Mohon tunggu...
Hadi Samsul
Hadi Samsul Mohon Tunggu... PNS -

HS try to be Humble and Smart

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Ada Apa dengan Bulutangkis Indonesia?

30 Oktober 2016   15:53 Diperbarui: 30 Oktober 2016   16:14 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk meningkatkan stamina atlet yang bermain rangkap tersebut, maka latihan fisik perlu ditingkatkan. Tidak hanya bagi atlet yang bermain rangkap saja, tapi bagi seluruh atlet. Latihan-latihan fisik yang dapat meningkatkan daya tahan atlet, perlu terus diberikan. Salah satu ilustrasi adalah Carolina Marin yang pernah memposting foto dirinya yang berlatih dengan pasir pantai. Marin menggunakan pasir pantai tersebut untuk melatih kecepatan lari di lapangan (footwork). Hasilnya, Marin selalu tampil lincah pada setiap pertandingan. Latihan-latihan seperti ini seharusnya mulai diterapkan bagi atlet-atlet Indonesia. Selain itu, faktor nutrisi juga perlu diperhatikan agar stamina atlet lebih terjaga.

Selain latihan fisik, faktor kedisiplinan atlet juga perlu mendapatkan pemantauan dari PBSI.

6. Fokus

Yang terakhir adalah Fokus para atlet yang perlu ditingkatkan pada saat akan mengikuti suatu turnamen. Hal-hal yang dapat menjadi distraksi bagi atlet, sebaiknya diminimalisir ketika akan menghadapi turnamen. Hal yang menjadi distraksi fokus atlet tersebut biasanya berasal dari media sosial, entah Facebook, Twitter, maupun Instagram.

Saya amati, atlet-atlet muda Indonesia sering sekali bermain instagram. Entah setelah latihan rutin, latihan menjelang turnamen, bahkan pada saat turnamen (kalah di babak awal, langsung foto jalan-jalan). Memang, bermedia sosial seperti ini bisa menjadi hiburan di kala jenuh. Para atlet bisa berinteraksi dengan fans, namun keseringan berkegiatan bermedia sosial seperti ini akan mengganggu konsentrasi sang atlet dan pada akhirnya mereka tidak fokus dalam menghadapi pertandingan. 

Mungkin hal ini akan dibantah oleh para atlet, namun saya memiliki pandangan lain. Contoh saja Liliyana Natsir. Sebelum berangkat ke Olimpiade Rio, Butet offmain instagram dan medsos lainnya selama beberapa waktu. Butet fokus menyiapkan diri untuk momen di Rio. Dan hasilnya emas Rio berhasil dia bawa pulang. Dan baru setelah menjadi juara, Butet kembali aktif di medsos untuk menyapa fans dan menunjukan rasa bahagianya meraih medali emas.

Liliyana Natsir berfoto bersama rekan-rekan tim bulutangkis di Rio de Janeiro (sumber: Instagram Liliyana Natsir)
Liliyana Natsir berfoto bersama rekan-rekan tim bulutangkis di Rio de Janeiro (sumber: Instagram Liliyana Natsir)
Selain enam poin tersebut, beberapa hal teknis terkait kegagalan atlet kita di level super series harus dievaluasi secara menyeluruh agar bulutangkis Indonesia kembali meraih kejayaannya. Enam poin di atas hanyalah sedikit masukan saja dari seorang pecinta bulutangkis yang merindukan euforia kemenangan dari setiap turnamen yang disiarkan di Televisi. Semoga terbaca oleh pengurus PBSI.

Sekian. (HS, 2016)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun