Mohon tunggu...
Politik Pilihan

Ajaran Pohon Sukun Pancasila untuk Pilkada 2017, Pileg 2019 dan Pilpres 2019

25 September 2016   23:40 Diperbarui: 25 September 2016   23:52 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari Sabtu tanggal 24 September 2016 Koran Kompas membuat Head Line “Pilkada DKI gambaran Pilpres” dan konstestasi diprediksi berlangsung ketat. Hari Minggu tanggal 25 September 2016 Koran Kompas membuat headline kembali “Jaga Kedamaian Pilkada 2017”dan mengutip peneliti senior CSIS J Kristiadi Pilkada DKI 2017 yang mengatakan bahwa modal sosial bangsa Indonesia bisa digerogoti  dengan mulai hadirnya  primordial yang terkait dengan Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA).

Seorang politisi memberikan analisa nya  bahwa dalam persaingan Pilkada di DKI 2017  akan menjadi ajang caci maki dan komunikasi  berbau Primordialisme melalaui SARA karena cara ini menjadi salah satu cara efektif untuk menang.

Informasi diatas memberikan gambaran persaingan parpol dan para kandidat pemegang kekuasaan sangat tajam dan bisa membuat para politisi dan para kandidat  memakai cara-cara yang sehat dan juga tidak sehat. Namun momen Pilkada serentak 2017, Pileg 2019 dan Pilpres 2019  dapat menjadi momen yang sangat indah bagi Bangsa Indonesia apabila semua elemen bangsa mau mengingat kembali bagaimana Bapak Bangsa-Founding Father mencari tali pengikat bangsa dalam melaksanakan semua aktivitas politik, ekonomi, budaya, pendidikan, sosial dan lain-lain melalui pengamalan Lima Sila Pancasila, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika.  

Debat Hari Kelahiran Pancasila

Debat hari kelahiran Pancasila telah berlangsung puluhan tahun lalu dan sangat sensitip untuk dibahas di jaman Orde Baru. Salah satu debat dari dua sejarahwan di Indonesia yaitu Almarhum Moedjanto yang pernah menjabat Pembantu Rektor  III IKIP Sanata Dharma di tahun 1980-an dan almarhum Nugroho Notosusanto yang pernah menjabat pusat Sejarah Indonesia dan mantan Mekdikbud

Moedjanto benar-baner mau mengembalikan jalannya sejarah NKRI dengan siap berargumen dengan para ahli sejarah manapun dalam mencari tahu siapakah yang melahirkan  Lima Sila dalam Pancasila. Sejarahwan Moedjanto mau membuktikan apakah  Pancasila lahir dari Pemikiran Soekarno, bapak bangsa- Founding Father, apakah dari seseorang yang lain atau memang nilai-nilai ini sudah ada ribuan tahun dalam nilai-nilai kehidupan orang-orang yang mendiami Bumi Pertiwi ini.

Moedjanto sempat berdebat melalui  tulisan di halaman enam harian Kompas tahun 1980-an  dengan  Nugroho Notosusanto yang pro penguasa Orde Baru. Sejarahwan Moedjanto  mengatakan bahwa Notonugroho Susanto memakai teori Ajinomoto untuk menjelaskan siapakah yang melahirkan Lima Sila dalam Pancasila. Nugroho Notosusato berargumen bahwa nilai-nila yang terkandung dalam Pancasila sudah ada dalam kehidupan orang-orang yang mendiami kepulauan Hindia sejak dahulu kala. Disebutkan kepulauan Hindia karena Indonesia belum merdeka dan belum resmi disebut Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Argumen Nugroho Notosusato bahwa bahan baku Pancasila sudah ada sejak dulu dan Soekarno hanyalah penyedap rasa untuk menambah nikmatnya Lima Sila yang sudah tersaji dalam bentuk makanan. Jadi Soekarno bukanlah yang memikirkan dan melahirkan Lima Sila yang lahir pada 1 Juni 1945 seperti dituliskan oleh Muhammad Yamin dalam notulen rapat dalam persiapan Kemerdekaan Republik Indonesia.

Alasan Notonugroho bahwa notulen rapat memang sebagai bukti sejarah yang dituliskan oleh Muhammad Yamin ketika Pancasila lahir di tengah-tengah  rapat-rapat para pejuang untuk mempersiapkan kemerdekan RI tanggal 17 Agustus 1945. Namun notulen rapat ini hanyalah bentuk kekaguman pribadi Muhammad Yamin semata-mata kepada Soekarno. Kekaguman pribadi inilah  yang dipakai sebagai bukti sejarah.

Memang sangat benar bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Lima Sila  Pancasila sebagai  bahan baku Pancasila memang sudah menjadi nilai-nilai ini sudah  dipraktekkan di bumi pertiwi sejak dahulu kala. Namun nilai ini bisa hanya dipraktekkan sebagian-sebagian saja namun belum  dipraktekkan seutuhnnya oleh orang-orang yang berdiam di kepulauan Hindia. Kesan setelah reformasi praktek nilai Pancasila kembali dipertanyakan oleh banyak elemen bangsa Indonesia.

Pohon Sukun Pancasila

 Namun ketika diteliti kembali secara detail bagaimana proses kelahiran Lima Sila Pancasila oleh Soekarno maka ditemukan rumusan Lima Sila sudah muncul ketika Soekarno duduk dan merenung dibawah pohon sukun di tepi pantai Flores ketika dia dibuang Belanda kesana.

Menurut Moedjanto dengan mengatakan bahwa lahirnya Pancasila bukan pada tanggal satu Juni 1945 adalah untuk mau menghilangkan peranan utama Soekarno sebagai orang pertama yang memikirkan,  merumuskan dan melahirkan Lima Sila Pancasila oleh penguasa Orde Baru dan para pengikutnya ketika itu.

Tentu diskusi demi diskusi dengan Moedjanto di kamar kerjanya mengenai debat hari lahirnya Pancasila di tahun 1980-an adalah mau menekankan kembali peranan sentral Bapak Bangsa Soekarno bahwa dialah yang memikirkan, merumuskan dan melahirkan Lima Sila Pancasila pada tanggal satu Juni 1945. Kelahiran Pancasila dapat terjadi karena ide-ide sila-sila Pancasila didapat ketika Soekarno merenung dibawah  Pohon Sukun yang tumbuh sampai saat ini di tepi pantai Flores.

Cara menang Pilkada 2017, Pileg 2019 dan Pilpres 2019 melalui Debat Program Kerja vs Isu SARA

Ternyata Pohon Sukun Pancasila (PSP)  sudah  ikut aktif berpartispasi  untuk menciptakan aura bersih dan sehat untuk Soekarno. PSP sudah  menjadi teman Soekarno dalam menjadi saksi hidup perjalanan bangsa ini dalam membuat kebijakan publik untuk mengsejahterakan anak-anak Bangsa  dan sekaligus meciptakan rasa keadilan antara si kaya dan si miskin.

Boediono mantan wakil Presiden RI dan almarhum Taufik Kiemas suami Megawati sudah melakukan napak tilas ke Pohon Sukun Pancasila di tepi pantai Flores. Sekaligus mereka dan rombongan melihat  sumur dan merasakan air yang pernah dipakai Soekarno selama masa pembuangan nya di Flores. Juga mereka melihat rumah tahanan Soekarno yang semuanya  masih ada sampai sekarang. Rancangan tanggal satu Juni sebagai hari libur nasional untuk memperingati  Hari Lahir Pancasila sedang disiapkan oleh negara melalui Presiden Jokowi.

Pohon Sukun Pancasila  secara sangat jelas mau mengajarkan kepada semua elemen-elemen bangsa Indonesia, parpol dan para konstituen di Pilkada 2017 dan Pilpres 2019 untuk mau mengamalkan ajaran Pancasila dan dengan tegas mau menjauhi cara-cara primordialisme melalui isu SARA dalam berpolitik dengan memecah anak bangsa. PSP mau bersaksi agar para parpol, kader parpol dan konstituennya mau berpolitik secara sehat dengan mau semakin beradu argumen dengan sehat melalui penciptaan ide cemerlang melalui pembuatan dan komunikasi Program Kerja  yang nyata dan dapat dinikmati oleh semua rakyat terutama rakyat kecil dengan menganggarkan dan menggunakan APBN dan APBD secara wajar  untuk kepentingan golongan dan pribadi.

Implementasi Demokrasi Pancasila melalui Bhinneka Tunggal Ika

Almarhum Taufik Kiemas sudah membuat empat pilar Kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Secara jelas Ahok mengutip kembali nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sehabis mendaftarkan dirinya untuk ikut Pilkada DKI 2017. Presiden Obama ketika berkunjung ke Indonesia dan memberikan pidato di UI Depok mengatakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah modal atau aset bangsa yang sangat besar dan bernilai untuk  NKRI.

Ahok  secara jelas mengutip kembali Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sehingga pasangan Ahok dan Djarot akan selalu mau mengamalkan ajaran Pohon Sukun Pancasila dalam melaksanakan tugas birokrat  jika mereka terpilih. Jadi Ahok secara sadar mau mengulangi apa yang telah dipikirkan oleh Bapak Bangsa - Founding Fathers mengenai kebangsaan yang dirumuskan dalam Pancasila, UUD 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika agar NKRI akan tetap utuh dan tidak bisa terpecah-pecah.

Pada tanggal 24 September 2016 beredar foto selfie  para kandidat Gubernur dan wakil Gubernur untuk Pilada DKI 2017 untuk untuk ketiga pasangan yaitu Ahok-Djarot, Anies-Uno dan Agus-Sylviana. Foto ini mengingatkan mereka ingin berjanji kepada Pohon Sukun Pancasila agar mereka boleh bersaing secara sehat dan  mnjauhkan isu Primordialisme melalui SARA dalam mendapatkan suara konstituen dan tidak larut dalam eforia kader-kader parpol. Foto ini mau mengingatkan bahwa mereka berjanji mau mengedukasi Para Parpol yang mendukungnya dan para Konstituen agar mau bersaing secara sehat dan saling mengingatkan tidak  memakai isu SARA untuk mendapatkan kekuasaan.

Namun pada tanggal 25 September 2016 beredar meme cagub DKI di Pilkada  di sosial media yang menggambarkan primordialisme yang bisa mengacu kepada SARA dengan kata ARWANA – Arab, Jawa dan Cina. Beberapa anggota sosial media mengatakan ini sudah mulai kampanye SARA. Sebagian mengatakan oke dengan membela masing-masing kandidatnya. Juga beberapa artikel mengenai SARA sudah muncul.

Meme ARWANA  ingin mengingat kembali kepada sejarah para pemuda Jong Java, Jong Sumatera, Jong Ambon dan lainnya mau bersatu padu mengucapkan ikrar bersama atas Sumpah Pemuda 1928 tanpa mengingat asal-asal suku. Ketika mau Proklamasi 17 Agustus 1945 isu daerah dan suku kembali muncul namun secara sadar para Bapak Bangsa-The Founding Fathers mau melupakan perbedaan dan bersatu padu berjuang. Dalam perjalanan sejarah isu primordialisme melalui SARA beberapa kali muncul di Orde Lama namun sangatlah kental dipakai di orde baru untuk mencapai tujuan politik.

