Memang tidak mudah menjadi fans loyal MU ketika tim pujaan mereka sangat sering tampil labil. Bagaimana tidak kecewa ketika sudah unggul 3-1 lantas disamakan 3-3 seperti saat melawan tim asal Turki Galatasaray di Liga Champions dua pekan lalu.
Lebih nelangsa lagi ketika sudah unggul 3-2 lantas kena come back sehingga kalah 3-4 ketika melawan tim dari Denmark, Copenhagen di Liga Champions pada 9 November lalu.
Malah pernah, MU melawan tim yang sama di tempat yang sama hanya dalam waktu tiga hari, tetapi hasilnya berbeda. Pada 27 September lalu, MU menang telak 3-0 atas Crystal Palace di Old Tarfford pada ajang Piala Liga (Carabao Cup). Namun, pada 30 September, MU justru kalah 0-1 dari Crystal Palace di Old Trafford di Liga Inggris. Kok bisa? Buktinya begitu.
Nah, kemenangan atas Chelsea ini seperti menjadi pereda kegalauan fans MU. Kemenangan ini penting bagi kesehatan mental para pendukung MU yang selama ini kesabarannya diuji. Bahkan, selama Desember ini, kesabaran mereka bakal mendapati ujian serius.
Pekan depan, MU akan melakoni pertandingan "hidup mati" di Liga Champions. MU akan menjamu tim kuat asal Jerman Bayern Munchen pada matchday terakhir Grup A, 13 Desember 2023. Pertandingan ini menjadi penentuan bagi MU: lolos ke babak 16 besar atau tersingkir dari Liga Champions.
Nah, kemenangan atas Chelsea menjadi bekal penting MU untuk menantang Bayern Munchen. Hanya saja, masalahnya tidak sesimpel itu. MU memang harus mengalahkan Bayern. Namun, kemenangan saja belum cukup.
Sebab, MU juga harus banyak berdoa agar hasil di pertandingan lainnya di Grup A antara Copenhegan vs Galatasaray berakhir imbang. Dua syarat itu yang akan membawa MU lolos ke babak 16 besar. Namun, bila hasil laga Copenhagen vs Galatasaray berakhir dengan ada pemenang, selesai sudah perjalanan MU di Liga Champions musim ini.
Tentu saja, butuh mental kuat untuk menghadapi situasi itu. Apalagi, di akhir pekannya, MU akan menghadapi Liverpool di Anfield pada 17 Desember. Pecinta Liga Inggris pasti belum lupa apa yang terjadi dengan MU kala bertemu Liverpool di Liga Inggris musim lalu. Mereka jadi lumbung gol.
Sebagai penutup, saya juga pernah menjadi pemuja Manchester United sejak masa ketika Andre Kanchelskis menari-nari di sayap MU sebelum diteruskan era Ryan Giggs.Â
Saya pernah menjadi saksi bertumbuhnya class of 92, Paul Scholes, Nicky Butt, David Beckham, dan Neville berasaudara. Semasa SMA pernah gegeran dengan pendukung Arsenal ketika dua tim bergantian meraih gelar di pertengahan 90-an silam
Saya pun masih ingat 'malam jahanam' bagi fans Bayern Munchen di Stadion Camp Nou, markas Barcelona pada final Liga Champions 1999. Begadang menyaksikan MU yang nyaris kalah lantas menang 2-1 atas Bayern lewat dua gol hanya dalam waktu 112 detik di masa injury time.