Mimisan atau epistaksis adalah perdarahan dari hidung. Sumber perdarahan berasal dari pembuluh darah yang pecah di bagian depan hidung (epistaksis anterior) atau bagian belakang hidung (epistaksis posterior).
Penyebab mimisan  bermacam-macam, dari yang ringan sampai yang berat. Mimisan/ epistaksis anterior paling sering terjadi karena pecahnya kumpulan pembuluh darah yang dinamakan plexus kiesselbach. Penyebabnya antara lain trauma karena kuku, membuang ingus terlalu kuat, sinusitis, rhinitis alergi, cedera pada lubang hidung, atau sesuatu yang dapat merusak plexus kiesselbach seperti infeksi.
Epistaksis posterior lebih sering terjadi pada orang dewasa. Biasanya terjadi lebih parah sehingga membutuhkan penanganan yang serius. Penyebab epistaksis posterior antara lain: trauma pada hidung (pukulan pada kepala atau jatuh), operasi hidung, tumor, aterosklerosis, obat-obatan tertentu, kelainan pembekuan darah, kanker darah, hipertensi, infeksi.
Salah satu infeksi yang menimbulkan gejala mimisan yaitu infeksi virus dengue. Virus dengue menyebabkan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Penderita DBD bisa mengalami perdarahan di bagian-bagian tubuh.
Pada penyakit DBD terjadi kelemahan dinding pembuluh darah. Melemahnya dinding pembuluh darah menyebabkan kebocoran plasma darah diikuti trombosit sehingga kadarnya menurun di dalam pembuluh darah.
Kadar trombosit yang menurun menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah. Gejala perdarahan akan muncul. Yang paling sering tampak yaitu bintik-bintik perdarahan di bawah kulit (petechiae). Jika lebih parah lagi bisa terjadi mimisan, gusi berdarah, bahkan muntah darah, atau berak darah.
Perdarahan bisa menjadi parah sehingga mengakibatkan syok yang ditandai dengan tekanan darah menurun bahkan terjadi penurunan kesadaran.
Mengenal Penyakit Demam Berdarah Dengue.
Demam berdarah dengue merupakan suatu penyakit musiman yang banyak terjadi di negara tropis termasuk Indonesia. Gejala awal menyerupai infeksi virus lainnya, sehingga kadang-kadang penderita tiba di rumah sakit dalam fase syok yang sulit penanganannya.
Nyamuk Aedes aegypti merupakan vector atau penghantar virus dengue ke tubuh manusia. Ketika nyamuk ini menggigit kulit manusia yang terinfeksi, ia akan memindahkah virus ke tubuh orang lain melalui gigitan tersebut.
Di dalam tubuh yang terinfeksi,  virus mengalami inkubasi selama 4 hingga 10 hari kemudian baru menimbulkan gejala. Gejala itu bisa sangat ringan seperti capek  dan demam. Tetapi demam akan segera meningkat dalam kurun waktu 1 sampai 3 hari kemudian. Ini disebut fase demam tinggi.
Pada fase demam tinggi virus banyak beredar dalam darah. Dema mini sulit diturunkan oleh obat penurun panas. Gejala lain bermunculan antara lain berkeringat, sakit kepala, batuk, pilek sehingga dikira penyakit flu. Bahkan anak-anak bisa mengalami mual, muntah, dan diare saat demam.
Pada fase demam tinggi ini penderita mulai malas minum. Jika tidak diperhatikan penderita bisa mengalami dehidrasi. Apalagi menjelang hari ketiga mulai terjadi kebocoran pembuluh darah.
Memasuki hari ke 4 sampai 5 disebut fase kritis. Demam mulai turun. Hal ini sering mengecoh, seolah-olah terjadi penyembuhan. Padahal fase ini terjadi kebocoran pembuluh darah yang bisa menyebabkan syok hipovolemik.
Syok hipovolemik adalah ketidakmampuan jantung memompa darah ke seluruh tubuh karena pasokan darah kurang. Jika tidak mendapat penanganan tepat bisa terjadi Dengue Shock Syndrome (DSS).
Pada DSS terjadi penurunan tekanan darah dengan peningkatan nadi. Jadi saat peningkatan nadi penderita DBD harus selalu dipantau tekanan darahnya untuk mengetahui adanya kemungkinan penderita jatuh ke dalam kondisi syok.
Pemantauan yang lain akan dilakukan oleh dokter dengan meraba ekstremitas yaitu kedua tangan dan kaki. Kebocoran plasma mengakibatkan tubuh akan mempertahankan aliran pembuluh darah ke organ vital dan mengurangi ke daerah perifer yaitu ekstremitas. Sehingga ekstremitas teraba dingin dan lembab.
Memasuki hari ke 6 sampai 7 demam kembali tinggi. Saat inilah DBD memasuki fase penyembuhan. Seiring peningkatan suhu tubuh, trombosit dalam jaringan interstitial kembali memasuki pembuluh darah sehingga perlahan naik ke taraf normal termasuk cairan tubuh.
Pada fase penyembuhan DBD penderita mengalami peningkatan nafsu makan, berkemih juga mulai normal.
Hal yang penting untuk dilakukan. Jika mengalami gejala-gejala DBD adalah segeralah pergi ke dokter!
Kreator: Miftahul Ilmiah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H