Tadi sore Amanda mengantar Sebastian menemui dokter. Tetapi saat pembacaan hasil laboratorium, hanya Sebastian yang diperbolehkan memasuki tempat praktek dokter. Bersama Adrian, Amanda duduk di gazebo depan ruang praktek dokter Isabela.
"Saudara Adrian! Silakan masuk," panggil perawat dari pintu ruang praktek dokter Isabela.
"Saya boleh ikut masuk ya?" tanya Amanda.
"Maaf, hanya Saudara Adrian yang boleh masuk," jawab perawat langsung menutup pintu.
Mendengar kata-kata perawat, ingin rasanya Amanda bertanya mengapa Adrian diperbolehkan masuk. Tetapi ia mengurungkannya.
Sekitar satu jam Amanda duduk termangu. Beberapa pasien telah dipanggil ke ruangan dokter Isabela, tetapi belum ada tanda-tanda Sebastian dan Adrian keluar. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam ketika dua pemuda itu tiba-tiba telah berada di depannya.
"Tante, tolong maafkan kami. Jangan marahi Sebastian," ujar Adrian bersimpuh di depan Amanda.
"A-ada a-apa?" tanya Amanda terbata-bata.
Tidak ada jawaban dari Adrian atau Sebastian. Sudut mata Amanda melirik Sebastian yang berdiri menunduk.
 "A-apa kata dokter Isabela? Apakah parah sakit Sebastian?"
Dengan gemetar, Amanda meraih tangan Sebastian. Tetapi Sebastian malah menyodorkan amplop besar yang berisi hasil laboratorium.