Memang, Taiwan mungkin akan tampil beda dibandingkan di leg I. Mereka kali ini menjadi tuan rumah sehingga merasa harus menang. Mereka lebih termotivasi membalik ketertinggalan 1-2.
Toh, lapangannya masih sama dengan pertandingan leg I lalu. Stadionnya juga sama. Pemain-pemain yang dihadapi juga tetap sama.
Karenanya, tidak ada alasan untuk mengubah gaya bermain yang terbukti ampuh membuat Indonesia tampil dominan dan memenangi pertandingan di leg I.
Alasan ketiga, pola main menyerang dengan mengandalkan umpan-umpan pendek mengalir cepat, cocok bagi Indonesia yang memiliki pemain-pemain dengan kecepatan dan kemampuan melewati lawan dengan skill drible. Mereka enjoy dengan gaya itu.
Merujuk pertandingan leg I, gaya main Indonesia dengan umpan-umpan pendek yang mengalir cepat membuat Taiwan kebingungan. Mungkin Taiwan mengharapkan Indonesia bermain long pass dan banyak melakukan umpan crossing. Sebab, dengan memiliki beberapa pemain berpostur jangkung, cara itu akan mudah dipatahkan oleh Taiwan.
Karenanya, saya khawatir seandainya Tim Garuda bermain bertahan dan menunggu momen serangan balik lewat umpan-umpan panjang, Evan Dimas dkk justru kebingungan. Sebab, karakter mereka sejatinya bermain menyerang dengan gaya mengalir.
Beberapa aspek yang harus dibenahi
Tentu saja, bilapun akan kembali memainkan skema main yang sama, penampilan Indonesia diharapkan bisa lebih baik di pertandingan leg II nanti. Sebab, meski laga leg I cukup oke, tetapi masih ada beberapa catatan yang perlu diperbaiki.
Ya, kita yang menyaksikan langsung pertandingan leg I lalu melalui layar televisi, bisa menemukan beberapa aspek yang harus dibenahi oleh Shin Tae-yong.
Aspek pertama adalah finishing touch alias penyelesaian akhir.
Indonesia seharusnya bisa menang besar atas Taiwan di leg I lalu. Sebab, sepanjang pertandingan, Indonesia memiliki banyak peluang untuk mencetak gol.