Mohon tunggu...
R A Kurniasih
R A Kurniasih Mohon Tunggu... Penulis - Just blog and share

Dimana sebuah perjalanan berawal, disitulah sebuah kisah dimulai. \r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengintip Masa Depan Bandung, Jakarta, dan Jawa Tengah di Kompasianival 2014

30 November 2014   22:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:26 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasianival 2014 telah berlangsung dengan megahnya pekan lalu. Diantara banyaknya pembicara yang hadir ada tiga pemimpin daerah yang rela meluangkan waktunya untuk sharing bersama di panggung kompasianival. Mereka adalah orang nomer satu di Jakarta, Bandung, dan Jawa tengah. Dikemas dalam kompasiana nangkring ketiganya hadir berbagi cerita dan pengalaman dalam memimpin, berkoordinasi, dan membangun daerah.

Dua pemimpin pertama yakni Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama dan Walikota Bandung, Ridwan Kamil dihadirkan dalam satu panggung. Ridwan Kamil atau yang disapa Kang Emil mengawali penampilannya dengan presentasi singkat. Presentasi ini penuh berisi foto-foto dan gambar Bandung saat ini dan kedepannya. Kang Emil yang merupakan seorang arsitek ini rencananya akan menjadikan Bandung serupa dengan New York. Di dalam presentasinya ini beliau memperlihatkan upaya yang sedang dan akan ia lakukan untuk membuat wajah Bandung menjadi lebih baik.

Kang Emil juga berupaya untuk memanjakan Bandung dengan program 'happy day'nya. Setiap hari dalam seminggu Bandung dimanjakan dengan berbagai kegiatan yang positif serta bermanfaat bagi masyarakat. Diawali dengan hari Senin dimana anak-anak sekolah boleh naik bis secara gratis. Hari Selasa diberi tema “No smoking Day” atau hari tanpa merokok. Rabu menjadi hari dimana masyarakat wajib berbahasa Sunda. Hal ini dilakukan untuk melestarikan bahasa Sunda. Kemudian hari Kamis dijadikan sebagai hari berbahasa Inggris. Jum'at menjadi harinya untuk 'bike to work' atau bersepeda ke kantor. Hari Sabtu adalah hari festival dimana para camat diwajibkan membuat festival kuliner. Pemerintah tidak memberikan dana namun mengajak dan secara tidak langsung 'memaksa' para camat di wilayah Bandung untuk menjadi organizer dan enterpreuner. Mereka dituntut untuk bisa mengadakan acara ini dengan mencari sendiri sponsor dan menyelenggarakan setiap minggu. Semula hanya tiga orang camat yang berhasil melaksanakannya, namun kini semua kecamatan sudah menyelenggarakan acara pesta kuliner ini.

Gebrakan lain yang ingin dilakukan kang Emil adalah menjadikan Bandung hijau dengan mendorong masyarakat untuk bercocok tanam secara hidroponik. Beliau juga akan mengupayakan ruang-ruang kosong yang ada di Bandung untuk disulap menjadi taman. Bandung kini juga mempunya bus wisata dua tingkat. Namun bis ini baru prototypenya saja, diharapkan kedepannya ada lebih banyak bis ini. Salah satu hal lagi yang membuat saya kagum adalah keinginan Ridwan Kamil membangun skyline atau cable car, skybridge, dan sebuah Command Center atau Ruang Pantau di Bandung yang desain arsitekturnya menyerupai yang ada di film star trek. Namun ada satu catatan yang diungkapkan oleh Kang Emil yakni, “Datanglah ke Bandung 2016”. Ya, ini baru perencanaan. Pelaksanaan pembangunan baru akan dilaksanakan 2015 dan insya Allah di 2016 baru terlihat hasilnya.

