Jika ruang kelas digunakan untuk pembelajaran utuk menciptakan produk maka gagasan AJ Juliani tentang design thinking ini cocok untuk diterapkan. Pemikiran desain memberikan cara untuk berpikir tentang karya kreatif. Ini dimulai dengan empati, bekerja untuk benar-benar memahami masalah yang dihadapi orang sebelum mencoba mengemukakan ide dan menciptakan solusi.Â
Kegiatan belajar keterampilan misalnya perlu langkah-langkah yang bertahap. Tentu semua pembelajaran yang menghasilkan karya perlu memahami langkah yang sistematis. Tahapan langkah tersebut dinamakan siklus peluncuran (the launch cycle).Â
Siklus peluncuran menguraikan pekerjaan kreatif dari awal hingga akhir. Mulai dari mendengarkan ide,  menavigasi ide, hingga mempertajam ide menjadi langkah nyata.  Siklus tersebut membangun kapasitas dan kejelasan bagi guru dan siswa yang membuat, membangun, mengutak-atik, dan berkreasi. Bagian terakhir dari siklus adalah  meluncurkan kreasi siswa ke dunia.
Ada tujuh langkah yang ditempuh pada siklus peluncuran yaitu
Tahap I: Lihat, Dengar, dan Pelajari
Pada tahap pertama, siswa melihat, mendengar, dan belajar. Tujuannya di sini adalah pemahaman yang mendalam sehingga dapat menguasai semua komponen dengan detail.
Dipicu oleh rasa ingin tahu, siswa melanjutkan ke tahap kedua, di mana mereka mengajukan banyak pertanyaan. Mereka dapat berbagi pertanyaan ini dengan teman, guru, mentor, dan sumber belajar yang tersedia (termasuk sumber online)
Hal ini mengarah pada pemahaman proses atau masalah melalui pengalaman penelitian yang otentik. Siswa melakukan wawancara atau penilaian kebutuhan, artikel penelitian, menonton video, atau menganalisis data. Selama fase ini siswa terus-menerus melakukan pekerjaan mereka untuk dilihat guru dan memberikan umpan balik.Â
Siswa menerapkan pengetahuan yang baru diperoleh itu ke solusi potensial. Dalam fase ini, mereka mengarahkan ide. Di sini mereka tidak hanya bertukar pikiran, tetapi mereka juga menganalisis ide, menggabungkan ide, dan menghasilkan konsep untuk apa yang akan mereka buat.Â
Pada tahap selanjutnya, siswa membuat prototipe. Bisa jadi karya digital atau produk berwujud, karya seni atau sesuatu yang mereka rekayasa. Bahkan bisa berupa tindakan atau peristiwa atau sistem.Â
Selanjutnya, siswa memperhatikan apa yang berhasil dan memperbaiki apa yang gagal. Tujuannya di sini adalah untuk melihat proses revisi ini sebagai eksperimen yang penuh dengan pengulangan, di mana setiap kesalahan membawa mereka mendekati kesuksesan. Saat mereka membagikan apa yang telah mereka buat, umpan balik yang mereka terima akan menjadi kunci untuk proses revisi.Â
Pada fase peluncuran, siswa mempresentasikan ke audiens asli yaitu masyarakat. Mereka meluncurkan pekerjaan mereka ke dunia!
Siswa tidak dapat memecahkan masalah dan menciptakan solusi hanya untuk dibagikan dengan 20 orang lainnya. Mereka harus mengambil langkah terakhir untuk meluncurkannya ke dunia nyata kepada audiens yang nyata.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H