Kedua, pencapaian ini istimewa karena tim Uber Indonesia awalnya dipandang sebelah mata. Itu karena materi pemain tim Uber Indonesia tahun ini dianggap pas-pasan.
Dari 10 pemain yang dibawa, yakni empat tunggal putri dan tiga ganda putri, hanya dua yang bisa disebut pemain jadi.
Yakni tunggal putri Gregoria Mariska yang kini masuk peringkat 10 besar dunia. Serta ganda putri Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva. Hanya saja, Apriyani baru pulih dari cedera sehingga kurang maksimal.
Sementara ganda putri Lanny Tria Mayasari/Ribka Sugiarto dan Meilysa Trias Puspita Sari/ Rachel Allessya Rose, meski sudah mampu meraih gelar di BWF World Tour tahun ini, tapi mereka belum kompetitif di level top.
Begitu juga dengan tunggal putri Ester Nurumi Tri Wardoyo, Komang Ayu Cahya Dewi, dan Ruzana. Mereka punya potensi besar. Tapi mereka belum matang.
Hal ini berbeda dengan tim Thomas Indonesia yang secara materi pemain sudah matang semua. Sudah jadi. Karenanya, sudah seharusnya diharapkan bisa juara.
Tapi, tim Uber Indonesia menunjukkan potensi mereka. Ketika menang 5-0 atas Hongkong dan Uganda, itu masih dianggap pencapaian biasa.
Namun, ketika hanya kalah 2-3 dari Jepang di game terakhir penyisihan grup, Â pecinta bulutangkis mulai melek bahwa tim ini punya potensi besar. Â Sebab, Jepang dari dulu terkenal kuat di sektor putri.
Ternyata, tim Uber kita bisa mengimbangi. Utamanya di sektor tunggal putri.
Gregoria Mariska bisa mengalahkan Akane Yamaguchi, mantan world number one. Ester Nurumi hanya kalah rubber game dengan skor ketat dari Aya Ohori yang rankingnya jauh di atasnya. Pun, Komang Ayu bisa mengalahkan Tomoka Miyazaki, sang juara dunia junior 2022.
Pendek kata, tunggal putri Indonesia bisa diandalkan untuk memburu poin.Â