Oleh: Hadiva Nur Fauziyyah (22010400031)
Matkul: Sosiologi Komunikasi (K)
Dosen Pengampu: Drs Donny Kurniawan, M.I.Kom
Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester
Gerakan 30 September (G30S) yang dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965 merupakan salah satu peristiwa tragis dalam sejarah Indonesia. Peristiwa ini terjadi antara tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965, ketika Partai Komunis Indonesia berupaya menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis.
Tujuan utama G30S PKI adalah menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno dan mengubah sistem pemerintahan Indonesia menjadi sistem komunis. Partai Komunis Indonesia yang beranggotakan lebih dari 3 juta orang ingin menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menjadikan Indonesia sebagai negara komunis. Mereka juga ingin menyingkirkan militer Indonesia dan merebut kekuasaan dari pemerintah serta mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi komunis.
G30S PKI dilatarbelakangi oleh dominasi ideologi Nasionalis, Agama, dan Komunis (NASAKOM) yang terus berlanjut sejak era demokrasi terpimpin di bawah Presiden Soekarno. Gerakan ini juga dipicu oleh ketidakharmonisan antara ideologi komunis yang dianut PKI dengan nasionalisme yang diusung pemerintah. Selain itu, rumor kesehatan Presiden Soekarno yang memburuk juga menjadi salah satu faktor pemicu pemberontakan PKI.Â
Pada tanggal 30 September 1965, Letkol Untung, anggota Cakra Birawa, memimpin pasukan yang diyakini setia kepada PKI. Mereka menangkap enam perwira tinggi Angkatan Darat Indonesia dan membunuh tiga di antaranya di rumah mereka. Sementara sebagian lainnya dibawa ke Lubang Buaya. Beberapa hari kemudian, jenazah tujuh anggota perwira TNI AD ditemukan.
Peristiwa G30S PKI merupakan momen penting dalam sejarah Indonesia yang mengubah landscape politik dan sosial negara. Untuk memahami peristiwa ini, kita dapat menerapkan berbagai teori sosiologi komunikasi yang dapat memberikan perspektif yang bermakna. Dalam artikel ini, akan dikaitkan peristiwa G30S PKI dengan beberapa teori sosiologi komunikasi yang relevan, seperti teori interaksi simbolik, teori tindakan, teori pertukaran sosial, teori konstruksi sosial, teori dramaturgi, teori konflik, teori organisasi diri, dan teori fenomenologi.
1. Teori Interaksi Simbolik
Teori interaksi simbolik menekankan pentingnya simbol dan makna dalam komunikasi antara individu. Dalam konteks peristiwa G30S PKI, teori ini dapat membantu kita memahami bagaimana simbol komunis digunakan sebagai representasi dan menghasilkan makna tertentu bagi masyarakat. Simbol-simbol ini mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap PKI dan berdampak pada interaksi sosial, pembentukan sikap, dan perilaku masyarakat terhadap anggota PKI.
2. Teori Tindakan
Teori tindakan memandang interaksi sosial sebagai hasil dari tindakan individu yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam konteks peristiwa G30S PKI, teori tindakan dapat membantu kita memahami bagaimana aksi individu, seperti pembunuhan dan penindasan yang dilakukan oleh anggota PKI dan oposisinya, dapat ditinjau sebagai tindakan-tindakan yang diarahkan pada pencapaian tujuan politik maupun individu.
3. Teori Pertukaran Sosial
Teori pertukaran sosial membahas bagaimana individu dan kelompok saling bertukar sumber daya, baik secara ekonomi maupun sosial. Dalam konteks G30S PKI, teori ini terkait dengan pertukaran informasi, dukungan, dan solidaritas antara orang-orang yang memiliki koneksi dengan PKI atau oposisinya. Pertukaran ini berperan penting dalam mempengaruhi pandangan dan tindakan individu serta membentuk kelompok dan jaringan sosial yang saling terkait.
