Lalu, di menit ke-37, striker yang pernah dijuluki "Alessandro Del Piero nya Indonesia" ini memperlihatkan bagaimana insting seorang striker ketika mengendus peluang gol.
Dia dengan sigap berlari menyambar bola yang muntah dari tangkapan kiper Persikabo 1973, Dicky Indrayana, usai menghalau tendangan penyerang Persebaya asal Jepang, Taisei Marukawa.
Padahal, dari tayangan ulang, posisi Samsul sebenarnya tidak terlalu dekat dengan bola.
Tapi, responsnya cepat. Tahu ada peluang mencetak gol, dia langsung berlari ketika melihat bola bergerak liar. Dia berlari lebih cepat ketimbang bek-bek Persikabo yang hanya bisa kecewa gawangnya kembali jebol.
Pelajaran dari Samsul Arif belum berhenti di situ.
Di awal babak kedua, Samsul mencetak hat-trik. Kali ini, dia memberi pelajaran agar seorang penyerang selalu siaga. Tidak pasrah ketika bola dikuasai lawan.
Sebab, peluang mencetak gol bisa datang kapan saja. Tanpa diduga. Semisal karena kesalahan yang dilakukan oleh lawan.
Ya, situasi di lapangan, pemain-pemain Persikabo sebenarnya menguasai bola. Tiba-tiba bek Persikabo, Veniamin Shumeiko melakukan back pass kepada kiper. Dia rupanya abai pada Samsul yang ada di belakangnya.
Yang terjadi kemudian, Samsul berlari dan berhasil 'mencuri' bola back pass itu. Dia tinggal berhadapan one on one dengan kiper Persikabo dan tanpa kesulitan mencetak gol ketiga Persebaya.
Bagi pemain yang berposisi penyerang, mencetak tiga gol dalam satu pertandingan selalu luar biasa. Malah ada pemain yang membawa pulang bola di pertandingan itu sebagai kenang-kenangan.
Apalagi bila yang mencetak tiga gol itu penyerang yang usianya tidak lagi muda. Samsul kini menjadi penyerang lokal paling tua yang bermain di Liga 1. Meski, dia menolak disebut tua.