Kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi. Siapa sangka, Singapura di semifinal bermain dengan sembilan pemain di waktu normal. Bahkan mengakhiri pertandingan dengan 8 pemain.
Kemungkinan kedua yang bisa terjadi, Indonesia sangat mungkin bisa mengalahkan Thailand, tapi gagal juara.
Bahwa, Pelatih Indonesia, Shin Tae-yong sudah menganalisis sejumlah kelemahan yang terjadi di final pertama. Pemain pun juga sudah melakukan introspeksi atas kekurangan penampilan mereka. Lantas, dengan semangat pantang menyerah, mereka menyongsong final kedua.
Perpaduan hasil analisis pelatih, introspeksi pemain, dan semangat pemain untuk menutup turnamen dengan bagus, akan menjadi senjata utama untuk mengalahkan Thailand di final kedua.
Indonesia kali ini mungkin akan bisa mengalahkan Thailand. Hanya saja, kemenangan tidak serta merta akan membuat Indonesia juara.
Sebab, dengan sistem pertandingan dua leg yang memberlakukan agregat gol, Indonesia harus meraih kemenangan dengan jumlah gol lebih banyak dari Thailand di final pertama.
Selain itu, bilapun Indonesia bisa mencetak beberapa gol di final kedua nanti, pertanyaan besarnya adalah apakah pertahanan Indonesia juga bisa menahan gempuran pemain-pemain Thailand?
Ya, untuk juara, Indonesia harus bermain sempurna. Mencetak banyak gol dan pertahanan kokoh sehingga gawang Nadeo Argawinata tidak kemasukan gol. Ini yang sulit.
Bila Indonesia semisal mampu menang 4-1, itu tentu belum cukup untuk juara. Sebab, agregat akan menjadi 4-5 untuk Thailand sehingga mereka akan juara.
Namun, apapun itu, terpenting Ricky Kambuaya dan kawan-kawan tampil all out dulu di final nanti. Berusaha menang dulu. Meski mungkin kemenangan itu tidak membawa Indonesia juara.
Toh, kemenangan akan sangat penting untuk mengakhiri turnamen dengan kepala tegak. Minimal akan menjadi kemenangan mental bahwa anak-anak muda Tim Garuda bisa mengalahkan Thailand yang membawa pemain-pemain seniornya.