Jika Kang Emil akan membangun Bandung seperti New York, maka Ahok ingin membangun Jakarta seperti Chicago. Ahok mengatakan bahwa Jakarta itu berbeda dengan Bandung. Ketika datang ke Jakarta, seluruh infrastruktur Jakarta itu sudah ada sedangkan Bandung harus membangun dari nol. Hal yang harus dilakukan untuk Jakarta adalah pembenahan dan mempergunakan dana sebesar Rp. 80T sebaik mungkin. Hal pertama yang dilakukan adalah reformasi birokrasi dan perbaikan dalam pemerintahan. Fasilitas Jakarta pun akan dibuat serba elektronik. Masyarakat akan “dipaksa” untuk menggunakan kartu elektronik untuk berbagai aktivitas. Misalnya saja kartu elektronik untuk busway, kartu ini tak hanya bisa mengetahui berapa jumlah penumpang pria dan wanita tetapi juga jadwal keberangkatan penumpang wanita dan pria. Ahok bahkan berkelakar bahwa ia juga tahu bahwa penumpang wanita selalu pulang tepat waktu sedangkan penumpang pria lepas pulang kerja tidak langsung pulang tetapi mampir ke Mangga Besar dengan hanya melihat shelter dimana mereka turun dari busway. Guna mengatasi kemacetan, di Jakarta akan dilakukan pelarangan sepeda motor pada daerah-daerah tertentu yang padat kendaraan. Hal ini bertujuan selain mengurangi kemacetan juga untuk menurunkan tingkat kecelakaan akibat kendaraan sepeda motor.

Disamping pemaparan secara visioner mengenai Bandung dan Jakarta di masa depan, duet antara Ahok dan Kang Emil ini juga penuh canda. Apalagi ketika membahas soal kisruh bobotoh dan Jakmania. Kang Emil sempat mengeluhkan biaya yang harus ia tanggung ketika bus yang mengangkut bobotoh rusak berat ditambah biaya rumah sakit dari beberapa bobotoh yang cedera. Keseluruhan biaya mencapai 250 juta. Sementara bis tersebut dirusak antara Bandung hingga Merak yang melewati Jakarta. Mendengar 'curhatan' Kang Emil ini Ahok seakan tersindir lalu berkata bahwa ialah yang seharusnya mengganti biaya tersebut. Dan pada akhirnya Ahok berkelakar dengan mengatakan bahwa ia akan menanggung 125 juta nya, entah pernyataan ini sekedar bercanda atau memang kesungguhan, hanya beliau yang tahu.

[caption id="attachment_379307" align="aligncenter" width="300" caption="foto: dok. pribadi"][/caption]

Sesi tanya jawab juga tak kalah menarik. Kala seorang penanya mengatakan bahwa Ahok adalah “Indonesia mini”, Ahok pun menimpali bahwa ia memang lahir Belitong Timur dimana 93% mayoritas adalah pemeluk agama Islam. Sejak SD hingga SMP beliau bersekolah di sekolah islam. Pada saat ujian agama islam Ahok mendapatkan kemudahan, ia cukup menjawab soal teori saja. Sementara untuk soal berbahasa arab tidak wajib menjawab. Disinilah untungnya, sehingga nilai agamanya bisa bagus. Kang Emil juga tak mau kalah dengan bercerita bahwa ia pernah tinggal selama 7 tahun di Amerika Serikat. Ia tahu betul tidak enaknya menjadi kaum minoritas. Ketika itu untuk sholat di masjid saja susah, sebuah bekas gudang pun akhirnya dipergunakan untuk tempat sholat berjama'ah. Selama menjabat sebagai wanlikota, Kang Emil juga berusaha membantu menyelesaikan permasalahan yang berkenaan dengan pembangunan gereja. Pertanyaan lain datang dari seorang ibu-ibu yang mengungkapkan keinginannya akan pelayanan khusus untuk lansia saat menggunakan transjakarta. Ahok pun menjawab bahwa layanan publik khususnya transjakarta mulai tahun depan akan diupayakan lebih memperhatikan lansia, anak-anak, dan kaum disabilitas. Fasilitas e-ticketing juga akan ditingkatkan E-ticketing ini tak hanya diberlakukan untuk masyarakat namun juga untuk pegawani BUMD dan pejabat publik. Diharapkan dengan e-ticketing ini seluruh transaksi masyarakat bisa terekam, bahkan penyaluran bantuan untuk banjir kedepannya tak lagi dengan makanan namun berupa uang yang ditransfer.

Pembicara Kompasianival terakhir yang sangat ditunggu-tunggu adalah Gubernur Jawa Tengah, Bapak Ganjar Pranowo. Lepas maghrib, sekitar pukul 19.00 pak Ganjar tiba di lokasi kompasianival 2014. Seluruh penonton riuh begitu beliau masuk ke ruangan. Sesi kompasiana nangkring terakhir ini dipandu oleh mas Isjet, admin Kompasiana yang sudah tak diragukan kemampuannya menjadi moderator.

