Teruntuk kalian
Rekan Kerja sekantor
di masing bilik kerja.
Dengan penuh Cintja, kembali jari ini menari untuk sekedar menyampaikan betapa banyaknya perasan di jiwa tentang perjalanan hidup.
Rekan kerja, dahulu ketika kita terlahir sebagai manusia yang memperoleh Titel Sarjana, mungkin yang terbayang dalam benak kita adalah Pekerjaan dengan Rekan Kerja yang selalu ada setiap suka dukanya kita, atasan yang bijak dengan semua pertimbangan-pertimbangan yang terkadang membuat kita selalu nyaman terhadap perkerjaan yang kita lakukan serta mengharapkan balas jasa berupa Gaji yang suatu saat dapat membawa kita melanglang buana untuk mencapai mimpi-mimpi kita.
Lalu beranjak setelah kita dapatkan Ijazah dengan nilai IPK yang tinggi, kemudian dengan kesibukan yang sama dengan rekan Sarjana yang lain kita sibuk mengupas lebar tiap halaman media masa, jejaring internet dan informasi teman tentang lowongan kerja yang mungkin salah satu nya adalah tempat kita untuk mengembangkan ilmu.
Kita sama sekali tidak tahu dimana posisi yang akan kita dapat, berapa balas jasa yang kita terima atau mungkin kita tidak tahu sama sekali apa yang akan terjadi nanti, sama sekali tidak tahu.
Dengan senyum keberhasilan lalu kita melonjak gembira dengan suka cita 'oo Tuhan terima kasih aku telah mendapat kerja'Â sambil berharap semua akan baik-baik sahaja.
kemudian berjalan beberapa minggu setelah mendapat kepastian kerja, kita masih bangga, kita masih dengan suka cita dan kita masih bicara aku bahagia, namun kemudian tidak terasa kita mulai menyela kita mulai bicara dan kita mulai beronta, ini ADALAH KETIDAKADILAN sambil terus ingin bertahan.
ya bertahan demi nafas yang mungkin sebenarnya telah berlalu jauh pergi meninggalkan raga yang dengan keterpaksaan mencoba untuk bertahan, walau cercahaan adalah hal menyakitkan.
Inilah ku mulai cerita Teman.
Rekan Kerja yang penuh Cintja walau aku sendiri tidak tahu apakah cintja yang ku berikan akan kalian balas.
Mungkin inilah disebut dunia kerja yang seutuhnya, dengan kesadaran yang terpaksa bagai jiwa yang terbagun dalam mimpi yang nyatanya tidak pernah di jalani sama sekali kita tetap mecoba aku bisa dengan semua keadaan yang kadang jiwa kita berontak keras dengan ketidakberdayaan.
Dengan tangis dan hati yang perih sering kitapun harus menerima dan bertahan dimaka ketika atasan yang kita bangga kan melakukan tindakan dan keputusan tanpa pertimbangan sedikitpun #kadang yang ku sebut ""ATASAN YANG BAIK ADALAH ATASAN YANG SELALU CEPAT MENGAMBIL KEPUTUSAN TANPA TANPA PERTIMBANGAN#, lebih menyakitkan lagi ketika rekan kerja yang kita harapkan bisa membantu malah menjadi musuh dalam selimut yang berusaha mementingkan diri sendiri tanpa berusaha bagaimana nasib teman dan rekan kerjannya nanti akibat Ego masing-masing #yang kemudian ku sebut TEMAN MAKAN TEMAN#.
Tapi lagi-lagi ini teman, DUNIA KERJA yang kadang menyakitkan tapi kadang membuat kita sadar akan arti penghargaan akan suatu pengabdian bahkan kita banyak mengambil pembelajaran bagaimana harus bersikap, menghargai dan untuk sedikit mengerti tentang arti hidup.
Di akhir Surat ini dengan mata yang sudah mulai terpejam walau hati ini masih beronta dengan semua keadaan, aku ""DARMANTO HADI" dengan sedikit kepedulian dan rasa persaudaraan ingin menyampaikan AMBILAH SIKAP UNTUK DIRI KITA Lalu berlarilah untuk mengapai yang menjadi tujuan hidup kemudian tersenyumlah karena kita adalah bagian dari Pemenang"
salam persaudaraan
by . Darmanto Hadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H