penerapan Energi Baru Terbarukan EBT serta target pemerintah lainnya untuk program net zero emission, kita sebagai masyarakat dapat mengambil langkah dalam menjaga kelestarian lingkungan dan penggunaan energi yang lebih ramah lingkungan yang pada gilirannya berkontribusi menyukseskan target pemerintah serta global.

Mengutip laporan IPCC, Climate Change 2021, pengaruh manusia menyebabkan pemanasan global yang signifikan dan hal ini akan sangat bergantung pada emisi gas rumah kaca atau emisi karbon. Indonesia sendiri telah berkomitmen mengurangi emisi karbonnya. Pemerintah telah menetapkan target unconditional sebesar 29% dan target conditional sampai dengan 41% dibandingkan skenario Business as Usual (BaU) di tahun 2030.[1]

Carbon offset adalah kegiatan menyeimbangkan sejumlah emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan tertentu dengan cara membeli karbon kredit (dalam pasar sukarela). Kegiatan yang menghasilkan emisi karbon termasuk kegiatan industri hingga kegiatan sehari-hari.[1]

Secara sederhana, kredit karbon merepresentasikan 'hak' menghasilkan karbon. Kredit ini dihasilkan oleh proyek-proyek penghijauan dengan metode perhitungan potensi penyerapan karbon yang telah diakui secara global.[2]


Dalam konteks kontribusi melalui kredit karbon, sederhananya adalah kita dapat membeli kredit karbon sebagai bentuk kompensasi atas emisi karbon yang kita hasilkan. Proyek-proyek ini berfokus pada upaya penyerapan karbon atau pengurangan emisi di berbagai sektor, seperti proyek penghijauan hutan, pembangkit energi terbarukan, efisiensi energi serta pengelolaan limbah. Setiap proyek memiliki metode perhitungan yang jelas untuk menentukan potensi penyerapan karbon atau pengurangan emisinya.

Dengan membeli kredit karbon, kita mendukung dan berinvestasi dalam proyek-proyek berkelanjutan, yang pada gilirannya membantu mengimbangi emisi karbon yang dihasilkan oleh kegiatan kita sendiri. Secara efektif, hal ini berarti kita mengkompensasi jejak karbon kita dengan menyumbang pada proyek-proyek yang mengurangi jumlah emisi atau meningkatkan penyerapan karbon di atmosfer.

Dengan mengikuti kegiatan komunitas peduli lingkungan, kita dapat berpartisipasi aktif dalam upaya pelestarian lingkungan. Komunitas peduli lingkungan sering kali mengadakan berbagai kegiatan seperti kampanye, aksi sosial, diskusi serta acara kegiatan penghijauan.

Melalui kegiatan komunitas peduli lingkungan kita dapat belajar lebih banyak tentang isu-isu lingkungan yang relevan, berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan sesama anggota komunitas serta terlibat dalam aksi nyata untuk melindungi dan menjaga lingkungan.

Selain itu, lewat lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam upaya menyampaikan pesan kepada masyarakat adalah langkah penting. LSM memiliki peran dalam melakukan advokasi, penelitian dan edukasi terkait isu-isu lingkungan. Dukungan kita kepada LSM dalam bentuk donasi, partisipasi dalam kegiatan serta mendukung kampanye dan program yang mereka adakan dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat.

Menanam pohon merupakan langkah yang efektif dalam upaya karbon offset. Pohon-pohon memiliki kemampuan untuk menyerap karbon dioksida (CO2) dari udara dan mengubahnya menjadi oksigen melalui proses fotosintesis. Dengan menanam pohon kita memberikan kontribusi dalam upaya penyerapan CO2 dari atmosfer serta membantu mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim. Setiap pohon yang ditanam memiliki potensi untuk menyerap ratusan kilogram karbon selama masa hidupnya.

Peduli terhadap gerakan menanam pohon adalah langkah penting dalam menjaga keberlanjutan lingkungan. Menanam pohon memiliki banyak manfaat, termasuk dalam upaya offset karbon,  memperbaiki kualitas udara serta melindungi dan memulihkan ekosistem.

Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan 19,45 juta ton timbulan sampah sepanjang 2022. Dari jumlah tersebut, mayoritas atau 39,63% di antaranya berasal dari timbulan sampah rumah tangga. Berdasarkan jenisnya, mayoritas timbulan sampah nasional berupa sampah sisa makanan dengan proporsi 41,55%. Diikuti sampah plastik dengan proporsi 18,55%.[3] 


Menggunakan alternatif kemasan plastik adalah langkah penting dalam upaya mengurangi dampak negatif plastik terhadap lingkungan. Plastik sekali pakai merupakan salah satu penyebab utama polusi plastik yang merusak ekosistem lingkungan darat dan laut, yang berkontribusi terhadap emisi karbon dan efek pemanasan global.

Sebagai gantinya, kita dapat mengadopsi penggunaan alternatif kemasan yang ramah lingkungan. Contohnya, menggunakan kemasan kertas atau karton yang dapat didaur ulang, kemasan berbasis tanaman seperti kemasan bioplastik yang terbuat dari bahan alami yang dapat terurai dengan cepat, atau menggunakan wadah dan botol yang dapat diisi ulang.

Dekarbonisasi sektor transportasi menjadi salah satu agenda utama untuk mencapai target emisi nol bersih Indonesia pada tahun 2060. Sektor transportasi merupakan penghasil emisi GRK terbesar kedua (23%), dimana transportasi darat menyumbang 90% emisi sektor ini, dengan total emisi di sektor energi mendekati 600 MtCO2eq pada tahun 2021 (IESR, IEVO 2023).[4] 


Dalam lingkungan perkotaan yang padat, penggunaan kendaraan pribadi seringkali menjadi penyebab utama kemacetan lalu lintas dan tingginya emisi karbon dioksida (CO2) serta polutan lainnya.

Sebagai alternatif, kita dapat mempertimbangkan penggunaan moda transportasi yang lebih berkelanjutan seperti bersepeda, atau menggunakan transportasi umum. Dalam kasus di mana penggunaan kendaraan pribadi tidak dapat dihindari, kita dapat menerapkan praktik mengemudi yang hemat bahan bakar, seperti menghindari akselerasi dan pengereman yang tiba-tiba, menjaga kecepatan konstan dan mengatur kecepatan dengan bijak. Dengan memilih moda transportasi umum dan ramah lingkungan, selain mengurangi kemacetan kita juga mengurangi emisi polutan yang merugikan lingkungan.

Kesadaran individu untuk berkontribusi dalam suksesnya transisi ke energi baru terbarukan sangat penting. Selagi dalam proses transisi, setiap individu dapat memainkan peran penting dengan mengadopsi praktik berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengurangi penggunaan energi, memilih transportasi ramah lingkungan, mendukung dan menggunakan sumber energi terbarukan serta mengurangi limbah dan polusi. 

Kesadaran akan dampak negatif dari penggunaan bahan bakar fosil dan kebutuhan untuk beralih ke sumber energi yang bersih dan terbarukan akan mendorong kolaborasi dan partisipasi aktif dari masyarakat dalam mendukung keberhasilan transisi EBT. 

Dengan kesadaran dan tindakan yang berkelanjutan, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan, mengurangi emisi karbon dan melindungi lingkungan untuk generasi mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun