Mohon tunggu...
Hadi Samsul
Hadi Samsul Mohon Tunggu... PNS -

HS try to be Humble and Smart

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Ada Apa dengan Bulutangkis Indonesia?

30 Oktober 2016   15:53 Diperbarui: 30 Oktober 2016   16:14 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun sudah ada klub-klub bulutangkis langganan pencetak atlet, namun sebaiknya PBSI tidak hanya mengandalkan klub-klub tersebut untuk membibitkan atlet-atlet muda. PBSI agaknya perlu serius dalam mencari bibit melalui organisasinya yang ada di daerah. Kenapa tidak, PBSI membina klub-klub kecil yang tersebar di penjuru kabupaten/kota yang ada di Indonesia. 

Jika saja ada political wil dari Kemenpora (selaku induk dari seluruh pengurus cabang olahraga) untuk meningkatkan pembinaan bulutangkis di daerah, bukan tidak mungkin ke depannya akan bermunculan atlet-atlet tangguh. Caranya bagaimana? Mungkin perlu adanya instruksi dari kementerian pemuda dan olahraga kepada Dinas Pemuda dan Olahraga yang ada di daerah (Provinsi dan Kab/Kota) agar pengurus PBSI di daerah  membina, setidaknya, 1 klub badminton percontohan di daerahnya.

Kemudian PBSI perlu lebih banyak menyelenggarakan turnamen-turnamen bulutangkis di daerah untuk menjaring talenta-talenta muda. Teknisnya bisa bekerja sama dengan pihak swasta sebagai sponsor penyelenggaraan turnamen. Atau mungkin perlu membangun gedung bulutangkis berstandar internasional di tiap Kabupaten untuk merangsang prestasi atlet daerah. Namun ini akan memerlukan biaya yang sangat besar.

Selama ini PBSI memusatkan pelatihan (pelatnas) di Jakarta. Padahal Indonesia terdiri dari 34 provinsi. Dan saya yakin, di antara jutaan anak muda Indonesia, pasti ada bibit-bibit unggul calon atlet yang memiliki talenta bagus. Hanya saja karena keterbatasan akses mereka menuju klub-klub di kota besar, akhirnya talenta-talenta tersebut tetap tersembunyi. 

Oleh karena itulah sebaiknya pemusatan pelatihan disebar ke daerah-daerah/provinsi. Pembinaan di tingkat daerah bisa dimulai dengan membangun pusat pelatihan bulutangkis daerah (minimal di provinsi) atau melalui klub-klub bulutangkis binaan Pengurus PBSI tingkat kabupaten.

4. Atlet bermain rangkap. Terutama di sektor puteri.

Atlet ganda puteri sebaiknya bermain rangkap untuk meningkatkan intuisi bertanding. Beberapa negara menerapkan hal seperti ini, dan hasilnya sangat baik. Sebut saja Zhao Yunlei yang bermain rangkap di ganda puteri dan ganda campuran. Selain Yunlei, ada Yu Yang,  Ge Fei (Tiongkok), Cung Myung Hee, Kim Hana (Korea), Christina Pedersen, Kamila Rytter Juhl (Denmark). 

Selain memiliki endurance yang lebih baik, intuisi mereka dalam bertanding juga semakin tajam. Sayang sekali jika atlet-atlet bulutangkis kita langsung diarahkan pada spesialisasi tertentu. Karena belum tentu talenta mereka akan tampak jika hanya pada satu spesialisasi saja. Hal ini sudah terbukti pada Liliyana Natsir dan Vita Marissa. Vita dan Liliyana bermain di ganda campuran dan ganda puteri. Dan di nomor ganda puteri mereka pernah menjadi salah satu pasangan ganda puteri yang ditakuti negara lain.

Untuk menurunkan pemain rangkap, sebaiknya kita meniru strategi negeri Tiongkok dalam memasangkan atlet-atletnya. Dari dua orang yang berpasangan ganda puteri, biasanya hanya satu orang yang bermain rangkap. Contohnya pasangan Zhao Yunlei/Tian Qing, hanya Zhao Yunlei yang bermain rangkap di nomor ganda puteri dan ganda campuran. Yunlei bermain rangkap sebagai playmaker di dua nomor tersebut. Sedangkan Tian Qing difokuskan sebagai eksekutor. Hasilnya, Tian/Zhao menyabet berbagai gelar juara. 

Begitu pula dengan Yu Yang. Sebelum eksis di nomor ganda puteri, Yu Yang pernah dipasangkan sebagai pemain ganda campuran bersama He Hanbin. Terbukti, intuisi Yu Yang semakin tajam dalam setiap pertandingan. Dipasangkan dengan pemain puteri manapun, Yu Yang selalu menjadi playmaker yang baik. Du Jing/Yu Yang menyabet medali Olimpiade, Wang Xiaoli/Yu Yang menyabet aneka gelar bergengsi dunia, dan terakhir Tang Yuanting/Yu Yang meroket ke peringkat dua dunia dalam waktu singkat. Bahkan saat ini Denmark sudah mulai menerapkan bermain rangkap kepada para atletmudanya. Atlet puteri Denmark bermain rangkap di sektor tunggal dan ganda. Strategi seperti inilah yang perlu diterapkan kembali kepada atlet putera puteri kita.

5. Peningkatan latihan fisik dan kedisiplinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun