"Justru sebaliknya," lanjut Siti. "Aku pernah dengar tentang Farhan dari seorang teman. Dia sangat menyayangi ibunya dan selalu berusaha menjadi anak yang berbakti. Kalau ada yang bisa kita pelajari dari seseorang, itu bukan hanya latar belakangnya, tapi bagaimana dia menyikapi masa lalunya."
Aisyah termenung. Perkataan Siti ada benarnya. Farhan bukanlah korban dari perpisahan orang tuanya. Justru ia adalah seseorang yang belajar dari kesalahan mereka dan berusaha menjadi lebih baik.
Setelah berbicara dengan Siti, Aisyah merasa sedikit lebih tenang. Namun, hatinya masih belum sepenuhnya yakin. Ia memutuskan untuk berbicara langsung dengan Farhan. Mereka duduk di taman kampus, dengan jarak yang cukup, dan ditemani oleh salah seorang teman mereka.
"Farhan," kata Aisyah pelan, "aku ingin jujur. Aku sangat menghargai niat baikmu, tapi aku masih memiliki banyak pertimbangan."
Farhan tersenyum sabar. "Aku mengerti, Aisyah. Aku pun tidak ingin kamu mengambil keputusan dengan terburu-buru."
Aisyah menghela napas sebelum melanjutkan. "Aku ingin tahu, bagaimana keluargamu mempengaruhi cara pandangmu tentang kehidupan dan pernikahan?"
Farhan menatap Aisyah dengan mata penuh ketulusan. "Aku tumbuh dalam keluarga yang berantakan, tapi justru dari sana aku belajar banyak. Aku melihat bagaimana perceraian itu menyakitkan, dan aku tidak ingin mengulanginya. Ibuku selalu mengajarkan nilai-nilai Islam kepadaku. Dan meskipun ayahku berbeda keyakinan, dia tetap menunjukkan tanggung jawab sebagai seorang ayah."
Aisyah terdiam, menyerap kata-kata itu dalam-dalam.
"Aku tidak ingin masa laluku menjadi beban," lanjut Farhan. "Justru aku ingin membangun rumah tangga yang lebih baik. Aku ingin menciptakan keluarga yang harmonis dan saling mendukung. Aku ingin menjadi suami yang bertanggung jawab dan ayah yang baik kelak."
Jawaban itu menggugah hati Aisyah. Ia tahu, kehidupan rumah tangga bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga tentang bagaimana seseorang mengambil pelajaran darinya.
Hari-hari berikutnya, Aisyah masih terus berdoa, meminta petunjuk dari Allah. Hingga akhirnya, hatinya mulai mantap. Ia sadar bahwa Farhan bukanlah seseorang yang membawa luka dari masa lalunya, tetapi seseorang yang bertekad untuk tidak mengulang kesalahan yang sama.