Keberhasilan pasangan Takuro Hoki/Yugo Kobayashi menjadi juara Indonesia Masters 2021 pada akhir pekan kemarin, memberi pesan jelas kepada ganda putra Indonesia.
Bahwa, Jepang masih punya ganda putra yang bisa merusak dominasi ganda putra Indonesia. Terlebih, Hoki/Kobayashi jadi juara usai mengalahkan Marcus Gideon/Kevin Sanjaya di final, Minggu (21/11).
Padahal, bulan September lalu, ketika pemain senior Jepang Hiroyuki Endo (34 tahun) memutuskan mundur, kemudian disusul pasangan Takeshi Kamura/Keigo Sonoda, kekuatan ganda putra Jepang dianggap bukan lagi ancaman serius.
Maklum, selama ini, Endo bersama Yuta Watanabe merupakan salah satu ganda putra elit dunia. Tahun 2020 lalu, mereka juara All England dengan mengalahkan Marcus dan Kevin di final. Bahkan, mampu juara back to back di tahun 2021.
Tanpa Endo, Watanabe (24 tahun) tentu kehilangan partner di ganda putra. Dia kini lebih fokus bermain di nomor ganda campuran bersama Arisa Higashino. Akhir Oktober lalu, mereka meraih gelar double di Denmark Open dan French Open 2021.
Begitu juga Kamura (31 tahun) dan Sonoda (31 tahun). Sejak 2018, mereka sudah 11 kali masuk BWF World Tour Final dengan tiga kali juara. Mereka juga awet berada di ranking 10 besar yang menegaskan konsistensi penampilan mereka.
Jepang pun merasakan dampak dari mundurnya mereka. Di Piala Thomas pada Oktober lalu, Jepang terhenti di semifinal usai dikalahkan China 1-3. Dua ganda mereka gagal menyumbangkan poin.
Namun, dengan penampilan apik pasangan Hoki dan Kobayashi di Indonesia Masters 2021, itu alarm bahwa ganda putra Jepang masih ada. Mereka layak diwaspadai siapa saja. Termasuk oleh ganda putra Indonesia.
Hoki/Kobayashi sempat melejit di tahun 2019 lalu 'menghilang'
Nama Yugo Kobayashi (26 tahun) dan Takuro Hoki (26 tahun) sebenarnya bukan pasangan newbie alias kemarin sore di panggung ganda putra dunia. Sebab, mereka sudah berpasangan sejak tahun 2014 silam.
Bahkan, kala itu, di usia 19 tahun, mereka bisa meraih gelar di USA International. Gelar di turnamen BWF International Challenge itu menjadi gelar pertama mereka.
Dua tahun kemudian, tahun 2016, Hoki/Kobayashi jadi juara di Spanish International. Di final, mereka mengalahkan ganda Denmark, David Daugaard/ Mathias Chistiansen.
Menariknya, di tahun 2017, keduanya sempat bermain rangkap di ganda putra dan ganda campuran. Hoki bermain dengan Sayaka Hirota. Sementara Kobayashi berpasangan dengan Wakana Nagahara. Mereka cukup sukses.
Kobayashi/Nagahara bahkan mampu menjadi juara di US Open 2016. Adapun Hoki/Sayaka menjadi runner up di turnamen BWF Super Series Japan Open 2017. Di final, mereka dikalahkan ganda campuran top China, Wang Yilu/Huang Dongping.
Kolaborasi Hoki/Kobayashi mencapai puncaknya di tahun 2019.
Tampil di ajang tertinggi BWF World Championship (Kejuaraan Dunia) di Basel, Swiss, mereka bisa bablas ke final. Padahal, mereka 'hanya' unggulan ke-12.
Dalam perjalanan ke final, mereka mengalahkan dua ganda top China kala itu.
Unggulan 6, Han Chengkai/Zhouhaodong, mereka kalahkan di putaran III. Lalu, juara dunia 2017 dan mantan world number one, Li Junhui/Liu Yuchen mereka kalahkan di semifinal. Dua-duanya lewat kemenangan straight game.
Di perempat final, Hoki/Kobayashi juga mampu mengalahkan senior mereka, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda lewat rubber game.
Namun, di final, mereka harus mengakui keunggulan ganda senior Indonesia, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan lewat rubber game, 23-25, 21-9, 15-21. Mereka dipaksa puas jadi runner-up.
Keberhasilan melaju ke final itu seharusnya menjadi branding yang tepat bagi mereka. Bahwa, Jepang punya satu lagi ganda putra top. Mereka bisa menjadi ancaman baru bagi siapa saja di nomor ganda putra.
Yang terjadi, setelah menjadi finalis kejuaraan dunia, mereka justru tenggelam. Apalagi, rangkaian turnamen BWF World Tour banyak yang ditunda akibat pandemi Covid-19. Hoki dan Kobayashi seperti kembali ke masa lalunya. Kembali jauh dari sorotan publik.
Hingga menjelang akhir tahun 2021, mereka kembali tampil menjadi news maker. Pada 24 Oktober lalu, Hoki dan Kobayashi menjadi juara Denmark Open usai mengandaskan wakil tuan rumah, KIm Astrup/Anders Skaarup Rasmussen.
Itu gelar pertama mereka setelah lima tahun 'paceklik'. Dan itu rupanya membuat mereka termotivasi. Toh, mereka tidak kemaruk gelar. Awal November lalu, mereka memilih istirahat dengan tidak tampil di turnamen Hylo Open di Jerman.
Jeda itu yang rupanya membuat mereka bisa 'meledak' di Indonesia Masters 2021. Padahal, sebagai pasangan non unggulan, jalur mereka lumayan terjal untuk bisa ke final. Nyatanya, mereka bisa menyingkirkan pemain-pemain unggulan.
Mereka bisa mengalahkan Hendra/Ahsan (unggulan 2) di putaran kedua lewat rubber game 11-21, 21-15, 21-12. Lalu mengalahkan Astrup/Rasmussen unggulan 7 di perempat final, juga lewat rubber game.
Bahkan, di semifinal, mereka mampu mengalahkan ganda putra Malaysia peraih medali perunggu Olimpiade 2020, Aaron Chiah/Soh Wooi Yik (unggulan 5) yang sedang on fire. Lagi-lagi lewat rubber game. Hingga, mengalahkan Marcus/Kevin (unggulan 1) di final lewat kemenangan rubber game.
Sejak putaran II, empat kali beruntun, Hoki dan Kobayashi menang lewat rubber game. Itu menjadi gambaran betapa prima ketahanan fisik dan kebugaran mereka.
Langsung berjumpa Hendra/Ahsan di Indonesia Open
Usai meraih gelar Indonesia Masters, Hoki dan Kobayashi tentu ingin kembali meraih pencapaian maksimal di Indonesia Open 2021 yang kembali digelar di Bali dan dimulai Selasa (23/11).
Menariknya, jadwal Indonesia Open 2021 rupanya tidak ramah bagi mereka.
Di putaran pertama, Hoki dan Kobayashi langsung berjumpa dengan Hendra/Ahsan yang merupakan unggulan 2. Mereka bakal tampil di hari kedua, Rabu (24/11).
Sebagai pemain non unggulan, Hoki dan Kobayashi memang harus bersiap bila menghadai pasangan-pasangan unggulan. Namun, mereka sudah membuktikan di Indonesia Masters dengan menaklukkan banyak pemain unggulan..
Bahwa unggulan sejatinya hanyalah soal status. Pemenang pertandingan tidak sekadar ditentukan oleh status unggulan. Tapi permainan di lapangan.
Menarik ditunggu bagaimana duel Hoki/Kobayashi melawan Hendra/Ahsan. Apakah ulangan final Kejuaraan Dunia 2019 yang bakal terulang di Bali? Ataukah ulangan hasil di Denmark Open pada dua pekan lalu.
Tapi yang jelas, Hoki dan Kobayashi layak mendapatkan perhatian lebih dari ganda putra tuan rumah. Indonesia yang menurunkan 8 wakil ganda putra, harus mewaspadai mereka.
Sebenarnya apa kelebihan dari Hoki dan Kobayashi?
Seperti kebanyakan ganda putra Jepang, mereka memiliki keuletan dan kegigihan dalam bermain. Nggak gampang menyerah.
Mereka juga punya defense bagus yang sulit ditembus. Variasi serangan mereka juga apik. Satu lagi, mereka bisa mengatur tempo permainan, kapan bermain cepat atau melambat.
Kelebihan itu yang mereka perlihatkan saat mengalahkan Marcus/Kevin di final Indonesia Masters 2021.
Tapi, Marcus/Kevin pastinya sudah belajar dari kekalahan di final kemarin.
Mereka mungkin penasaran ingin kembali berjumpa dengan Hoki/Kobayashi di Indonesia Open. Meski, kemungkinan itu hanya akan terjadi bila mereka sama-sama lolos ke final. Sebab, keduanya ada di pool atas dan bawah.
Salam bulutangkis
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H