Mohon tunggu...
Haendy B
Haendy B Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger, Football Anthutsias

mengamati dan menulis walau bukan seorang yang "ahli" | Footballism

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Integrasi, Cara Gubernur Anies Naikkan Level Transportasi Jakarta

23 Januari 2020   22:10 Diperbarui: 23 Januari 2020   22:08 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Integrasi adalah poinnya, lrt velodrome -- Kelapa Gading memang sepanjang 5,8 km, tapi jika sudah terintegrasi lewat sarana seperti jembatan penghubung maka jarak yang tadi 5,8 km bisa bertambah puluhan kilometer saat terintegrasi dengan Transjakarta.  Hal yang disadari Gubernur Anies dan dia coba kembangkan untuk beberapa lokasi yang memang bisa diintegrasikan.

Kawasan berikutnya adalah halte koridor 13 yakni halte CSW dengan halte MRT Asean yang beririsan namun tak nyambung diantara keduanya. Bisa dibayangkan penumpang yang di halte CSW harus turun dari halte yang memiliki 117 anak tangga atau setara banguan 7 lantai dan kembali menaiki tangga atau lift untuk sekedar naik MRT Jakarta, sungguh melelahkan. Yang lebih ironi lagi 2 moda transportasi yang beririsan namun tak bersatu ini milik pemda DKI Jakarta. Kini gubernur Anies pun menyiapkan konsep yakni integrasi.

Dan hari rabu tanggal 22 januari 2020, Gubernur Anies menjalankan konsep integrasi antar modanya dengan secara simbolis membuka proyek integrasi halte CSW TransJakarta dengan halte MRT Asean. Yang menarik desainnya bukan hanya sekedar jembatan penghubung tetapi dilengkapi menjadi bangunan 4-5 lantai yang disetiap lantainya dapat diisi toko atau retail. Jika dilihat konsepnya, pola yang diinginkan guburnur Anies adalah memaksimalkan moda transportasi publik yang dimiliki DKI Jakarta dan hal ini baru terjadi sekarang.

Menjadikan halte bukan hanya sebagai tempat menaikkan dan menurunkan penumpang tetapi menaikan status atau level halte menjadi konsep TOD (Transit Oriented Development) yang dapat memberi pemasukan tambahan bagi pendapatan daerah di Jakarta. Hal ini harusnya dapat diterapkan di integrasi transjakarta dengan lrt Jakarta Rawamangun namun sayangnya integrasi halte velodrome lrt Jakarta dan halte BRT TransJakarta Rawamangun hanyalah jembatan penghubung biasa.

Pemrov DKI harus mencari peluang dibalik terus tumbuhnya penumpang TransJakarta dengan mencari pemasukan selain tiket yang ternyata menguras apbd DKI Jakarta sebanyak 5 triliun rupiah setiap tahunnya untuk subsidi.

Menarik dinanti bagaimana Gubernur Anies sang gubernur integrasi akan memaksimalkan halte-halte yang terintegrasi baik antara bus TransJakarta dimana ada 26 halte transjakarta yang melayani lebih dari satu rute dan memiliki potensi untuk disesaki penumpang atau antara moda transportasi lain seperti dengan LRT, MRT dan KRL.  Konsep integrasi sendiri akan mendorong masyarakat untuk meninggalkan kendaraan pribadi mereka dirumah dan menaiki transportasi publik ke tempat kerja. Dan Gubernur Anies pun bisa membuat bahagia warganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun