Itu terlihat di game pertama. Ginting sempat tertinggal lumayan jauh, tetapi bisa mengejar dan akhirnya menang.
Namun, di game kedua, bukan hanya kurang sabar, permainan Ginting juga banjir error.
Entah berapa kali, pukulan-pukulan Ginting terlalu melebar keluar lapangan. Out. Tentu saja, 'sedekah poin' itu menjadi keuntungan bagi Kunlavut yang mampu menang 21-14.
Di game ketiga, situasi tidak berubah.
Ginting yang belum mampu keluar dari kesalahan-kesalahan sendiri, kesulitan mendapatkan poin. Sementara Kunlavut yang percaya diri, terlihat sangat nyaman bermain. Dia mampu menghentikan Ginting di angka 21-13.
Dalam wawancara dengan BWF yang di posting di akun resmi Instagram Federasi Bulutangkis Dunia ini, Ginting mengaku dirinya seharusnya bermain lebih sabar menyoal kekalahan mengejutkan itu.
"Jika saja saya bisa mengulang pertandingan ini, saya akan mencoba bermain lebih sabar. Tidak mudah mendapatkan poin di pertandingan ini. Sementara Kunlavut mendapatkan banyak poin dari kesalahan saya," ujar Ginting.
Tentu saja, pertandingan itu tidak bisa diulang. Kini, yang bisa dilakukan Ginting hanyalah mengevaluasi kekalahan itu. Lantas, mencoba bangkit di Indonesia Open Super 1000 pekan depan.
Entah apa yang terjadi dengan Praveen-Melati
Tentu, sebagai pecinta bulutangkis, saya kecewa dengan kekalahan Ginting. Namun, saya tahu, anak muda kelahiran Cimahi ini sudah berusaha maksimal. Permainannya tidak jelek-jelek amat. Dan lawannya juga memang bagus.
Bagi saya, yang tidak habis pikir adalah saat menyaksikan penampilan pasangan ganda campuran, Praveen Jordan dan Melati Daeva Oktavianti ketika dikalahkan ganda India non unggulan, Dhruv Kapila/Sikki Reddy.