Pagi itu, kebetulan penulis mendapatkan penumpang. Seorang wanita karir yang bekerja di suatu lembaga kementerian Indonesia, terlihat dari seragam yang ia pakai dan ada tulisan nama instansi yang bersangkutan. Penulis menjemputnya ke rumahnya, yang berada di salah satu cluster elit di sebuah wilayah yang berbatasan langsung dengan Kota Bekasi.
Â
Penulis pun berangkat, tapi penulis tidak banyak berbicara dengan penumpang. Mengingat ditakutkan akan dianggap hal yang tidak - tidak oleh penumpang, mengetahui resiko nya bisa dianggap sebagai pelecehan seksual. Meskipun penulis tidak ada niatan jahat apapun sama sekali.
Â
Penulis pun mengantarkan nya ke tujuan, sebuah pemberhentian bis Transjakarta. Akan tetapi, bis Transjakarta itu sudah keburu jalan duluan, menyebabkan si "Mbak" ini tertinggal bis. Ia menerangkan jika ia tertinggal, maka ia harus menunggu 15 menit lagi sampai bis berikutnya sampai di pemberhentian bis tempat tujuan awal tadi. Tidak ingin hal itu terjadi, si "Mbak" ini meminta penulis sebagai pengemudi untuk mengejar bis tersebut.
Â
Tidak memiliki pilihan lain, penulis kemudian mengejar bis tersebut hingga ke pemberhentian berikutnya. Namun pada akhirnya, bis itu berhasil dikejar dan si mbak ini berhasil menaiki bis nya dan memberikan uang tunai sebesar Rp16.000. Lumayan, meski tidak banyak, sesuai dengan tarif yang tertulis di layar.
Â
Ada banyak sekali cerita inspiratif yang penulis temui selama menjadi pengemudi Ojol, meski masih seumur jagung. Penulis pernah bertemu dengan seorang pengemudi Ojol, seprofesi dengan penulis. Seorang bapak - bapak yang sudah cukup berumur, sekitar 43 tahun dengan sekelumit kisah hidup nya yang rumit. Ia memiliki 4 orang anak, namun sayang ia harus menghadapi kenyataan bahwa ia mengalami perceraian dengan istrinya. Istrinya membawa 2 anak nya sementara dirinya membawa 2 anak sisanya.
Â
Ia banyak bercerita, bagaimana dirinya berusaha menghidupi kedua anaknya. Ironisnya, ketika pertama kali bertemu, ia ingin meminjam uang sebesar Rp10.000 untuk membeli makan karena ia belum makan sedari pagi. Banyak sekali ia bercerita. Penulis hanya bisa mendengarkan seraya ingin sekali mengelus dada dan menghela nafas panjang.