4. Teori Konstruksi Sosial
Teori konstruksi sosial berpendapat bahwa realitas sosial diciptakan melalui proses sosial dan interpretasi individu. Dalam pengembangan teori ini, para sosiolog menemukan bahwa direkayasa sosial melalui media massa zaman dahulu menghasilkan sebuah narasi sejarah yang cenderung mengabaikan versi fakta.Â
Dalam kasus G30S PKI, penyebaran propaganda anti-komunis merupakan contoh nyata bagaimana media massa digunakan untuk membangun narasi sesuai dengan keinginan penguasa. Peristiwa G30S PKI dapat dilihat sebagai produk dari konstruksi sosial dimana PKI dianggap sebagai ancaman bagi keamanan nasional. Melalui propaganda dan narasi yang disebarkan oleh penguasa dan media massa saat itu, masyarakat membentuk persepsi dan memahami peristiwa tersebut sesuai dengan versi yang ada.
5. Teori Dramaturgi
Teori dramaturgi menyatakan bahwa kehidupan sosial serupa dengan sebuah drama di mana individu memainkan peran tertentu dan menyajikan diri sesuai dengan aturan dan harapan sosial. Dalam konteks G30S PKI, teori ini dapat digunakan untuk memahami bagaimana anggota PKI dan oposisi menjalankan peran mereka secara sengaja dan strategis, baik dalam menciptakan dukungan maupun memainkan peran yang diharapkan oleh kelompok mereka.
6. Teori Konflik
Teori konflik menekankan pada pertentangan kepentingan, kekuatan, dan ketimpangan kekuasaan antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dalam kasus G30S PKI, teori ini dapat menjelaskan bagaimana konflik antara komunis dan anti-komunis menjadi pendorong utama terjadinya peristiwa ini. Konflik tersebut muncul dari perbedaan ideologi, ekonomi, dan politik yang saling bertentangan antara PKI dan oposisinya.
7. Teori Organisasi Diri
Teori organisasi diri berfokus pada bagaimana individu dan kelompok membentuk identitas dan membentuk jati diri mereka melalui interaksi dengan lingkungan sosial. Dalam konteks G30S PKI, teori ini dapat membantu kita memahami bagaimana individu dan kelompok terlibat dalam peristiwa tersebut, membentuk identitas dan mengekspresikan jati diri mereka melalui dukungan maupun penentangan terhadap komunis atau oposisi.
8. Teori Fenomenologis
Teori fenomenologi menekankan pada pemahaman subjektif individu terhadap dunia sekitarnya dan pengaruh pengalaman pribadi mereka terhadap interpretasi mereka terhadap peristiwa. Dalam konteks G30S PKI, teori ini dapat membantu kita memahami bagaimana pengalaman individu, baik sebagai korban atau pelaku, mempengaruhi persepsi mereka terhadap peristiwa tersebut dan bagaimana mereka membangun makna subjektif dari peristiwa yang terjadi.
Oleh karena itu, peristiwa G30S PKI menjadi bagian penting dalam sejarah Indonesia, menunjukkan ketangguhan bangsa Indonesia dalam menghadapi ancaman komunisme dan mempertahankan ideologi Pancasila. Peristiwa ini juga menjadi pembelajaran penting bagi generasi muda untuk memahami sejarah dan menghormati para korban yang gugur dalam perjuangan bela negara dan ideologi.Â
Penerapan teori sosiologi komunikasi untuk menganalisis peristiwa seperti G30S PKI dapat memberikan kita sudut pandang yang berbeda. Hal ini juga menginformasikan pemahaman kita tentang peran komunikasi dalam membangun identitas sosial dan mempengaruhi pola interaksi sosial. Harapannya, dengan pengetahuan ini kita dapat memahami peristiwa-peristiwa sejarah yang ada di masa lalu dan masa depan, serta bagaimana dampaknya terhadap masyarakat secara keseluruhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H