Pada fase demam tinggi virus banyak beredar dalam darah. Dema mini sulit diturunkan oleh obat penurun panas. Gejala lain bermunculan antara lain berkeringat, sakit kepala, batuk, pilek sehingga dikira penyakit flu. Bahkan anak-anak bisa mengalami mual, muntah, dan diare saat demam.
Pada fase demam tinggi ini penderita mulai malas minum. Jika tidak diperhatikan penderita bisa mengalami dehidrasi. Apalagi menjelang hari ketiga mulai terjadi kebocoran pembuluh darah.
Memasuki hari ke 4 sampai 5 disebut fase kritis. Demam mulai turun. Hal ini sering mengecoh, seolah-olah terjadi penyembuhan. Padahal fase ini terjadi kebocoran pembuluh darah yang bisa menyebabkan syok hipovolemik.
Syok hipovolemik adalah ketidakmampuan jantung memompa darah ke seluruh tubuh karena pasokan darah kurang. Jika tidak mendapat penanganan tepat bisa terjadi Dengue Shock Syndrome (DSS).
Pada DSS terjadi penurunan tekanan darah dengan peningkatan nadi. Jadi saat peningkatan nadi penderita DBD harus selalu dipantau tekanan darahnya untuk mengetahui adanya kemungkinan penderita jatuh ke dalam kondisi syok.
Pemantauan yang lain akan dilakukan oleh dokter dengan meraba ekstremitas yaitu kedua tangan dan kaki. Kebocoran plasma mengakibatkan tubuh akan mempertahankan aliran pembuluh darah ke organ vital dan mengurangi ke daerah perifer yaitu ekstremitas. Sehingga ekstremitas teraba dingin dan lembab.
Memasuki hari ke 6 sampai 7 demam kembali tinggi. Saat inilah DBD memasuki fase penyembuhan. Seiring peningkatan suhu tubuh, trombosit dalam jaringan interstitial kembali memasuki pembuluh darah sehingga perlahan naik ke taraf normal termasuk cairan tubuh.
Pada fase penyembuhan DBD penderita mengalami peningkatan nafsu makan, berkemih juga mulai normal.
Hal yang penting untuk dilakukan. Jika mengalami gejala-gejala DBD adalah segeralah pergi ke dokter!
Kreator: Miftahul Ilmiah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H