[caption id="attachment_379312" align="aligncenter" width="320" caption="foto: dok. pribadi"]

14173306932122883696
14173306932122883696
[/caption]

Pak Ganjar memang belum lama menjabat sebagai gubernur namun sepak terjang beliau sudah diakui banyak kalangan. Salah satu contohnya adalah yang beliau lakukan untuk meniadakan pungutan liar di jembatan timbang. Pungutan liar (pungli) ini sudah berlangsung sangat lama dan yang melakukan adalah petugas di sana. Para petugas itu mengatakan bahwa ada keharusan untuk 'menyetorkan' uang hasil pungutan liar tersebut ke pejabat. Namun Ganjar kemudian 'mengakali' dengan memberikan uang insentif, tujuannya adalah agar mereka bisa bekerja lebih tenang serta menjamin ketiadaan pungutan liar. Koordinasi Ganjar dengan bawahannya, terutama para bupati, walikota, dan camat terus dibangun. Kondisi pemerintahan yang berbeda dengan DKI Jakarta, dimana walikota dan bupati Jawa Tengah dipilih melalui pilkada, menuntut Ganjar untuk lebih proaktif terhadap bawahannya ini. Ia tidak bisa serta merta memecat atau memindahkan para pejabat yang merupakan pilihan rakyat. Ia pun berupaya membangun komunikasi apabila terjadi suatu permasalahan. Namun hal inipun tak semulus yang dibayangkan sebab tidak semua bawahnnya ini langsung merespon atau menindaklanjuti. Tak jarang hubungan via pesan pendek ini tak kunjung berbalas. Belum lagi ditambah kendala komunikasi yang hanya bisa dilakukan via SMS atau telefon sebab banyak dari bawahannya kurang bisa menggunakan fasilitas media sosial baik melalui PC ataupun Hp. Khusus untuk pegawai yang ada di provinsi Ganjar mewajibkan untuk mempunyai twitter. Hal ini tak lain untuk lebih mempermudah komunikasi antar pegawai.

Tantangan lain yang harus dihadapi Ganjar adalah infrastruktur terutama jalan yang masih kurang memadai sementara potensi untuk industri dan pariwisata cukup tinggi. Banyak sekali jalan-jalan di Jawa tengah yang masih rusak. Salah satu penanya yang berasal dari Cepu juga mengeluhkan rusaknya jalan dan transportasi yang sulit. Saat itu Ganjar mengungkapkan bahwa di Cepu memang masih terkendala dengan infrastruktur. Bahkan tak jarang investor beralih ke daerah lain sebab infrastruktur di Cepu yang kurang memadai.

[caption id="attachment_379311" align="aligncenter" width="300" caption="foto: dok.pribadi"]

14173305551720380128
14173305551720380128
[/caption]

Pariwisata Jawa Tengah menjadi salah satu hal yang ingin dimajukan oleh Ganjar. Jawa Tengah mempunyai batik pekalongan dan satu-satunya candi terbesar di dunia juga ada di Jawa Tengah. Ganjar berkeinginan agar setiap hari raya waisak seluruh umat Budha sedunia bisa 'naik haji' ke Borobudur. Jika hal ini dimungkinkan maka setiap Waisak akan ada 10 juta umat Budha sedunia yang datang ke Borobudur. Mereka tak hanya akan melakukan ibadah namun juga bisa berwisata. Di sisi lain peristiwa ini tentu juga akan menyedot lebih banyak pengunjung dan akan sangat menguntungkan bagi Jawa Tengah

Bicara soal pemasukan daerah, seorang Bapak yang berasal dari Aceh sempat mengajukan tantangan kepada Ganjar untuk membalik kebijakan pembagian pajak dan retribusi menjadi 70% kabupaten/kota dan 30% provinsi. Ganjar pun mengatakan bahwa ia bisa melakukannya. Menurut beliau meskipun 70% diambil untuk provinsi namun kabupaten/kota tetap mendapatkan bagian yang bentuknya bukan berupa dana melainkan bantuan untuk infrastruktur dan kebutuhan lainnnya.

Ketiga pemimpin daerah ini begitu memukau tampil di Kompasianival 2014. Mereka berusaha untuk memajukan daerah yang dipimpinnya dengan mengatasi berbagai permasalahan, kendala, serta berinovasi sehingga akan ada dampak postif yang nantinya akan dirasakan oleh masyarakat. Kita doakan saja semoga beliau-beliau ini bisa menjadi pemimpin yang amanah, yang dengan tulus menjadi 'pelayan' rakyat, mengemban tugas dan melaksanakannya dengan sebaik mungkin.

Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun