Ambil contoh Fajar/Rian dimainkan sebagai ganda pertama. Alasan pertama karena penampilan Fajar/Rian di Piala Thomas ini memang sedang on fire. Permainan mereka trengginas. Mental mereka juga oke.
Mereka menang straight game saat melawan Denmark di semifinal. Bahkan, saat melawan ganda putra Taiwan peraih medali emas di fase grup, meski kalah rubber game tetapi mereka sejatinya tidak kalah dalam permainan.
Alasan kedua, tim pelatih Indonesia pastinya melihat line up China saat melawan Jepang di semifinal tadi malam. China memainkan He Jiting dan Zhou Haodong sebagai ganda pertama.
Nah, Fajar/Rian dianggap punya peluang bila menang melawan He Jiting/Zhou Haodong yang sejatinya bukan pasangan aslinya.
Pecinta bulutangkis tentu tahu, He Jiting aslinya berpasangan dengan Tan Qiang. Mereka ada di peringkat 20 dunia. Sementara Zhou Haodong berpasangan dengan Han Chengkai yang pensiun dini karena cedera.
Memang tadi malam, He Jiting/Zhou menang atas pasangan Jepang, Takuro Hoki/Yuta Watanabe. Tapi, ganda Jepang itu juga baru main bareng. Saat Jepang mengalahkan Korea di perempat final, Hoki main dengan tandemnya, Yugo Kobayashi dan Watanabe dipasangkan dengan Akira Yoga. Keduanya sama-sama menang.
Semoga Fajar dan Rian bisa memenangkan game kedua ini.
Lalu, mengapa Kevin dipasangkan dengan Daniel di game keempat?
Jawabannya mungkin tidak lepas dari kebugaran Marcus Gideon dan Kevin Sanjaya. Kita tahu, Marcus dan Kevin selalu bermain tiga game (rubber game) di perempat final melawan Malaysia dan di semifinal melawan Denmark tadi malam.
Tentu, bermain rubber game dalam dua hari beruntun lantas bermain di final, akan berisiko pada kebugaran.
Karenanya, pelatih ganda putra, Hery Imam Pierngadi memilih untuk memasangkan Kevin dengan Daniel Marthin, anak muda berusia 20 tahun yang kondisinya bugar.