Laki-laki itu terpaku.
“Selama ini saya menganggap botol-botol minuman keras adalah penghibur saya, penyelamat saya. Apakah itu termasuk syirik.”
“Ya,” jawab ustaz mantap, “apa pun yang disembah selain Allah berarti syirik.”
“Tapi saya tidak menyembah.”
“Menganggap sesuatu sebagai penghibur, apa lagi penyelamat, itu sama dengan menyembah.”
“Astaghfirullahal ‘adziim,” spontan keluar kalimat tersebut dari mulut laki-laki itu. Spontan dia bersujud, larut dalam penyesalan sambil terus ber-istighfar bersama banjir air mata.
Ustaz tersenyum puas. Disuruhnya laki-laki berdiri, lalu dirangkulnya. Laki-laki terus saja ber-istighfar.
“Allahu akbar,” ucap ustaz, “terima kasih ya, Allah, Engkau kembali menampakkan kebesaran-Mu.”
Ustaz memapah laki-laki untuk segera mengambil air wudhu karena waktu mendekati Maghrib. ■
Diterbitkan di Harian Tangsel Pos, edisi 15 November 2014