4. Â Pemimpin
Anak yang memiliki kemampuan memimpin dibentuk melalui pengalaman menjalankan amanah. Contohnya, seorang anak diberikan tanggung jawab sederhana, seperti memimpin doa keluarga, untuk membangun kepercayaan dirinya.
5. Â Peduli
Anak yang peduli memahami pentingnya membantu orang lain. Dia juga memeliki kepekaan terhadap permasalahan yang ada di masyarakat. Misalnya, mereka diajarkan menyisihkan sebagian uang jajan untuk berbagi dengan teman yang membutuhkan.
Peran Orang Tua dalam Pembentukan Konsep Diri
Orang tua memiliki peran besar dalam membentuk konsep diri anak melalui pola pengasuhan yang benar seperti memberi pujian positif, menumbuhkan rasa percaya diri, dan memberi kesempatan anak untuk melatih Amanah.
Pertama, memberikan pujian positif. Dalam Islam, Rasulullah SAW memberikan banyak contoh tentang pentingnya memberikan pujian kepada anak-anak. Rasulullah SAW sering memuji para sahabatnya, termasuk anak-anak, untuk mendorong mereka berkembang. Contohnya adalah saat beliau berkata kepada Abdullah bin Umar RA, "Sebaik-baik laki-laki adalah Abdullah, jika ia melaksanakan salat malam." Pujian ini memotivasi Abdullah untuk rutin melaksanakan salat malam. Â Pujian seperti "Kamu sholeh" atau "Bagus sekali usahamu!" memiliki dampak besar dalam membentuk pola pikir dan konsep diri positif pada anak. Pada prinsipnya, pujian tidak hanya menghargai hasil tetapi juga usaha. Misalnya, "Kamu sudah berusaha sangat baik, Nak. Terus coba lagi, ya." Dengan begitu, anak merasa dihargai, belajar percaya pada usahanya, dan terdorong untuk terus mencoba.
Jika diterapkan secara konsisten, pujian positif menjadi alat penting untuk membentuk individu yang percaya diri, mandiri, dan optimis terhadap dirinya dan masa depannya.
Kedua, Menumbuhkan Percaya Diri. Rasa percaya diri tumbuh saat anak diberi kepercayaan untuk menjalankan tugas. Misalnya, Rasulullah memberi amanah kepada Usamah bin Zaid RA, meski usianya masih muda, untuk membantu pengobatan dalam jihad.
Ketiga, Memberi Kesempatan Melatih Amanah. Â Anak yang diberi kesempatan menjalankan tanggung jawab belajar mengenal arti kepercayaan. Seperti kisah Anas RA yang diminta menjaga rahasia Rasulullah, pengalaman ini membuatnya merasa dihargai dan memiliki arti penting.
Baca juga: Â Wong Liyo Ngerti Opo
Pola Pendidikan Sesuai Usia
Pendidikan konsep diri yang efektif harus disesuaikan dengan tahapan usia anak untuk memastikan pendekatan yang sesuai dengan perkembangan mereka. Pada usia dini (0-6 tahun), anak membutuhkan rangsangan yang bersifat permainan dan tanpa tekanan. Masa ini menjadi waktu yang ideal untuk mengenalkan nilai-nilai Islami secara sederhana. Sebagai contoh, anak dapat diajarkan berwudhu dengan bermain air, sambil perlahan-lahan diperkenalkan doa-doa pendek yang menyenangkan dan mudah diingat. Dengan cara ini, anak akan mulai menyerap konsep agama sambil tetap merasa nyaman dan bahagia.
Memasuki usia pra-baligh (7-12 tahun), anak mulai dikenalkan pada tanggung jawab syariat secara bertahap. Latihan yang diberikan sebaiknya menanamkan pemahaman bahwa aturan dalam Islam memiliki tujuan yang baik untuk kehidupan mereka. Misalnya, anak bisa mulai belajar berpuasa secara perlahan, seperti mencoba menahan lapar hingga waktu tertentu. Hal ini dilakukan bukan sebagai paksaan, tetapi sebagai latihan untuk membangun kedisiplinan dan kesadaran diri.
Ketika anak menginjak usia baligh hingga dewasa (13 tahun ke atas), pemahaman mereka terhadap aqidah Islam seharusnya semakin mendalam. Pada tahap ini, mereka tidak hanya belajar tentang Islam sebagai keimanan tetapi juga sebagai pedoman hidup. Mereka mulai mampu membuat keputusan berdasarkan ajaran agama, seperti memilih makanan yang halal dan thoyib atau mempertimbangkan tindakan mereka sesuai dengan nilai syariat. Pendidikan di tahap ini membantu anak untuk memahami pentingnya prinsip Islam dalam memenuhi kebutuhan jasmani maupun naluri mereka, sekaligus menjadikan aqidah sebagai landasan utama dalam berpikir dan bersikap.
Baca juga: Â Inspirasi Kajian Jumat Pagi: Mengurai Falsafah Islam dan Kebahagiaan
Contoh Nyata dalam Kehidupan Sehari-Hari
Berbagai langkah sederhana dapat diterapkan oleh orang tua untuk membantu membentuk konsep diri positif pada anak. Salah satunya adalah memberikan pujian yang membangun. Ketika anak melakukan hal baik, seperti membantu menyelesaikan pekerjaan rumah, orang tua bisa mengatakan, "Kamu hebat, Nak, sudah membantu ibu mencuci piring." Pujian semacam ini membuat anak merasa dihargai atas kontribusinya dan memotivasi mereka untuk terus berbuat baik.