Mohon tunggu...
Hadi Tanuji
Hadi Tanuji Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Pendidikan, Analis Data, Konsultan Statistik, Pemerhati Hal Remeh Temeh

Aktivitas sehari-hari sebagai dosen statisika, dengan bermain tenis meja sebagai hobi. Olah raga ini membuat saya lebih sabar dalam menghadapi smash, baik dari lawan maupun dari kehidupan. Di sela-sela kesibukan, saya menjadi pemerhati masalah sosial, mencoba melihat ada apa di balik fenomena kehidupan, suka berbagi meski hanya ide ataupun hanya sekedar menjadi pendengar. Sebagai laki-laki sederhana moto hidup pun sederhana, bisa memberi manfaat kepada sesama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jodoh di Ujung Keraguan (2)

2 Februari 2025   06:45 Diperbarui: 2 Februari 2025   07:16 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Jodoh di Ujung Keraguan (Sumber: Freepik)

"Justru sebaliknya," lanjut Siti. "Aku pernah dengar tentang Farhan dari seorang teman. Dia sangat menyayangi ibunya dan selalu berusaha menjadi anak yang berbakti. Kalau ada yang bisa kita pelajari dari seseorang, itu bukan hanya latar belakangnya, tapi bagaimana dia menyikapi masa lalunya."

Aisyah termenung. Perkataan Siti ada benarnya. Farhan bukanlah korban dari perpisahan orang tuanya. Justru ia adalah seseorang yang belajar dari kesalahan mereka dan berusaha menjadi lebih baik.

Setelah berbicara dengan Siti, Aisyah merasa sedikit lebih tenang. Namun, hatinya masih belum sepenuhnya yakin. Ia memutuskan untuk berbicara langsung dengan Farhan. Mereka duduk di taman kampus, dengan jarak yang cukup, dan ditemani oleh salah seorang teman mereka.

"Farhan," kata Aisyah pelan, "aku ingin jujur. Aku sangat menghargai niat baikmu, tapi aku masih memiliki banyak pertimbangan."

Farhan tersenyum sabar. "Aku mengerti, Aisyah. Aku pun tidak ingin kamu mengambil keputusan dengan terburu-buru."

Aisyah menghela napas sebelum melanjutkan. "Aku ingin tahu, bagaimana keluargamu mempengaruhi cara pandangmu tentang kehidupan dan pernikahan?"

Farhan menatap Aisyah dengan mata penuh ketulusan. "Aku tumbuh dalam keluarga yang berantakan, tapi justru dari sana aku belajar banyak. Aku melihat bagaimana perceraian itu menyakitkan, dan aku tidak ingin mengulanginya. Ibuku selalu mengajarkan nilai-nilai Islam kepadaku. Dan meskipun ayahku berbeda keyakinan, dia tetap menunjukkan tanggung jawab sebagai seorang ayah."

Aisyah terdiam, menyerap kata-kata itu dalam-dalam.

"Aku tidak ingin masa laluku menjadi beban," lanjut Farhan. "Justru aku ingin membangun rumah tangga yang lebih baik. Aku ingin menciptakan keluarga yang harmonis dan saling mendukung. Aku ingin menjadi suami yang bertanggung jawab dan ayah yang baik kelak."

Jawaban itu menggugah hati Aisyah. Ia tahu, kehidupan rumah tangga bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga tentang bagaimana seseorang mengambil pelajaran darinya.

Hari-hari berikutnya, Aisyah masih terus berdoa, meminta petunjuk dari Allah. Hingga akhirnya, hatinya mulai mantap. Ia sadar bahwa Farhan bukanlah seseorang yang membawa luka dari masa lalunya, tetapi seseorang yang bertekad untuk tidak mengulang kesalahan yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun