Perhelatan Olimpiade Rio memang telah berakhir. Indonesia berhasil menggondol 1 emas dan 2 perak melalui Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Bulu tangkis/emas) dan Sri Wahyuni Agustiani (Angkat Berat/Perak) dan Eko Yuli Irawan (Angkat Berat/Perak). Perolehan Indonesia tersebut masih berada di bawah Thailand yang merebut 2 emas 2 perak dan 2 perunggu.
Hasil akhir menunjukkan Thailand berada di peringkat 35 sedangkan Indonesia berada jauh di bawahnya dengan peringkat 46. Hasil ini jauh lebih baik dibandingkan negara-negara lain yang berada di kawasan Asia Tenggara. Selain Thailand dan Indonesia, negara lain yang berhasil membawa pulang medali emas adalah Viet Nam serta Singapura. Sedangkan Malaysia harus puas dengan medali perak dan perunggu saja. Tepatnya 4 perak dan 1 perunggu.
Berbicara tentang medali perak yang diraih negeri jiran, saya kira patut diberikan apresiasi. Malaysia berhasil menggondol empat medali perak. Jauh lebih banyak daripada total raihan medali Indonesia yang hanya meraih total 3 medali. Tiga  dari empat perak yang dibawa pulang oleh Malaysia ini disumbangkan oleh atlit-atlit dari cabang Bulu tangkis.
Seperti halnya di Indonesia, agaknya cabang olahraga tepok bulu menjadi andalan Malaysia untuk mendulang medali. Malaysia yang belum pernah merebut medali emas, sangat berharap atlit-atlit dari cabang bulu tangkis bisa menyumbangkan medali emas. Tiga nomor final bulu tangkis Olimpiade Rio 2016 diisi oleh atlit dari Malaysia. Hanya saja, Dewi Fortuna belum mau memihak mereka, sehingga mereka harus puas sebagai juara kedua saja.
Atlit-atlit bulu tangkis Malaysia yang berhasil menjejak babak final tersebut adalah Chan Peng Soon dan Goh Liu Ying dari nomor Ganda Campuran. Goh V Seem dan Tan We Kiong dari ganda putera. Serta pemain legendaris Malaysia seangkatan Taufik Hidayat, yakni Dato’ Lee Chong Wei. Kelima atlit Negeri Jiran ini harus puas berdiri di podium nomor dua saja setelah masing-masing kalah di babak final.
Diawali Chan Peng Soon/Goh Liu Ying yang kalah dari harapan emas Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, pada babak final Olimpiade. Chan/Goh yang sebelumnya membuat kejutan dengan menjungkalkan pasangan Mix Double Tiongkok, Xu Chen/Ma Jin, harus mengakui kedigjayaan Owi/Butet dengan skor 14-21 dan 12-21.
Disusul Goh V Seem/Tan Wee Kiong yang juga tidak dipihaki oleh keberuntungan. Goh/Tan kandas ditangan Fu Haifeng/Zhang Nan (Tiongkok) melalui pertarungan rubber game 21-16, 11-21, dan 21-23. Goh/Tan harus merelakan medali emas yang sudah di depan mata, terlepas begitu saja. Dalam pertandingan melawan pasangan Tiongkok tersebut, Goh/Tan sempat unggul di set ketiga dan menciptakan match point pada angka 21-20. Namun memang keberuntungan belum di tangan Malaysia. Goh/Tan balik kalah dengan skor 21-23.
Begitu pula dengan sang legenda. Dato Lee Chong Wei. Lagi-lagi LCW harus puas membawa pulang medali perak. Sebagai catatan, ini adalah medali perak ketiga kali berturut-turut yang dibawa pulang LCW. Olimpiade Beijing 2008 dan Olimpiade London 2012, LCW harus mengakui rival terberatnya, Lin Dan. Sedangkan pada Olimpiade Rio 2016 ini, LCW harus menelan pil pahit setelah dikandaskan atlit Tiongkok lainnya, Chen Long.
Memang, kelima atlit Bulu tangkis negeri jiran ini belum mampu berdiri di podium nomor satu. Namun berdasarkan pencapaian mereka, saya berani memberikan acung jempol. Ganda putera dan ganda campuran berhasil memberikan kejutan di arena Rio Centro. Padahal di nomor tersebut, masih banyak atlit dari negara lain yang difavoritkan.Â
Sebut saja di nomor ganda putera, ada Lee Yong Dae/Yoo-Yeon Seong dan Kim Gi-Jung/Kim Sa-Rang dari Korea, Hendra Setiawan/M. Ahsan (Indonesia), Mathias Boe/Carsten Morgensen (Denmark), Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa (Jepang), Chai Biao/Hong Wei (Tiongkok) serta juara All England 2016 asal Rusia, Vladimir Ivanov dan Ivan Sozonov.Â
Sedangkan di sektor campuran, nama-nama seperti Zhang Nan/Zhao Yunlei, Koo-Sung hyun/Kim Hana, Xu Chen/Ma Jin, Praveen/Debby, dan Fischer Nielsen/Christina Pedersen adalah nama-nama yang jauh diunggulkan untuk maju ke babak final dibandingkan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying.
Dari hasil tersebut, saya mulai berpikir bahwa bulu tangkis Malaysia mulai mengalami kebangkitan kembali. Tahun 90-an, Malaysia sempat memiliki pasangan Rajif Sidek/Jalani Sidek yang menyumbangkan medali perunggu Olimpiade Barcelona 1992.Â
Bahkan, seingat saya, pasangan Sidek bersaudara ini sempat menjadi lawan tangguh ganda putera Indonesia saat itu, Edi Hartono/Gunawan. Dan kini, Goh V Seem/Tan Wee Kiong kembali membangkitkan kejayaan bulu tangkis ganda putera Malaysia. Padahal, Goh/Tan ini merupakan pemain seangkatan Ricky Suwardi/Angga Pratama dari Indonesia.
Sedangkan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying adalah ganda campuran Malaysia yang kini kembali diperhitungkan di dunia Bulu tangkis. Sebelum dilanda cedera, Goh sempat menjejak peringkat tiga dunia di nomor ganda campuran pada tahun 2013. Dan kini pasca cedera, Goh Liu Ying kembali merangkak naik ke 10 besar. Bahkan Goh mampu mencetak prestasi luar biasa di Olimpiade Rio ini.
Selain atlit-atlit tersebut, Malaysia masih memiliki Vivian Kha Mun Hoo/Khe Wei Woon di ganda puteri. Vivian/Woon ini mulai menjadi pasangan yang diperhitungkan karena keuletan mereka di lapangan.
Sepertinya Vivian/Woon sedang berupaya mengembalikan supremasi ganda puteri Malaysia yang pernah diraih senior yang kini menjadi pelatihnya Chin Eei Hui yang berpasangan dengan Wong Pei Tty. Chin/Wong pernah menjadi ganda nomor satu dunia pada medio hingga akhir 2000-an.Â
Menilik penampilan Vivian/Woon di lapangan, pasangan ini tidak bisa lagi dipandang sebelah mata. Greysia/Nitya pernah menjadi korban kegigihan mereka pada perhelatan Indonesia Open Superseries Premiere, Juni lalu.
Di luar sektor ganda, agaknya Malaysia mulai melakukan pembibitan juga di sektor tunggal putera dan puteri. Tunggal putera yang kini ditangani oleh mantan atlit Indonesia, Hendrawan, memang belum mampu berbicara banyak.Â
Namun di tunggal puteri, Malaysia memiliki atlit muda usia yang mulai menunjukkan grafik prestasi yang baik. Goh Jin Wei. Goh adalah juara dunia junior 2015 lalu. Atlit kelahiran tahun 2000 ini termasuk atlit yang diperhitungkan di arena junior.
Sektor puteri Malaysia memberikan warna baru pada persaingan bulu tangkis dunia saat ini. Padahal di era 90-an, sektor puteri Malaysia, nyaris tidak berprestasi sama sekali. Selain di arena tunggal puteri Junior yang diwakili oleh Goh Jin Wei, di sektor tunggal puteri senior Malaysia punya Tee Jing Yi.Â
Meskipun hingga saat ini, prestasi Tee belum secemerlang seniornya Wong Mew Chew yang pernah berjaya di era 2008-an, namun setidaknya Tee Jing Yi menjadi andalan Malaysia yang mampu berbicara di turnamen-turnamen internasional.
Kebangkitan bulu tangkis negeri jiran ini agaknya patut diwaspadai oleh PBSI. PBSI harus mulai lebih serius memoles dan menggembleng atlit-atlit muda. Peningkatan porsi latihan (baik fisik maupun teknik) mutlak menjadi satu-satunya pilihan untuk mengimbangi kebangkitan bulu tangkis negeri tetangga tersebut.
Atlit-atlit muda macam Kevin Sanjaya/Gideon Marcus, Anggia Shita/Ni Ketut Mahadewi, Tiara Rosalia/Rizki Amelia, Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi, atau Ronald Alexander/Melati Daeva, agaknya perlu diberikan kesempatan untuk lebih sering bertanding pada event internasional untuk menambah referensi bertanding serta memperkaya jam terbang mereka.
Di samping latihan serta sport science dari pengurus dan pelatih PBSI, motivasi berprestasi atlit-atlit muda juga sepertinya harus semakin ditingkatkan. PBSI, mungkin, bisa mengundang mantan-mantan atlit yang pernah sukses pada masanya, untuk berbagi motivasi dan pengalaman hingga menjadi juara dengan adik-adik mereka.Â
Pemberian motivasi seperti ini, harus diberikan untuk menguatkan keinginan atlit-atlit muda mencapai podium juara pada event berkelas internasional. (HS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H