Lantas, di game kelima, tunggal senior Thailand, Suppanyu Avihingsanon (31 tahun) menjadi pahlawan. Dia menang rubber game atas Chi Yu-jen, 11-21, 25-23, 21-12.
Ya, penampilan ngeyel Thailand itu patut diwaspadai Indonesia. Sebab, pertandingan kedua besok akan menjadi kunci lolos ke perempat final. Bila menang, Indonesia dipastikan lolos.
Kemenangan Thailand atas Taiwan itu juga menjadi sinyal bahwa negeri gajah putih itu cukup kuat di sektor tunggal. Dan itu akan menjadi tantangan bagi Indonesia.
Anthony Ginting, Jonatan Christie, Shesar Rhustavito, maupun Chico Aura, siapapun yang bakal dimainkan di pertandingan besok, harus siap menghadapi situasi yang pastinya akan lebih berat ketimbang menghadapi Aljazair.
Ah ya, kemenangan tim putra Indonesia pagi tadi mengikuti jejak tim putri yang sebelumnya menang 4-1 atas Jerman di pertandingan pertama Piala Uber, Sabtu (9/10) malam.
Semoga awal manis ini menjadi pelecut bagi tim Thomas dan tim Uber Indonesia untuk mengejar kemenangan di pertandingan kedua. Lebih cepat lolos ke perempat final tentu semakin bagus.
Sebab, tim Indonesia bakal terhindar dari "laga hidup mati" di pertandingan terakhir melawan lawan berat, Taiwan (di Piala Thomas) dan Jepang (di Piala Uber).
Pada akhirnya, sebagai suporter, kita semua merindu, tim Indonesia bisa kembali membawa pulang trofi Piala Thomas.
Sebab, Indonesia sudah terlalu lama tidak lagi juara. Sudah 19 tahun.
Memang, Indonesia menjadi negara yang paling sering juara Piala Thomas, 13 kali. Namun, kali terakhir Indonesia juara terjadi di tahun 2002 saat mengalahkan Malaysia 3-2 di final di Guangzhou, China. Sudah lama sekali.
Setelah juara tahun 2002 itu, tim Thomas Indonesia sempat dua kali masuk ke final di tahun 2010 dan 2016. Namun, kalah dari China dan Denmark. Untuk kiprah tim Indonesia di Piala Thomas 2020, monggo berkunjung ke ulasan saya sebelumnya https://www.kompasiana.com/hadi.santoso/616148bf01019040dc57a4d2/mengenal-plus-minus-lawan-indonesia-di-piala-thomas-2020.