Putri pastinya juga mengambil pelajaran dari kekalahan di perempat final itu. Minimal, kini dia tahu dan merasakan betapa kerasnya persaingan di nomor tunggal putri dunia. Dan itu akan membuatnya semakin terpacu untuk terus berlatih dan tampil lebih bagus.
Sama seperti ketika dia turun bermain membela tim Piala Uber Indonesia di Aarhus Denmark pada 9-17 Oktober lalu.
Di penampilan perdananya membela Indonesia di kejuaraan beregu, Putri tampil cukup oke.
Putri tampil empat kali. Di penyisihan grup, dia mampu dua kali menyumbangkan poin kemenangan ketika tim Uber Indonesia mengalahkan Jerman dan Prancis.
Namun, dia kalah ketika menghadapi Jepang. Dia takluk dari pemain senior Jepang, Sayaka Takahashi (29 tahun) yang kini menempati ranking 15 dunia.
Putri juga tidak mampu menyumbang poin kemenangan saat Indonesiamenghadapi Thailand di perempat final. Dia kalah melawan Busanan Ongbamrungphan (25 tahun) yang kini ada di ranking 13 dunia. Indonesia pun terhenti usai kalah 2-3 dari Thailand.
Toh, kekalahan dari pemain kelas dunia seperti Sayaka Takahashi dan Busanan itu memberinya pelajaran penting.
Dia jadi tahu bagaimana caranya pemain kelas dunia bermain. Utamanya tentang bermain rapi dan minim error sendiri. Aspek ini yang masih perlu diperbaiki Putri.
Putri juga jadi tahu bahwa 'di atas ada langit masih ada langit'. Bahwa, persaingan di tunggal putri dunia sangat ketat. Sayaka dan Busanan pun sebenarnya bisa dibilang baru level 2. Bukan level 1.
Tunggal putri yang masuk level 1 di antaranya Chen Yufei (China), Tai Tzu-ying (Taiwan), Akane Yamaguchi (Jepang), Pusarla Sindhu (India), Ratchanok Intanon (Thailand), Carolina Marin (Spanyol), dan juga anak muda ajaib asal Korea, An Se-young.
Bisakah Putri mencapai level mereka?