Mohon tunggu...
Hadiva Nur Fauziyyah
Hadiva Nur Fauziyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UMJ

Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peristiwa G30S PKI dalam Perspektif Teori Sosiologi Komunikasi

7 Juli 2024   09:35 Diperbarui: 7 Juli 2024   09:42 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diambil dari Museum Jenderal Besar DR. AH Nasution

Oleh: Hadiva Nur Fauziyyah (22010400031)

Matkul: Sosiologi Komunikasi (K)

Dosen Pengampu: Drs Donny Kurniawan, M.I.Kom

Artikel ini dibuat untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester

Gerakan 30 September (G30S) yang dilakukan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965 merupakan salah satu peristiwa tragis dalam sejarah Indonesia. Peristiwa ini terjadi antara tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965, ketika Partai Komunis Indonesia berupaya menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis.

Tujuan utama G30S PKI adalah menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno dan mengubah sistem pemerintahan Indonesia menjadi sistem komunis. Partai Komunis Indonesia yang beranggotakan lebih dari 3 juta orang ingin menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menjadikan Indonesia sebagai negara komunis. Mereka juga ingin menyingkirkan militer Indonesia dan merebut kekuasaan dari pemerintah serta mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi komunis.

G30S PKI dilatarbelakangi oleh dominasi ideologi Nasionalis, Agama, dan Komunis (NASAKOM) yang terus berlanjut sejak era demokrasi terpimpin di bawah Presiden Soekarno. Gerakan ini juga dipicu oleh ketidakharmonisan antara ideologi komunis yang dianut PKI dengan nasionalisme yang diusung pemerintah. Selain itu, rumor kesehatan Presiden Soekarno yang memburuk juga menjadi salah satu faktor pemicu pemberontakan PKI. 

Pada tanggal 30 September 1965, Letkol Untung, anggota Cakra Birawa, memimpin pasukan yang diyakini setia kepada PKI. Mereka menangkap enam perwira tinggi Angkatan Darat Indonesia dan membunuh tiga di antaranya di rumah mereka. Sementara sebagian lainnya dibawa ke Lubang Buaya. Beberapa hari kemudian, jenazah tujuh anggota perwira TNI AD ditemukan.

Peristiwa G30S PKI merupakan momen penting dalam sejarah Indonesia yang mengubah landscape politik dan sosial negara. Untuk memahami peristiwa ini, kita dapat menerapkan berbagai teori sosiologi komunikasi yang dapat memberikan perspektif yang bermakna. Dalam artikel ini, akan dikaitkan peristiwa G30S PKI dengan beberapa teori sosiologi komunikasi yang relevan, seperti teori interaksi simbolik, teori tindakan, teori pertukaran sosial, teori konstruksi sosial, teori dramaturgi, teori konflik, teori organisasi diri, dan teori fenomenologi.

1. Teori Interaksi Simbolik

Teori interaksi simbolik menekankan pentingnya simbol dan makna dalam komunikasi antara individu. Dalam konteks peristiwa G30S PKI, teori ini dapat membantu kita memahami bagaimana simbol komunis digunakan sebagai representasi dan menghasilkan makna tertentu bagi masyarakat. Simbol-simbol ini mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap PKI dan berdampak pada interaksi sosial, pembentukan sikap, dan perilaku masyarakat terhadap anggota PKI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun