Menyebut Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), membuat saya mendadak dilanda rindu. Merindu mengajar mahasiswa di kelas seperti di masa sebelum pandemi Covid-19 melanda.
Dulu, saya pernah diamanahi tugas sebagai dosen pembantu yang mengajar dasar-dasar jurnalistik dan penulisan kreatif di salah satu perguruan tinggi di Sidoarjo.
Bagi saya, itu pengalaman menyenangkan. Sebagai lulusan ilmu komunikasi dan juga jurnalis, menyenangkan bisa menjadi bagian dari proses transfer ilmu yang saya dapat di kampus dan pengalaman di dunia kerja. Terlebih bila mengajar langsung di kelas.
Saya senang bercerita. Senang mengobrol. Karenanya, ketika kuliah, selain memaparkan materi kuliah, sesi paling asyik bagi saya adalah ketika adik-adik mahasiswa itu bertanya.
Bukan hanya bertanya tentang kuliah.
Mereka juga penasaran mengorek informasi perihal pengalaman saya bekerja di dunia media, lantas mengomparasi dengan cita-cita mereka. Malah kadang curhat seputar kehidupan di kampus.
Kepada mereka, saya sering sampaikan, dunia kerja sekarang ini tidak hanya membutuhkan nilai IPK kuliah yang bagus. Tapi, kemampuan soft skill juga dicari dan jadi pertimbangan para pewawancara kerja.
Semisal bagi anak jurusan komunikasi, kemampuan berbicara dengan orang lain (kita biasa menyebutnya public speaking), lalu cair dalam membangun interaksi dengan orang lain, juga menjadi pertimbangan.
Karenanya, saya menyarankan agar selama masa kuliah mereka tidak hanya menjadi "mahasiswa kupu". Yakni mahasiswa yang ke kampus hanya untuk kuliah lalu pulang.
Sebaliknya, masa kuliah di kampus merupakan kesempatan bagus untuk mengembangkan kemampuan, menggali potensi diri, sekaligus membangun jaringan pertemanan. Sebab, mungkin saja ada dari mereka yang belum mengenali potensi dirinya.