Isu Primordialisme dengan mengangkat SARA dapat dihilangkan secara perlahan dengan mengangkat kembali ajaran Demokrasi Pancasila melalui pemahaman dan pengimplementasi Bhinneka Tunggal Ika yaitu Berbeda-beda tetapi tetap Satu.  Secara sejarah  Mohammad  Yamin telah meresapi arti kata ini dapat menjadi pengikat bangsa yang beragam-ragam sehingga dia yang pertama kali mengusulkan kepada peserta rapat BPUPKI agar semboyan Bhinneka Tunggal Ika dapat diadopsi menjadi semboyan Negara. Usul Mohammad Yamin diterima oleh Soekarno dan kalimat Bhinneka Tunggal Ika diletakkan di kaki Burung Garuda.  Burung Garuda  pada saat rapat BPUPKI  juga ditetapkan sebagai lambang negara Indonesia.

Pilkada Serentak 2017, Pileg 2019 dan Pilpers 2019

Parpol melalui cagub-cawagub, cabup-wacabup dan walkot-cawalkot yang mengusung isu SARA dalam masa kampanye sangatlah jauh dari aspirasi ide-ide nilai kebangsaan sesuai ajaran Pohon Sukun  Pancasila yang masih tetap tumbuh di tepi pantai Flores. Saatnya para parpol dan para calon gubernur, bupati dan walikota siap mengamalkan  Pancasila, UUD1945 dan BHINNNEKA TUNGGAL IKA dengan tetap mengatakan Berbeda-beda antara mayoritas dan minoritas namun tetap satu. Sikap sportif dalam mempengaruhi para konstittuen sangatlah diharapkan dengan memberikan program-program yang mencerdaskan bangsa.

Selamat memilih Gubernur & wakil Gubernur terbaik di Pilkada DKI 2017.  Selamat kepada tiga pasangan cagub & cawagub di Pilkada DKI 2017 yang telah dipilih oleh parpol. Pemilih pasti sekarang sudah bisa menentukan cagub & cawagub TERBAIK di Pilkada DKI 2017. Para pemilih  akan menentukan arah kehidupan berbangsa dan bernegara melalui kesiapan memilih calon dengan  hati nurani yang bersih melalui-metode "Memilih yang terbaik dari baik dan lebih baik - Choose THE BEST from the good and the better" utk PILKADA DKI 2017.

Selamat juga  untuk para konstituen di Pilkada serentak 2017 di seluruh provinsi, kabupaten & kotamadya utk memilih Gubernur, Bupati & walikota yang berpihak kepada rakyat terutama rakyat kecil dan yang mempunyai program kerja yg sangat jelas dapat memberikan kesejahteraan rakyat sesuai aspirasi the Bapak Bangsa -Founding Fathers NKRI. Para pemilihlah yang menenttukan arah kehidupan bangsa dan negara melalui piliha dengan hati nurani yang bersih dengan metode Pilihan  MINUS MALLUM yaitu memilih yang terbaik dari yang terjelek -THE BEST FROM THE WORST.

Pilkada DKI 2017 akan memberikan gambaran Pilpres 2019 sekaligus Pileg 2019 dengan melaksanakan Demokrasi Pancasila. Pohon Sukun Pancasila yang sampai sekarang masih hidup di tempatnya mau memberi keteduhan bagi semua makluk yang ada dibawahnya sehingga Pohon Sukun Pancasila  tetap mau bersuara lantang kepada para parpol dan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur, Calon Bupati dan Wakil Bupati dan Calon Walikota dan Wakil Walikota  di Pilkada 2017, juga kepada kandidat legislatif di Pileg 2019 dan kandidat Capres dan Cawapres di Pilpres 2019 dan terutama para Konstituen agar mau menjauhi provokasi-provokasi Primordialisme  dengan isu SARA dalam masa-masa kampanye  politik yang tidak sesuai nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang  dirumuskan dan dilahirkan dalam Lima Sila oleh Soekarno dan diperlihatkan di kaki Burung Garuda dengan kalimat Bhinneka Tunggal Ika – Berbeda-beda tetapi tetap satu sebagai bukti bagi segenap bangsa untuk mau menjalankan Demokrasi Pancasila.

Oleh: G Chanfarry H BCM

DMI Deklarasi Masyarakat Independen

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun