Baiklah, aku akui kawan kadang memang ada beberapa yang masih purba sehingga tidak dapat menerima konsep loyalitas dan rivalitas 2x45 menit tadi. Tetapi, aku bukan siap-siapa, tak bisa menasihati atau menggurui orang lain, jadi yang bisa aku lakukan adalah mulai dari diriku sendiri. Siapa tahu, bila dimulai dari diri sendiri kemudian bisa menular, dan membudaya layaknya virus, ketika tertanam pada seseorang akan menyebar dan mengakar. Siapa tahu bukan ? Tak perlu ada Fahreza dan Gandhang lainnya.Â
Ini sepak bola bukan suatu agama. Bila ini agama mungkin mereka sudah diangkat menjadi Martir atau Santo pelindung klub kebanggaan mereka masing-masing. Jadi, cukuplah duka akan mereka menampar dan menyadarkan kita untuk menyudahi hal-hal konyol yang mengatasnamakan loyalitas.
Untuk pak Imam Nahrawi, tolong usut tuntas kasus-kasus tersebut ya pak, kalo ga tuntas mending dibekuin lagi aja federasinya, kayanya Indonesia belum siap liga bergulir lagi (daripada nanti ada yang nyinyir "dosa supporter ditanggung tim" lagi)
Untuk, semua supporter Indonesia, yang baca artikel ini, maaf ya mungkin tulisannya rada ga jelas arahnya kemana, maklum masih amatiran, tapi mohon pesan utamanya ditangkap, "tak perlu ada Fahreza dan Gandhang lainnya !!"
Untuk dek Gandhang di surga, mungkin kita ga saling kenal dek, tapi aku percaya kita keluarga dalam supporter maupun Kristus, semoga dek Gandhang bahagia selalu di sana sama Tuhan Yesus, Bunda Maria dan Santo Stanislaus ya. Semoga darimu, kami belajar.
![57432fc424a9d5366d8b4567.jpeg](https://assets.kompasiana.com/statics/crawl/57432fc424a9d5366d8b4567.jpeg?t=o&v=555)
23 Mei 2016, setelah derby Jogja
Untuk memperingati Stanislaus Gandhang Deswara yang dipanggil Tuhan 2 hari yang lalu saat Hari Tritunggal Maha Kudus.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI